Terdeteksi di Papua Nugini, Militer AS Temukan Meteor yang Pernah Tabrak Bumi
Sabtu, 16 April 2022 - 13:02 WIB
NEW YORK - Para ilmuwan menemukan meteor a ntarbintang pertama yang diketahui pernah menabrak bumi, menurut data yang baru saja dirilis Dokumen Komando Luar Angkasa Amerika Serikat, meteor yang sangat berbahaya itu berada di Papua Nugini.
Temuan itu mengejutkan Amir Siraj, ilmuwan yang mengidentifikasi objek tersebut sebagai meteor antarbintang dalam studi tahun 2019 yang di Universitas Harvard.
Siraj juga sedang menyelidiki objek antarbintang pertama yang diketahui di tata surya yang ditemukan pada tahun 2017 sila bersama Abraham Loeb, profesor sains di Universitas Harvard.
Setelah penemuan Oumuamua, asteroid besar memanjang yang melewati Tata Surya kita dan akhirnya dipastikan berasal dari antarbintang, Loeb dan Siraj mulai mencari melalui data historis dari Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) NASA untuk bukti meteor kecil yang juga bisa datang dari luar Tata Surya dan terbakar di atmosfer bumi.
Salah satu meteor ini menghasilkan bola api yang terdeteksi di dekat Papua Nugini pada 8 Januari 2014, dan data CNEOS menunjukkan itu berasal dari meteor kecil yang bergerak sangat cepat sehubungan dengan Matahari, sebuah indikasi bahwa itu berasal dari luar Tata Surya.
Ketika mereka menghitung jumlahnya, Loeb dan Siraj menyimpulkan "dengan keyakinan 99,999 persen bahwa meteor 2014-01-08 itu antarbintang," tetapi margin kesalahannya tidak cukup baik untuk membuat makalah mereka melalui proses peer review.
Memo Komando Luar Angkasa pada 1 Maret, yang ditandatangani Joel Mozer, kepala ilmuwan Komando Operasi Luar Angkasa AS, menegaskan bahwa Oumuamua bukanlah pengunjung antarbintang pertama ke tata surya.
Oumuamua maupun meteor pada 2014 itu tidak akan menjadi yang terakhir: Dalam makalah tersebut, Sirah dan Loeb menghitung bahwa Bumi ditabrak oleh meteor ekstrasurya sekitar sekali dalam satu dekade, dengan lebih dari 450 juta meteor seperti itu menghantam Bumi sejauh ini.
"Berpotensi, meteor antarbintang dapat memberikan kehidupan dari sistem planet lain dan menengahi panspermia," jelasnya, seperti dilansir dari The Independent.
Dr Loeb juga berpendapat Oumuamua bisa menjadi bentuk teknologi Alien, bukan asteroid ekstrasurya, tetapi ini adalah posisi minoritas di antara komunitas astronomi.
Temuan itu mengejutkan Amir Siraj, ilmuwan yang mengidentifikasi objek tersebut sebagai meteor antarbintang dalam studi tahun 2019 yang di Universitas Harvard.
Siraj juga sedang menyelidiki objek antarbintang pertama yang diketahui di tata surya yang ditemukan pada tahun 2017 sila bersama Abraham Loeb, profesor sains di Universitas Harvard.
Setelah penemuan Oumuamua, asteroid besar memanjang yang melewati Tata Surya kita dan akhirnya dipastikan berasal dari antarbintang, Loeb dan Siraj mulai mencari melalui data historis dari Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) NASA untuk bukti meteor kecil yang juga bisa datang dari luar Tata Surya dan terbakar di atmosfer bumi.
Salah satu meteor ini menghasilkan bola api yang terdeteksi di dekat Papua Nugini pada 8 Januari 2014, dan data CNEOS menunjukkan itu berasal dari meteor kecil yang bergerak sangat cepat sehubungan dengan Matahari, sebuah indikasi bahwa itu berasal dari luar Tata Surya.
Ketika mereka menghitung jumlahnya, Loeb dan Siraj menyimpulkan "dengan keyakinan 99,999 persen bahwa meteor 2014-01-08 itu antarbintang," tetapi margin kesalahannya tidak cukup baik untuk membuat makalah mereka melalui proses peer review.
Memo Komando Luar Angkasa pada 1 Maret, yang ditandatangani Joel Mozer, kepala ilmuwan Komando Operasi Luar Angkasa AS, menegaskan bahwa Oumuamua bukanlah pengunjung antarbintang pertama ke tata surya.
Oumuamua maupun meteor pada 2014 itu tidak akan menjadi yang terakhir: Dalam makalah tersebut, Sirah dan Loeb menghitung bahwa Bumi ditabrak oleh meteor ekstrasurya sekitar sekali dalam satu dekade, dengan lebih dari 450 juta meteor seperti itu menghantam Bumi sejauh ini.
"Berpotensi, meteor antarbintang dapat memberikan kehidupan dari sistem planet lain dan menengahi panspermia," jelasnya, seperti dilansir dari The Independent.
Dr Loeb juga berpendapat Oumuamua bisa menjadi bentuk teknologi Alien, bukan asteroid ekstrasurya, tetapi ini adalah posisi minoritas di antara komunitas astronomi.
(wbs)
tulis komentar anda