Benarkah China Setuju Mempersenjatai Rusia dengan Senjata Mematikan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - China merupakan salah satu negara yang memiliki kekuatan militer cukup ditakuti. Baru-baru ini bahkan China menolak untuk mempersenjatai Rusia dengan senjata mematikan.
Rusia kini masih berperang dengan Ukraina. Dalam melakukan invasi-nya, Rusia telah menghabiskan berbagai senjata dan amunisi. Karena itu Moskow meningkatkan proses produksi senjatanya.
Dilansir dari Eurasian Times, pakar terkenal angkatan bersenjata Rusia, Pavel Luzin mengatakan statistik tingkat produksi senjata Rusia dari Januari hingga Februari 2023 telah menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Namun, meski Rusia telah meningkatkan produksi senjatanya selama beberapa bulan terakhir untuk memenuhi tuntutan perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina, itu mungkin tidaklah cukup.
Ini menjelaskan mengapa Rusia saat ini tengah mengharapkan bantuan dalam produk militer utama dari beberapa "teman sekutu" seperti Belarusia, Korea Utara, Iran, dan China.
Karena itulah Rusia tengah berharap pada China yang punya kekuatan militer dan ekonomi lebih besar ketimbang Korea Utara dan Iran.
Namun, untuk sampai saat ini China hanya memberikan bantuan ringan saja, seperti suku cadang pesawat. Sedangkan Rusia tengah membutuhkan drone, peluru yang kompatibel, rudal jelajah, dan senjata presisi lainnya.
Belum diketahui kesediaan China dalam memasok persenjataan tersebut. Hingga bocornya dokumen Pentagon beberapa waktu lalu mengungkapkan peristiwa tersembunyi.
Dilansir dari The Guardian, China menyetujui pemberian bantuan senjata mematikan ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, tetapi menginginkan pengiriman apa pun tetap dirahasiakan menurut dokumen pemerintah AS yang bocor.
Ringkasan intelijen rahasia tertanggal 23 Februari tersebut menyatakan bahwa Beijing telah menyetujui penyediaan senjata tambahan ke Moskow yang akan disamarkan sebagai barang sipil.
File-file itu adalah bagian dari kumpulan besar dokumen rahasia yang bocor dan muncul di platform online Discord pada Maret 2023 kemarin.
Meski begitu, Beijing membantah berita tersebut karena tidak ada bukti bahwa senjata semacam itu benar-benar dikirim.
Rusia kini masih berperang dengan Ukraina. Dalam melakukan invasi-nya, Rusia telah menghabiskan berbagai senjata dan amunisi. Karena itu Moskow meningkatkan proses produksi senjatanya.
Dilansir dari Eurasian Times, pakar terkenal angkatan bersenjata Rusia, Pavel Luzin mengatakan statistik tingkat produksi senjata Rusia dari Januari hingga Februari 2023 telah menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Namun, meski Rusia telah meningkatkan produksi senjatanya selama beberapa bulan terakhir untuk memenuhi tuntutan perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina, itu mungkin tidaklah cukup.
Ini menjelaskan mengapa Rusia saat ini tengah mengharapkan bantuan dalam produk militer utama dari beberapa "teman sekutu" seperti Belarusia, Korea Utara, Iran, dan China.
China Setuju Persenjatai Rusia menurut Dokumen Pentagon yang Bocor
Sebelumnya, Korea Utara dan Iran telah menanggapi permintaan Rusia. Namun mereka menolak dengan alasan tidak ingin menghabiskan persenjataan mereka melebihi batas tertentu.Karena itulah Rusia tengah berharap pada China yang punya kekuatan militer dan ekonomi lebih besar ketimbang Korea Utara dan Iran.
Namun, untuk sampai saat ini China hanya memberikan bantuan ringan saja, seperti suku cadang pesawat. Sedangkan Rusia tengah membutuhkan drone, peluru yang kompatibel, rudal jelajah, dan senjata presisi lainnya.
Belum diketahui kesediaan China dalam memasok persenjataan tersebut. Hingga bocornya dokumen Pentagon beberapa waktu lalu mengungkapkan peristiwa tersembunyi.
Dilansir dari The Guardian, China menyetujui pemberian bantuan senjata mematikan ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, tetapi menginginkan pengiriman apa pun tetap dirahasiakan menurut dokumen pemerintah AS yang bocor.
Ringkasan intelijen rahasia tertanggal 23 Februari tersebut menyatakan bahwa Beijing telah menyetujui penyediaan senjata tambahan ke Moskow yang akan disamarkan sebagai barang sipil.
File-file itu adalah bagian dari kumpulan besar dokumen rahasia yang bocor dan muncul di platform online Discord pada Maret 2023 kemarin.
Meski begitu, Beijing membantah berita tersebut karena tidak ada bukti bahwa senjata semacam itu benar-benar dikirim.
(bim)