Eskplorasi Menggila, Luar Angkasa Diprediksi Jadi Lokasi Lautan Sampah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ilmuwan khawatir luar angkasa akan jadi lokasilautan sampah karena tingginya upaya eksplorasi yang akan dilakukan oleh berbagai pihak. Dikhawatirkan gunungan sampah luar angkasa itu justru akan merugikan orbit bumi.
Menurut mereka jumlah satelit yang akan dikirim ke luar angkasa diprediksi akan mencapai lebih dari 60.000 pada 2030 nanti. Keberadaan satelit itu justru akan menambah sesak kondisi luar angkasa. Apalagi saat ini sudah ada 100 triliun potongan satelit tua yang tidak lagi berfungsi.
Potongan satelit itu kini jadi sampah yang terus mengelilingi bumi. Hal itu membuat orbit bumi jadi sangat tidak ideal.
Dr Imogen Napper, peneliti dari Research Fellow di University of Plymouth, mengatakan saat ini semua orang berupaya membuat bumi jauh dari polusi sampah. Termasuk upaya besar-besaran membersihkan laut dari sampah plastik.
Dia berharap cara yang sama bisa diterapkan ke luar angkasa. Pasalnya seperti laut, luar angkasa kini benar-benar penuh dengan sampah. Jadi selain upaya juga diperlukan regulasi yang jelas agar eksplorasi besar-besaran di luar angkasa tidak merugikan kondisi yang ada di atas sana.
"Sekarang kita berada dalam situasi yang sama dengan penumpukan puing-puing luar angkasa. Mempertimbangkan apa yang telah kita pelajari dari laut lepas, kita dapat menghindari kesalahan yang sama," harap Dr Imogen Napper.
Heather Koldewey, Penasihat Teknis Kelautan Senior ZSL mengatakan ada banyak kesamaan antara masalah yang dialami lautan dengan luar angkasa. Eksplorasi besar-besaran di darat dan laut membuat lautan jadi lokasi sampah yang sangat besar. Begitu juga terjadi dengan luar angkasa.
"Sebagai seorang ahli biologi kelautan, saya tidak pernah membayangkan menulis makalah tentang luar angkasa, tetapi melalui penelitian kolaboratif ini mengidentifikasi begitu banyak kesamaan antara lautan dan luar angkasa," terang Heather Koldewey.
Saat ini keberadaan sampah luar angkasa memang terlihat remeh. Apalagi saat ini masyarakat di bumi tidak melihat langsung triliunan sampah yang ada di atas sana.
Hal itu membuat masyarakat lalai akan bahaya yang ada di baliknya. Kegagalan mencegah lautan jadi tempat atau lokasi sampah justru harus dihindari saat melakukan upaya pencegahan di luar angkasa.
"Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari kesalahan yang dibuat di lautan kita yang relevan dengan akumulasi puing-puing di luar angkasa,” tegas Profesor Richard Thompson OBE, Kepala Unit Riset Sampah Laut Internasional di Universitas Plymouth.
Menurut mereka jumlah satelit yang akan dikirim ke luar angkasa diprediksi akan mencapai lebih dari 60.000 pada 2030 nanti. Keberadaan satelit itu justru akan menambah sesak kondisi luar angkasa. Apalagi saat ini sudah ada 100 triliun potongan satelit tua yang tidak lagi berfungsi.
Potongan satelit itu kini jadi sampah yang terus mengelilingi bumi. Hal itu membuat orbit bumi jadi sangat tidak ideal.
Dr Imogen Napper, peneliti dari Research Fellow di University of Plymouth, mengatakan saat ini semua orang berupaya membuat bumi jauh dari polusi sampah. Termasuk upaya besar-besaran membersihkan laut dari sampah plastik.
Dia berharap cara yang sama bisa diterapkan ke luar angkasa. Pasalnya seperti laut, luar angkasa kini benar-benar penuh dengan sampah. Jadi selain upaya juga diperlukan regulasi yang jelas agar eksplorasi besar-besaran di luar angkasa tidak merugikan kondisi yang ada di atas sana.
"Sekarang kita berada dalam situasi yang sama dengan penumpukan puing-puing luar angkasa. Mempertimbangkan apa yang telah kita pelajari dari laut lepas, kita dapat menghindari kesalahan yang sama," harap Dr Imogen Napper.
Heather Koldewey, Penasihat Teknis Kelautan Senior ZSL mengatakan ada banyak kesamaan antara masalah yang dialami lautan dengan luar angkasa. Eksplorasi besar-besaran di darat dan laut membuat lautan jadi lokasi sampah yang sangat besar. Begitu juga terjadi dengan luar angkasa.
"Sebagai seorang ahli biologi kelautan, saya tidak pernah membayangkan menulis makalah tentang luar angkasa, tetapi melalui penelitian kolaboratif ini mengidentifikasi begitu banyak kesamaan antara lautan dan luar angkasa," terang Heather Koldewey.
Saat ini keberadaan sampah luar angkasa memang terlihat remeh. Apalagi saat ini masyarakat di bumi tidak melihat langsung triliunan sampah yang ada di atas sana.
Hal itu membuat masyarakat lalai akan bahaya yang ada di baliknya. Kegagalan mencegah lautan jadi tempat atau lokasi sampah justru harus dihindari saat melakukan upaya pencegahan di luar angkasa.
"Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari kesalahan yang dibuat di lautan kita yang relevan dengan akumulasi puing-puing di luar angkasa,” tegas Profesor Richard Thompson OBE, Kepala Unit Riset Sampah Laut Internasional di Universitas Plymouth.
(wsb)