Gantikan Tenaga Manusia, China Genjot Pengadaan Robot Pabrik
Rabu, 21 September 2022 - 09:41 WIB
BEIJING - China t erus mendorong otomatisasi di lini produksi. Berdasarkan data dari Federasi Robotika Internasional, jumlah robot pabrik yang dibuat China kini mencapai lebih dari 243.000 unit atau meningkat 45 persen dari tahun ke tahun.
Seperti melansir dari TechSpot, Rabu (21/9/2022), ini mewakili hampir setengah dari semua robot pabrik global yang dipasang tahun lalu. Menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai negara dengan robot pabrik terbanyak di dunia.
Tujuan China mengadakan robot pabrik secara besar-besaran sendiri merupakan respons terhadap angkatan buruh yang mulai menua serta perlambatan tingkat kelahiran dan kenaikan upah. Mereka dinilai tak lagi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, jumlah buruh di China tercatat mencapai 147 juta orang, turun 12 juta orang dibanding tahun 2012. Dengan adanya otomatisasi di lini produksi, China berharap dapat meningkatkan produktivitas pekerja mereka yang tersisa.
Produktivitas di antara pekerja China memang jauh di bawah rata-rata global. Menurut data dari Conference Board, output karyawan per jam yang bekerja di China sekitar seperempat rata-rata negara G7 termasuk Jerman, Jepang dan AS tahun lalu.
Pertumbuhan produktivitas juga melambat, dari rata-rata tahunan sembilan persen antara tahun 2000 dan 2010 menjadi hanya 7,4 persen selama dekade terakhir. Andrew Harris, wakil kepala ekonom di Fathom Consulting di London, mengatakan China tidak bisa menunggu sampai kehabisan orang untuk mulai menanganinya.
Dengan menambahkan lebih banyak robot ke dalam persamaan akan memungkinkan pabrik-pabrik di China melakukan pekerjaan yang lebih tepat daripada yang bisa dilakukan kebanyakan manusia.
Seperti melansir dari TechSpot, Rabu (21/9/2022), ini mewakili hampir setengah dari semua robot pabrik global yang dipasang tahun lalu. Menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai negara dengan robot pabrik terbanyak di dunia.
Tujuan China mengadakan robot pabrik secara besar-besaran sendiri merupakan respons terhadap angkatan buruh yang mulai menua serta perlambatan tingkat kelahiran dan kenaikan upah. Mereka dinilai tak lagi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, jumlah buruh di China tercatat mencapai 147 juta orang, turun 12 juta orang dibanding tahun 2012. Dengan adanya otomatisasi di lini produksi, China berharap dapat meningkatkan produktivitas pekerja mereka yang tersisa.
Produktivitas di antara pekerja China memang jauh di bawah rata-rata global. Menurut data dari Conference Board, output karyawan per jam yang bekerja di China sekitar seperempat rata-rata negara G7 termasuk Jerman, Jepang dan AS tahun lalu.
Pertumbuhan produktivitas juga melambat, dari rata-rata tahunan sembilan persen antara tahun 2000 dan 2010 menjadi hanya 7,4 persen selama dekade terakhir. Andrew Harris, wakil kepala ekonom di Fathom Consulting di London, mengatakan China tidak bisa menunggu sampai kehabisan orang untuk mulai menanganinya.
Dengan menambahkan lebih banyak robot ke dalam persamaan akan memungkinkan pabrik-pabrik di China melakukan pekerjaan yang lebih tepat daripada yang bisa dilakukan kebanyakan manusia.
(wbs)
tulis komentar anda