Berburu Harta Karun dari Luar Angkasa, Ilmuwan Gunakan Kecerdasan Buatan

Selasa, 07 Februari 2023 - 09:30 WIB
loading...
Berburu Harta Karun...
Sekelompok ilmuwan dari Field Museum University menggunakan kecerdasan buatan saat berburu meteorit di Antartika/Foto-Daily Star.
A A A
JAKARTA - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini memiliki tugas baru yakni menemukan harta karun dari luar angkasa yang jatuh di bumi. Cara itu bahkan sudah dipraktikkan oleh sekelompok ilmuwan dari Field Museum University, Chicago, Amerika Serikat ketika menemukan meteorit besar di Antartika beberapa pekan lalu.

Tidak tanggung-tanggung saat itu mereka berhasil menemukan lima meteorit yang telah terperangkap di lapisan es Antartika selama puluhan ribu tahun. Salah satu temuan yang paling istimewa adalah meteorit monster berukuran nyaris delapan kilogram atau sebesar buah melon.

Diketahui Antartika , yang di dalamnya termasuk Kutub Selatan, merupakan wilayah yang paling ideal untuk menemukan meteorit. Hanya saja kebanyakan meteorit yang ditemukan berukuran sangat kecil.

Beda dengan meteorit yang ditemukan ilmuwan Field Museum University karena ukurannya sangat besar. Apalagi mereka menemukannya dalam kondisi lapisan es yang sangat dalam.



Berburu Harta Karun dari Luar Angkasa, Ilmuwan Gunakan Kecerdasan Buatan


"Menemukan meteorit sebesar ini sangat jarang dan benar-benar menyenangkan. Mempelajari meteorit bisa memnuat kita lebih mengerti tempat kita dalam alam semesta. Semakin besar meteorit, semaki mudah kita memahami tata surya kita," jelas Maria Valdes dari Field Museum University.

Penemuan meteorit monster itu justru dimungkinkan karena adanya penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Teknologi AI itu membuat mereka bisa memetakan wilayah dengan cermat.

Di masa lalu, para peneliti harus dengan susah payah menjelajahi lapisan es untuk mencari objek yang mungkin terlihat. Beda dengan yang dilakukan oleh Maria Valdes dan rekan-rekannya.

Baca juga :

Teknologi kecerdasan buatan itu membuat mereka bisa mempersempit area pencarian. Meski demikian Maria Valdes mengatakan upaya penemuan tetap butuh konsentrasi dan konsistensi tinggi.

Antartika bukanlah wilayah yang bersahabat untuk penelitian ilmiah. Medan yang sulit kadang membuat ilmuwan gampang frustasi.

"Kenyataan di lapangan jauh lebih sulit daripada keindahan citra satelit," kata pemimpin ekspedisi ilmuwan Vinciane Debaille, ilmuwan lainnya.

Saat ini seluruh sampel utama yang didapat Maria Valdes dan kawan-kawan telah dikirim ke Institut Ilmu Pengetahuan Alam Kerajaan Belgia di Brussel untuk dianalisis. Namunsebelum dikirim setiap ilmuwan ekspedisi diizinkan menyimpan beberapa sampel debu meteorit potensial, yang dikumpulkan dari sekitar batuan ruang angkasa yang jatuh, untuk disimpan.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3274 seconds (0.1#10.140)