Badai Matahari dari Ngarai Api Bakal Hantam Bumi, Ilmuwan Sulit Prediksi Dampaknya

Kamis, 21 Juli 2022 - 20:32 WIB
Solar Dynamics Observatory NASA menangkap suar matahari pada 3 Mei 2022, yang terlihat di kiri bawah. Foto/NASA/SDO
FLORIDA - Badai matahari yang berasal dari patahan filamen ngarai api raksasa di matahari, diperkirakan akan menghantam Bumi pada 20 atau 21 Juli 2022 dan memicu badai geomagnetik (G1) yang lemah. Para ilmuwan belum bisa memastikan seberapa besar dampak semburan angin surya yang disebut coronal mass ejections (CMEs) yang meluncur ke arah Bumi.

Menurut SpaceWeather.com, pengamat pertama kali melihat filamen matahari sebagai garis gelap seperti benang dengan latar belakang cerah matahari pada 12 Juli 2022. Kemudian, pada tanggal 15 Juli, sebuah filamen yang meliuk-liuk di belahan bumi utara bintang meletus.

Letusan itu mencapai panjang sekitar 384.400 kilometer dan kedalaman 20.000 km di "ngarai api" permukaan matahari dan menyemburkan material matahari tepat ke arah Bumi. “Filamen panjang seperti ular berguling-guling dari Matahari dalam balet yang menakjubkan,” kata Tamitha Skov, fisikawan cuaca luar angkasa dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (21/7/2022).





Dia mengaku orientasi magnetik badai matahari yang mengarah ke Bumi ini akan sulit diprediksi. “Kondisi tingkat G2 (mungkin G3) dapat terjadi jika medan magnet badai ini berorientasi ke selatan!,” ujarnya. Sebagai catatan, badai matahari kategori G2 dan G3 adalah badai yang dianggap sedang dan kuat.

Filamen surya adalah busur besar gas listrik (atau plasma) yang menyebar melalui atmosfer matahari sesuai dengan medan magnet bintang yang kuat. Tabung magnet raksasa ini dapat menampung massa plasma yang sangat besar di atas permukaan matahari, dan juga sangat tidak stabil.



Filamen matahari meledak di atas belahan bumi utara matahari. Foto/Solar Dynamics Observatory NASA

Begitu runtuh, mereka dapat meluncurkan semburan angin surya yang disebut coronal mass ejections (CMEs) yang meluncur ke arah Bumi. Di planet yang memiliki medan magnet yang kuat, seperti planet Bumi, medan magnet menyerap rentetan puing-puing matahari dari CME, memicu badai geomagnetik yang kuat.



Untungnya, badai matahari kali ini datang dari filamen lemah. Diklasifikasikan sebagai badai matahari G1, badai ini berpotensi menyebabkan fluktuasi jaringan listrik dan memengaruhi beberapa fungsi satelit. Termasuk untuk perangkat seluler dan sistem GPS, tetapi tidak secara dramatis. Badai matahari ini juga akan menimbulkan aurora ke selatan sejauh Michigan dan Maine, AS.

Badai ini datang saat matahari naik ke fase paling aktif dari siklus matahari sekitar 11 tahun. Ini adalah badai matahari kedua yang menghantam Bumi dalam 24 jam.
(wib)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More