Angkatan Udara AS Kembangkan Pesawat Angkut Robotik Bermesin Ganda
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat mengembangkan jet pengangkut bermesin ganda menjadi pesawat robotik yang dapat menangani sendiri semua aspek penerbangan. Angkatan Udara AS bekerja sama dengan Reliable Robotics, membuat pesawat robotik yang mampu take-off hingga mendarat secara otonom.
Kontrak baru ini diharapkan menghasilkan sistem penerbangan otonom yang dapat menangani semua aspek penerbangan, mulai dari taksi hingga lepas landas dan mendarat. Aspek manusia hanya dibutuhkan untuk pengawasan jarak jauh.
Ini juga akan memungkinkan navigasi yang lebih tepat dan kontrol penerbangan yang lebih kuat. Termasuk kemampuan yang lebih baik untuk mengelola pesawat dalam berbagai kondisi lingkungan.
“Visi kami adalah untuk memberikan kemampuan piloting jarak jauh ke berbagai jenis pesawat. Kontrak ini memajukan fokus kami pada otomatisasi pesawat jet besar bermesin ganda,” kata Mayor Jenderal (Purn) Dr David O’Brien, Wakil Presiden Senior Solusi Pemerintah di Reliable Robotics dikutip dari laman NewAtlas, Senin (13/2/2023).
Salah satu komponen utama Amerika Serikat dan komitmen militer globalnya adalah armada pesawat angkutnya, termasuk Lockheed Martin C-5 Galaxy dan Boeing C-17 Globemaster III. Ini memberi Angkatan Udara AS kemampuan untuk mengirimkan tentara dan peralatan ke mana saja di dunia dalam waktu singkat dan menjaga pasokan tanpa batas.
Namun, ini adalah kemampuan yang sangat mahal untuk dicapai dan dipelihara, dan seringkali berarti mengirim personel ke daerah berbahaya dan ancaman senjata anti-pesawat yang bermusuhan. Tentu itu membutuhkan pilot andal dalam jumlah besar dan biaya yang tidak murah.
Untuk mengatasi ini, Angkatan Udara telah menyewa Robotika yang Andal untuk mengotomatisasi pesawat kargo. Idenya bukanlah hal baru, tetapi mengadaptasi teknologi untuk transportasi jet multi-mesin besar yang menerbangkan misi pasokan militer, menambah tingkat kerumitan lainnya.
Jika konsepnya berhasil, itu akan memungkinkan Angkatan Udara meningkatkan misi kargo tanpa perlu melatih lebih banyak pilot atau membangun pesawat baru. Ini juga akan memperkenalkan tingkat keamanan potensial yang baru karena, dengan sistem kecerdasan buatan yang ditingkatkan, komputer penerbangan otonom.
Kemampuan ini lebih andal merespons beberapa keadaan darurat berkat kemampuan untuk segera menghitung jalur penerbangan alternatif. Berbeda dengan pilot manusia yang harus mengandalkan intuisi.
Kontrak baru ini diharapkan menghasilkan sistem penerbangan otonom yang dapat menangani semua aspek penerbangan, mulai dari taksi hingga lepas landas dan mendarat. Aspek manusia hanya dibutuhkan untuk pengawasan jarak jauh.
Ini juga akan memungkinkan navigasi yang lebih tepat dan kontrol penerbangan yang lebih kuat. Termasuk kemampuan yang lebih baik untuk mengelola pesawat dalam berbagai kondisi lingkungan.
“Visi kami adalah untuk memberikan kemampuan piloting jarak jauh ke berbagai jenis pesawat. Kontrak ini memajukan fokus kami pada otomatisasi pesawat jet besar bermesin ganda,” kata Mayor Jenderal (Purn) Dr David O’Brien, Wakil Presiden Senior Solusi Pemerintah di Reliable Robotics dikutip dari laman NewAtlas, Senin (13/2/2023).
Salah satu komponen utama Amerika Serikat dan komitmen militer globalnya adalah armada pesawat angkutnya, termasuk Lockheed Martin C-5 Galaxy dan Boeing C-17 Globemaster III. Ini memberi Angkatan Udara AS kemampuan untuk mengirimkan tentara dan peralatan ke mana saja di dunia dalam waktu singkat dan menjaga pasokan tanpa batas.
Namun, ini adalah kemampuan yang sangat mahal untuk dicapai dan dipelihara, dan seringkali berarti mengirim personel ke daerah berbahaya dan ancaman senjata anti-pesawat yang bermusuhan. Tentu itu membutuhkan pilot andal dalam jumlah besar dan biaya yang tidak murah.
Untuk mengatasi ini, Angkatan Udara telah menyewa Robotika yang Andal untuk mengotomatisasi pesawat kargo. Idenya bukanlah hal baru, tetapi mengadaptasi teknologi untuk transportasi jet multi-mesin besar yang menerbangkan misi pasokan militer, menambah tingkat kerumitan lainnya.
Baca Juga
Jika konsepnya berhasil, itu akan memungkinkan Angkatan Udara meningkatkan misi kargo tanpa perlu melatih lebih banyak pilot atau membangun pesawat baru. Ini juga akan memperkenalkan tingkat keamanan potensial yang baru karena, dengan sistem kecerdasan buatan yang ditingkatkan, komputer penerbangan otonom.
Kemampuan ini lebih andal merespons beberapa keadaan darurat berkat kemampuan untuk segera menghitung jalur penerbangan alternatif. Berbeda dengan pilot manusia yang harus mengandalkan intuisi.
(wib)