Populasi Hewan di Dunia Menurun Tajam Sekitar 69 Persen Sejak 1970
Selasa, 03 Januari 2023 - 20:13 WIB
LONDON - Banyak populasi satwa liar di dunia menurun tajam rata-rata mencapai 69 persen. Dalam waktu kurang dari 50 tahun, populasi hewan vertebrata seperti badak , katak, dan trenggiling, telah berkurang sekitar dua pertiga.
Sekelompok ilmuwan bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) yang berbasis di Swiss dan Zoological Society of London di Inggris mempelajari lebih dari 38.000 populasi hewan. Ini termasuk lebih dari 5.000 spesies pada vertebrata, seperti mamalia, reptil, ikan, burung, dan amfibi.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan penurunan rata-rata ukuran populasi sebesar 69 persen. Hasil penelitian populasi semua kelompok spesies antara tahun 1970 dan 2018 ini diterbitkan pada bulan Oktober 2022.
“Ini memberi kami petunjuk bahwa perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi penurunan populasi di seluruh dunia,” kata Rebecca Shaw, kepala ilmuwan di kantor WWF New York City dikutip dari laman snexplores, Selasa (3/1/2023).
Kelompok konservasi, WWF dan Zoological Society of London bekerja untuk melindungi hewan dan alam. Setiap dua tahun mereka mengeluarkan Living Planet Report tentang dampak yang ditimbulkan manusia terhadap satwa liar dan keanekaragaman hayati.
Seorang ahli biologi di University of Maine di Orono Brian McGill mengatakan, populasi hewan menurun sebelum suatu spesies punah. “Melihat perubahan ukuran populasi dapat menunjukkan kepada kita spesies yang sedang menuju kepunahan,” jelasnya.
McGill menunjuk ke condor California, burung terbesar di Amerika Utara, merupakan contoh bagaimana orang dapat memperlambat atau menghentikan penurunan tajam agar tidak berubah menjadi kepunahan. Burung-burung ini hampir punah karena keracunan timbal, perburuan, dan hilangnya habitat.
Pada 1980-an, ada kurang dari dua lusin burung condor yang masih hidup. Pejabat satwa liar menangkap mereka semua, kemudian membiakkannya di lab dan melepaskan keturunannya ketika sudah cukup umur. Saat ini, lebih dari 300 condor California terbang di alam liar.
“Spesies dalam penelitian ini belum punah, setidaknya, belum. Jadi masih ada waktu bagi manusia untuk mengambil tindakan dan membalikkan keadaan,” kata McGill.
Sekelompok ilmuwan bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) yang berbasis di Swiss dan Zoological Society of London di Inggris mempelajari lebih dari 38.000 populasi hewan. Ini termasuk lebih dari 5.000 spesies pada vertebrata, seperti mamalia, reptil, ikan, burung, dan amfibi.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan penurunan rata-rata ukuran populasi sebesar 69 persen. Hasil penelitian populasi semua kelompok spesies antara tahun 1970 dan 2018 ini diterbitkan pada bulan Oktober 2022.
“Ini memberi kami petunjuk bahwa perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi penurunan populasi di seluruh dunia,” kata Rebecca Shaw, kepala ilmuwan di kantor WWF New York City dikutip dari laman snexplores, Selasa (3/1/2023).
Kelompok konservasi, WWF dan Zoological Society of London bekerja untuk melindungi hewan dan alam. Setiap dua tahun mereka mengeluarkan Living Planet Report tentang dampak yang ditimbulkan manusia terhadap satwa liar dan keanekaragaman hayati.
Seorang ahli biologi di University of Maine di Orono Brian McGill mengatakan, populasi hewan menurun sebelum suatu spesies punah. “Melihat perubahan ukuran populasi dapat menunjukkan kepada kita spesies yang sedang menuju kepunahan,” jelasnya.
McGill menunjuk ke condor California, burung terbesar di Amerika Utara, merupakan contoh bagaimana orang dapat memperlambat atau menghentikan penurunan tajam agar tidak berubah menjadi kepunahan. Burung-burung ini hampir punah karena keracunan timbal, perburuan, dan hilangnya habitat.
Pada 1980-an, ada kurang dari dua lusin burung condor yang masih hidup. Pejabat satwa liar menangkap mereka semua, kemudian membiakkannya di lab dan melepaskan keturunannya ketika sudah cukup umur. Saat ini, lebih dari 300 condor California terbang di alam liar.
“Spesies dalam penelitian ini belum punah, setidaknya, belum. Jadi masih ada waktu bagi manusia untuk mengambil tindakan dan membalikkan keadaan,” kata McGill.
(wib)
tulis komentar anda