Teliti Kekuatan Banjir Bah Zaman Nabi Nuh, Para llmuwan Banyak Temukan Hal di Luar Nalar
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Peristiwa banjir bah zaman Nabi Nuh yang diperkirakan terjadi sekitar 4.500 tahun lalu atau pada tahun 2348 SM masih menjadi penelitian menarik sejumlah ilmuwan. Banjir bah pada zaman Nabi Nuh digambarkan sebagai bencana global yang berlangsung selama setahun dan menghancurkan dunia.
Dikisahkan ketika banjir bah zaman Nabi Nuh terjadi, semua mata air samudra menyembur dan tingkap-tingkap langit terbuka menumpahkan semua air. Banjir bah berlangsung selama satu tahun sampai akhirnya banjir surut kembali.
Tentu ini merupakan kejadian yang luar biasa karena menurut Survei Geologi AS, jika semua air di atmosfer turun sekaligus sebagai hujan, maka seluruh Bumi tenggelam dengan kedalaman sekitar 1 inci atau 2,5 sentimeter. Padahal dikisahkan ketika banjir bah, nabi Nuh dan pengikutnya harus naik ke kapal, tentu masih ada kekuatan lain untuk mendatangkan air dalam jumlah besar.
Menurut penghitungan NASA, jika semua gletser dan lapisan es dunia mencair hanya menambah sedikit ketinggian banjir. Dipekirakan permukaan laut akan naik lebih dari 195 kaki atau 60 meter.
Kemudian, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience memperkirakan bahwa ada 5,4 juta mil kubik atau 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 km bagian atas kerak bumi. Jumlah air ini jika tersembur keluar cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 590 kaki atau 180 meter.
Tentu ini genangan banjir yang luar biasa, namun para peneliti masih penasaran karena ketinggian 180 meter belum bisa menutupi semua daratan. Masih ada kota-kota yang terletak di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya lebih dari 8.849 meter di atas permukaan laut.
“Jika melihat sebagai banjir global yang sampai menutupi gunung tertinggi di dunia, rasanya tidak ada cukup air yang ada di Bumi,” kata David Montgomery, profesor geomorfologi di University of Washington di Seattle dan penulis "The Rocks Don't Lie kepada Live Science, Senin (15/5/2023).
Banyak hal menarik dari kisah banjir pada zaman nabi Nuh yang belum terungkap dan menjadi penelitian. Misalnya, pada akhir 1990-an, ahli kelautan William Ryan dan Walter Pitman berhipotesis pada pertemuan American Geophysical Union bahwa sekitar 7.500 tahun yang lalu, Laut Mediterania mulai mengalir ke Laut Hitam yang saat itu terisolasi.
Hipotesis yang dimuat dalam jurnal Science pada tahun 1998 menyebutkan, kondisi ini menyebabkan banjir besar di sekitar Laut Hitam, yang menjadi asal muasal banjir zaman Nabu Nuh. Montgomery menilai penelitian itu cukup masuk akal.
"Itu akan menjadi peristiwa yang mengganggu karena membanjiri seluruh dunia yang diketahui oleh orang-orang yang tinggal di sana. Itu bisa berlanjut menjadi kisah banjir Nuh dengan beberapa orang yang selamat yang melarikan diri ke Mesopotamia," kata Montgomery.
Sebuah studi tahun 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Quaternary Science Review menyebutkan ada peristiwa banjir yang jauh lebih kecil daripada yang diusulkan dalam hipotesis Ryan dan Pitman. Ira Spar, profesor studi kuno di Ramapo College of New Jersey, mengatakan kepada Live Science.
Dari teks kuno Mesopotamia, kata Spar, mencatat bahwa ada kisah banjir Sumeria yang terekam dalam fragmen-fragmen yang berasal dari akhir milenium ketiga SM. "Siapa yang tahu seberapa jauh ke belakang ceritanya?" kata Spar.
Montgomery menambahkan, jika diasumsikan sumber banjir zaman nabi Nuh sebagai banjir regional dan bukan banjir global, maka itu bukan hal yang mengada-ada. Montgomery menjelaskan bahwa beberapa banjir yang masuk akal secara geologis, misalnya dari cerita penduduk asli Amerika di Pacific Northwest, dikisahkan ada peristiwa banjir yang sangat mirip tsunami, dengan ombak besar menerjang pantai.
Dikisahkan ketika banjir bah zaman Nabi Nuh terjadi, semua mata air samudra menyembur dan tingkap-tingkap langit terbuka menumpahkan semua air. Banjir bah berlangsung selama satu tahun sampai akhirnya banjir surut kembali.
Tentu ini merupakan kejadian yang luar biasa karena menurut Survei Geologi AS, jika semua air di atmosfer turun sekaligus sebagai hujan, maka seluruh Bumi tenggelam dengan kedalaman sekitar 1 inci atau 2,5 sentimeter. Padahal dikisahkan ketika banjir bah, nabi Nuh dan pengikutnya harus naik ke kapal, tentu masih ada kekuatan lain untuk mendatangkan air dalam jumlah besar.
Menurut penghitungan NASA, jika semua gletser dan lapisan es dunia mencair hanya menambah sedikit ketinggian banjir. Dipekirakan permukaan laut akan naik lebih dari 195 kaki atau 60 meter.
Kemudian, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience memperkirakan bahwa ada 5,4 juta mil kubik atau 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 km bagian atas kerak bumi. Jumlah air ini jika tersembur keluar cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 590 kaki atau 180 meter.
Tentu ini genangan banjir yang luar biasa, namun para peneliti masih penasaran karena ketinggian 180 meter belum bisa menutupi semua daratan. Masih ada kota-kota yang terletak di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya lebih dari 8.849 meter di atas permukaan laut.
“Jika melihat sebagai banjir global yang sampai menutupi gunung tertinggi di dunia, rasanya tidak ada cukup air yang ada di Bumi,” kata David Montgomery, profesor geomorfologi di University of Washington di Seattle dan penulis "The Rocks Don't Lie kepada Live Science, Senin (15/5/2023).
Banyak hal menarik dari kisah banjir pada zaman nabi Nuh yang belum terungkap dan menjadi penelitian. Misalnya, pada akhir 1990-an, ahli kelautan William Ryan dan Walter Pitman berhipotesis pada pertemuan American Geophysical Union bahwa sekitar 7.500 tahun yang lalu, Laut Mediterania mulai mengalir ke Laut Hitam yang saat itu terisolasi.
Hipotesis yang dimuat dalam jurnal Science pada tahun 1998 menyebutkan, kondisi ini menyebabkan banjir besar di sekitar Laut Hitam, yang menjadi asal muasal banjir zaman Nabu Nuh. Montgomery menilai penelitian itu cukup masuk akal.
"Itu akan menjadi peristiwa yang mengganggu karena membanjiri seluruh dunia yang diketahui oleh orang-orang yang tinggal di sana. Itu bisa berlanjut menjadi kisah banjir Nuh dengan beberapa orang yang selamat yang melarikan diri ke Mesopotamia," kata Montgomery.
Sebuah studi tahun 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Quaternary Science Review menyebutkan ada peristiwa banjir yang jauh lebih kecil daripada yang diusulkan dalam hipotesis Ryan dan Pitman. Ira Spar, profesor studi kuno di Ramapo College of New Jersey, mengatakan kepada Live Science.
Dari teks kuno Mesopotamia, kata Spar, mencatat bahwa ada kisah banjir Sumeria yang terekam dalam fragmen-fragmen yang berasal dari akhir milenium ketiga SM. "Siapa yang tahu seberapa jauh ke belakang ceritanya?" kata Spar.
Montgomery menambahkan, jika diasumsikan sumber banjir zaman nabi Nuh sebagai banjir regional dan bukan banjir global, maka itu bukan hal yang mengada-ada. Montgomery menjelaskan bahwa beberapa banjir yang masuk akal secara geologis, misalnya dari cerita penduduk asli Amerika di Pacific Northwest, dikisahkan ada peristiwa banjir yang sangat mirip tsunami, dengan ombak besar menerjang pantai.
(wib)