Bumi Bocor Parah, 1.973 Danau dan Waduk di Dunia Mengering
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah studi baru yang dilakukan University of Colorado Boulder di Amerika Serikat (AS) menyebut Danau waduk kering bermunculan bukti kuat kalau kebocoran di bumi semakin parah.
Rekan penulis makalah penelitian, Balaji Rajagopalan, mengatakan hal itu secara langsung menimbulkan risiko bagi keamanan pasokan air di masa depan bagi manusia.
“Ini mempengaruhi 25 persen populasi dunia yang tinggal di kawasan danau, artinya sekitar dua miliar orang akan terpengaruh,''
"Perubahan iklim dan konsumsi yang tidak berkelanjutan adalah penyebab utama masalah ini dan memiliki efek jangka panjang yang lebih luas," katanya dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di majalah Science.
Ia menambahkan, dibandingkan dengan sungai yang lebih diperhatikan dari segi keilmuan, danau justru kurang terpantau dengan baik, padahal sangat penting untuk keamanan perairan.
Dikatakannya, bencana lingkungan yang melanda perairan lebih luas seperti Laut Kaspia dan Laut Aral, memberi sinyal kepada para peneliti bahwa ada krisis yang lebih besar.
“Dalam hal itu, tim peneliti, yang juga melibatkan ilmuwan dari AS, Prancis, dan Arab Saudi, memeriksa 1.972 danau dan waduk terbesar di Bumi, menggunakan satelit dari tahun 1992 hingga 2020 untuk mempelajari pertanyaan tersebut secara sistematis.
"Kami berfokus pada danau air tawar yang lebih besar karena keakuratan satelit dan kepentingannya bagi manusia dan satwa liar," katanya.
Dia mengatakan tim memperoleh data dari kombinasi citra Landsat, yang merupakan program pengamatan Bumi terlama, dengan elevasi permukaan air yang diperoleh melalui altimeter satelit, untuk menentukan bagaimana pergerakan danau telah berubah selama hampir 30 tahun.
Ia mengatakan, hasil kajian menemukan bahwa 53 persen danau dan waduk mengalami penurunan air dengan laju sekitar 22 gigaton (setara dengan satu miliar metrik ton) per tahun.
"Selama periode yang diteliti, 603 kilometer kubik air hilang, 17 kali lipat air di Danau Mead, reservoir terbesar di AS.
“Untuk danau alam, banyak kerugian yang disebabkan oleh pemanasan iklim serta penggunaan air yang tidak terkendali oleh manusia,” katanya seperti dilansir AFP.
Sementara itu, penulis utama, Fangfang Yao, mengatakan dunia sedang menghadapi kehilangan air danau dalam jumlah besar, tetapi tidak terdeteksi akibat perubahan iklim dan tindakan manusia.
"Di antaranya mengeringnya Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina," katanya dalam sebuah pernyataan.
Secara global, danau dan waduk air tawar menampung 87 persen air baku dunia.
Rekan penulis makalah penelitian, Balaji Rajagopalan, mengatakan hal itu secara langsung menimbulkan risiko bagi keamanan pasokan air di masa depan bagi manusia.
“Ini mempengaruhi 25 persen populasi dunia yang tinggal di kawasan danau, artinya sekitar dua miliar orang akan terpengaruh,''
"Perubahan iklim dan konsumsi yang tidak berkelanjutan adalah penyebab utama masalah ini dan memiliki efek jangka panjang yang lebih luas," katanya dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di majalah Science.
Ia menambahkan, dibandingkan dengan sungai yang lebih diperhatikan dari segi keilmuan, danau justru kurang terpantau dengan baik, padahal sangat penting untuk keamanan perairan.
Dikatakannya, bencana lingkungan yang melanda perairan lebih luas seperti Laut Kaspia dan Laut Aral, memberi sinyal kepada para peneliti bahwa ada krisis yang lebih besar.
“Dalam hal itu, tim peneliti, yang juga melibatkan ilmuwan dari AS, Prancis, dan Arab Saudi, memeriksa 1.972 danau dan waduk terbesar di Bumi, menggunakan satelit dari tahun 1992 hingga 2020 untuk mempelajari pertanyaan tersebut secara sistematis.
"Kami berfokus pada danau air tawar yang lebih besar karena keakuratan satelit dan kepentingannya bagi manusia dan satwa liar," katanya.
Dia mengatakan tim memperoleh data dari kombinasi citra Landsat, yang merupakan program pengamatan Bumi terlama, dengan elevasi permukaan air yang diperoleh melalui altimeter satelit, untuk menentukan bagaimana pergerakan danau telah berubah selama hampir 30 tahun.
Ia mengatakan, hasil kajian menemukan bahwa 53 persen danau dan waduk mengalami penurunan air dengan laju sekitar 22 gigaton (setara dengan satu miliar metrik ton) per tahun.
"Selama periode yang diteliti, 603 kilometer kubik air hilang, 17 kali lipat air di Danau Mead, reservoir terbesar di AS.
“Untuk danau alam, banyak kerugian yang disebabkan oleh pemanasan iklim serta penggunaan air yang tidak terkendali oleh manusia,” katanya seperti dilansir AFP.
Sementara itu, penulis utama, Fangfang Yao, mengatakan dunia sedang menghadapi kehilangan air danau dalam jumlah besar, tetapi tidak terdeteksi akibat perubahan iklim dan tindakan manusia.
"Di antaranya mengeringnya Danau Good-e-Zareh di Afghanistan dan Danau Mar Chiquita di Argentina," katanya dalam sebuah pernyataan.
Secara global, danau dan waduk air tawar menampung 87 persen air baku dunia.
(wbs)