Mengenal Bom Cluster, Senjata Kontroversi yang Punya Efek Mengerikan
loading...
A
A
A
LONDON - Bom cluster sering dikenal juga sebagai bom tandan, munisi tandan, atau bom curah. Penggunaan bom cluster menjadi kontroversi karena memiliki sebaran yang luas sehingga bisa mengancam penduduk sipil.
Bom cluster terdiri dari banyak bom berukuran kecil sehingga memiliki sebaran area yang jauh lebih luas daripada satu ledakan bom terkonsentrasi. Kemampuan ini dianggap dianggap efektif menghancurkan target dalam satu area seperti pasukan infanteri, formasi artileri, dan konvoi truk militer.
Namun, ancaman lain yang tak kalah mengerikan adalah bom cluster meninggalkan jejak bahan peledak yang dapat mematikan bagi warga sipil. Sebab, bom yang tidak meledak dapat bertahan dalam waktu lama dan dikhawatirkan mengancam warga sipil yang mengetahuinya.
Bom cluster biasanya dijatuhkan dari pesawat terbang atau ditembakkan dari darat atau laut, terbuka di udara untuk melepaskan puluhan atau ratusan bom ini. Setelah dilepaskan, bom-bom kecil yang berada dalam bom cluster bisa menutupi area hingga seukuran beberapa lapangan sepak bola.
Siapa pun yang berada di area serangan bom cluster, baik militer maupun sipil, sangat mungkin terbunuh atau terluka parah. “Amunisi cluster mendapat julukan “hujan baja” karena efeknya yang intens dan meluas,” kata Mark Cancian, penasihat senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Jumat (14/7/2023).
Bom-bom ini jatuh ke tanah, terkadang dengan bantuan parasut, untuk mendelay ledakan sampai mengenai target. Sayangnya, sebagian besar bom gagal meledak saat mendarat dan bisa berpotensi menimbulkan bahaya yang mematikan di kemudian hari.
Sebagian kecil bom tidak meledak saat mendarat, biasanya saat bersentuhan dengan tanah lunak atau basah. Benda-benda ini dapat tetap berada di tanah dengan potensi meledak selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.
Secara tidak langsung berubah seperti ranjau darat dan menimbulkan risiko kematian atau cedera bahkan setelah konflik berakhir. Penampilan bom kecil ini sering disalahartikan sebagai benda lain seperti batu atau bahkan mainan.
Ini berarti mengancam keselamatan anak-anak jika menyentuhnya sehingga berisiko terbunuh atau kehilangan anggota tubuh saat meledak. Probabilitas bom kecil yang tak meledak bervariasi dari 2% hingga 40%, tergantung di mana bom cluster dibuat.
Bom cluster AS cenderung memiliki tingkat tak berguna yang lebih rendah (kurang dari 5%) sementara bom Rusia angkanya sangat tinggi sekitar 40%. Jadi sebuah tempat yang menjadi sasaran bom curah membutuhkan operasi pembersihan yang melelahkan dan mahal, kadang-kadang dengan menggunakan robot.
Menurut laporan Monitor Munisi Tandan, sebelum perang Rusia-Ukraina, selama periode 10 tahun dari 2009 hingga 2018, tercatat 4.128 korban munisi tandan di hampir 20 negara. Sebagian besar korban berada di Suriah.
Bom cluster terdiri dari banyak bom berukuran kecil sehingga memiliki sebaran area yang jauh lebih luas daripada satu ledakan bom terkonsentrasi. Kemampuan ini dianggap dianggap efektif menghancurkan target dalam satu area seperti pasukan infanteri, formasi artileri, dan konvoi truk militer.
Namun, ancaman lain yang tak kalah mengerikan adalah bom cluster meninggalkan jejak bahan peledak yang dapat mematikan bagi warga sipil. Sebab, bom yang tidak meledak dapat bertahan dalam waktu lama dan dikhawatirkan mengancam warga sipil yang mengetahuinya.
Bom cluster biasanya dijatuhkan dari pesawat terbang atau ditembakkan dari darat atau laut, terbuka di udara untuk melepaskan puluhan atau ratusan bom ini. Setelah dilepaskan, bom-bom kecil yang berada dalam bom cluster bisa menutupi area hingga seukuran beberapa lapangan sepak bola.
Siapa pun yang berada di area serangan bom cluster, baik militer maupun sipil, sangat mungkin terbunuh atau terluka parah. “Amunisi cluster mendapat julukan “hujan baja” karena efeknya yang intens dan meluas,” kata Mark Cancian, penasihat senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Jumat (14/7/2023).
Cara Kerja Bom Cluster
Bom cluster terdiri dari tabung logam silinder, biasanya berbobot 1.000 pound atau 454 kg, yang ditembakkan dari darat atau udara. Saat bergerak melalui udara, tabung itu mulai berputar sebelum melepaskan isinya, biasanya sekitar 200 bom kecil, masing-masing panjangnya sekitar delapan inci.Bom-bom ini jatuh ke tanah, terkadang dengan bantuan parasut, untuk mendelay ledakan sampai mengenai target. Sayangnya, sebagian besar bom gagal meledak saat mendarat dan bisa berpotensi menimbulkan bahaya yang mematikan di kemudian hari.
Sebagian kecil bom tidak meledak saat mendarat, biasanya saat bersentuhan dengan tanah lunak atau basah. Benda-benda ini dapat tetap berada di tanah dengan potensi meledak selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.
Secara tidak langsung berubah seperti ranjau darat dan menimbulkan risiko kematian atau cedera bahkan setelah konflik berakhir. Penampilan bom kecil ini sering disalahartikan sebagai benda lain seperti batu atau bahkan mainan.
Ini berarti mengancam keselamatan anak-anak jika menyentuhnya sehingga berisiko terbunuh atau kehilangan anggota tubuh saat meledak. Probabilitas bom kecil yang tak meledak bervariasi dari 2% hingga 40%, tergantung di mana bom cluster dibuat.
Bom cluster AS cenderung memiliki tingkat tak berguna yang lebih rendah (kurang dari 5%) sementara bom Rusia angkanya sangat tinggi sekitar 40%. Jadi sebuah tempat yang menjadi sasaran bom curah membutuhkan operasi pembersihan yang melelahkan dan mahal, kadang-kadang dengan menggunakan robot.
Menurut laporan Monitor Munisi Tandan, sebelum perang Rusia-Ukraina, selama periode 10 tahun dari 2009 hingga 2018, tercatat 4.128 korban munisi tandan di hampir 20 negara. Sebagian besar korban berada di Suriah.
(wib)