Senasib dengan Uni Soviet , Lockheed U-2 AS Kembali Bikin Mata-mata China Tak Berkutik
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sebelum ditembak jatuh oleh jet tempur F-22 milik Amerika Serikat, balon mata-mata milik China telah diintai pesawat pengintai Lockheed U-2 .
Seperti dilansir dari Airandspaceforce, disebutkan AS telah menggunakan U-2 untuk mengumpulkan intelijen dari balon mata-mata China, khususnya saat U-2 tengah berada di atas daratan AS.
Penerbangan pengintaian di ketinggian memungkinkan AS untuk memverifikasi paket pengawasan balon yang terlihat dilengkapi dengan beberapa antena yang menurut badan intelijen AS, seperti dimaksudkan untuk mengumpulkan dan melakukan geolokasi komunikasi.
“Citra beresolusi tinggi dari U-2 pada lintasan balon mengungkapkan bahwa balon di ketinggian tinggi mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen,” kata seorang pejabat senior di Departemen Pertahanan AS.
Pesawat pengintai Lockheed U-2 telah beroperasi selama 68 tahun masih paling diandalkan untuk terbang dalam misi dan lingkungan yang tak bisa dilakukan oleh pesawat lain.
Dengan bentuk pesawat yang lebar, dua kali panjangnya, Lockheed U-2 adalah pesawat mata-mata paling khas milik Angkatan Udara Amerika Serikat.
Juga pesawat yang paling sulit diterbangkan. Karena alasan inilah ia diberi julukan "The Dragon Lady".
U-2 memiliki badan pesawat sepanjang 19m, dua aspek ketinggian, sayap yang berfungsi untuk meluncur alih-alih menyapu udara, dan mesin kuat yang dirancang untuk membuat pesawat terbang lebih tinggi dari 70.000 kaki (21km) - dan, yang terpenting, bertahan terbang di sana.
U-2 dirancang untuk beroperasi di ketinggian itu, sekaligus dengan kecepatan yang nyaris maksimal sepanjang misi, yang bisa bertahan hingga berjam-jam. Para pilot menyebut ketinggian jelajahnya sebagai "sudut peti mati".
Pada ketinggian 70.000 kaki ke atas, "Dragon Lady" menguasai sebagian besar angkasa sendirian, keadaannya masih sama saat ini seperti 65 tahun lalu ketika U-2 pertama kali lepas landas.
Di ketinggian ini, peran pilot tak ubahnya astronot ketimbang penerbang. Di dalam kokpit bertekanan udara U-2 yang seperti kepompong, pilot harus memakai pakaian dan helm khusus yang dilengkapi dengan oksigen 100%. Beberapa perlengkapan ini bahkan bisa ditemukan di pakaian antariksa yang digunakan saat ini.
Di era otomatisasi dan algoritma, mudah membayangkan bahwa pesawat mata-mata ini, dengan pilot dan "kemampuan khusus" mereka adalah sisa-sisa peninggalan dari Perang Dingin. Salah.
Selama 31 tahun setelah Tembok Berlin runtuh, U-2 telah berhasil mencuri dengar percakapan atau tulisan, mendapatkan sinyal-sinyal elektronik, mengambil foto-foto, dan menggunakan radar khusus untuk menangkap citra digital.
U-2 bahkan memiliki sejumlah peran baru, seperti menyiarkan data. Kemampuannya untuk terbang tinggi di angkasa berarti ia memiliki posisi sempurna untuk menyiarkan informasi dari medan perang ke markas.
Dalam perjalanannya, U-2 terbukti bertahan lebih lama ketimbang pesawat-pesawat pengintai yang lebih baru dan mengambil alih fungsi satelit yang sebenarnya dibuat untuk menggantikannya.
Meski bukan barang peninggalan, pesawat U-2 identik dengan Perang Dingin. Pada 1950-an, pemerintahan Presiden Dwight D Eisenhower menerima beberapa kejutan tentang kemampuan nuklir Soviet.
Amerika tak tahu-menahu karena ada kegagalan intelijen. Uni Soviet adalah negara tertutup yang sulit ditembus oleh Badan Intelijen Pusat (CIA).
Kurangnya mata-mata di tempat yang tepat berarti presiden membutuhkan pesawat mata-mata yang bisa terbang di ketinggian dan memberi tahu apa yang sedang direncanakan Uni Soviet. Dan ia membutuhkannya dengan cepat.
Seperti dilansir dari Airandspaceforce, disebutkan AS telah menggunakan U-2 untuk mengumpulkan intelijen dari balon mata-mata China, khususnya saat U-2 tengah berada di atas daratan AS.
Penerbangan pengintaian di ketinggian memungkinkan AS untuk memverifikasi paket pengawasan balon yang terlihat dilengkapi dengan beberapa antena yang menurut badan intelijen AS, seperti dimaksudkan untuk mengumpulkan dan melakukan geolokasi komunikasi.
“Citra beresolusi tinggi dari U-2 pada lintasan balon mengungkapkan bahwa balon di ketinggian tinggi mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen,” kata seorang pejabat senior di Departemen Pertahanan AS.
Pesawat pengintai Lockheed U-2 telah beroperasi selama 68 tahun masih paling diandalkan untuk terbang dalam misi dan lingkungan yang tak bisa dilakukan oleh pesawat lain.
Dengan bentuk pesawat yang lebar, dua kali panjangnya, Lockheed U-2 adalah pesawat mata-mata paling khas milik Angkatan Udara Amerika Serikat.
Juga pesawat yang paling sulit diterbangkan. Karena alasan inilah ia diberi julukan "The Dragon Lady".
U-2 memiliki badan pesawat sepanjang 19m, dua aspek ketinggian, sayap yang berfungsi untuk meluncur alih-alih menyapu udara, dan mesin kuat yang dirancang untuk membuat pesawat terbang lebih tinggi dari 70.000 kaki (21km) - dan, yang terpenting, bertahan terbang di sana.
U-2 dirancang untuk beroperasi di ketinggian itu, sekaligus dengan kecepatan yang nyaris maksimal sepanjang misi, yang bisa bertahan hingga berjam-jam. Para pilot menyebut ketinggian jelajahnya sebagai "sudut peti mati".
Pada ketinggian 70.000 kaki ke atas, "Dragon Lady" menguasai sebagian besar angkasa sendirian, keadaannya masih sama saat ini seperti 65 tahun lalu ketika U-2 pertama kali lepas landas.
Di ketinggian ini, peran pilot tak ubahnya astronot ketimbang penerbang. Di dalam kokpit bertekanan udara U-2 yang seperti kepompong, pilot harus memakai pakaian dan helm khusus yang dilengkapi dengan oksigen 100%. Beberapa perlengkapan ini bahkan bisa ditemukan di pakaian antariksa yang digunakan saat ini.
Di era otomatisasi dan algoritma, mudah membayangkan bahwa pesawat mata-mata ini, dengan pilot dan "kemampuan khusus" mereka adalah sisa-sisa peninggalan dari Perang Dingin. Salah.
Selama 31 tahun setelah Tembok Berlin runtuh, U-2 telah berhasil mencuri dengar percakapan atau tulisan, mendapatkan sinyal-sinyal elektronik, mengambil foto-foto, dan menggunakan radar khusus untuk menangkap citra digital.
U-2 bahkan memiliki sejumlah peran baru, seperti menyiarkan data. Kemampuannya untuk terbang tinggi di angkasa berarti ia memiliki posisi sempurna untuk menyiarkan informasi dari medan perang ke markas.
Dalam perjalanannya, U-2 terbukti bertahan lebih lama ketimbang pesawat-pesawat pengintai yang lebih baru dan mengambil alih fungsi satelit yang sebenarnya dibuat untuk menggantikannya.
Meski bukan barang peninggalan, pesawat U-2 identik dengan Perang Dingin. Pada 1950-an, pemerintahan Presiden Dwight D Eisenhower menerima beberapa kejutan tentang kemampuan nuklir Soviet.
Amerika tak tahu-menahu karena ada kegagalan intelijen. Uni Soviet adalah negara tertutup yang sulit ditembus oleh Badan Intelijen Pusat (CIA).
Kurangnya mata-mata di tempat yang tepat berarti presiden membutuhkan pesawat mata-mata yang bisa terbang di ketinggian dan memberi tahu apa yang sedang direncanakan Uni Soviet. Dan ia membutuhkannya dengan cepat.
(wbs)