Kehebatan Drone Sea Baby Ukraina, Sukses Porak-porandakan Armada Laut Hitam Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang antara Rusia-Ukraina membuat teknologi alat perang kedua negara tersebut berkembang. Salah satunya pengembangan drone laut yang disebut Sea Baby buatan intelijen Ukraina dengan spesifikasi super canggih.
Militer Ukraina mengklaim telah membawa hampir satu ton bahan peledak dan telah menyerang Armada Laut Hitam Rusia menggunakan drone laut. Drone laut yang punya nama menggemaskan ini disinyalir juga dimanfaatkan untuk melancarkan serangan lain terhadap Armada Laut Hitam Rusia dekat Crimea yang diduduki pada Jumat (13/10/2023) lalu.
Menurut The Washington Post, Senin (16/10/2023) kapal pembawa misil dan kapal patroli rusak akibat serangan tersebut. Drone Sea Baby digambarkan oleh para pejabat di Ukraina terlibat dalam setidaknya tiga operasi drone rahasia melawan Rusia. Kejadian pertama pada Juli 2023, ketika drone merusak Jembatan Kerch, jalur kunci pasokan Rusia, dan menewaskan dua warga sipil. Layanan Keamanan Ukraina, agen intelijen negara ini, juga mengungkapkan bagaimana mereka menggunakan kendaraan jarak jauh untuk menyerang jembatan tersebut.
Pada pertengahan September, sumber-sumber Ukraina mengatakan bahwa drone laut menyerang kapal rudal kecil Rusia yang merupakan bagian dari Armada Laut Hitam . Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa mereka berhasil menangkis serangan dan menghancurkan drone tersebut.
Sekarang, serangan terbaru Sea Baby terhadap armada laut Rusia bisa menimbulkan tekanan pada fasilitas perbaikannya.
Sea Baby dikembangkan sepenuhnya oleh Layanan Keamanan Ukraina (SBU), kata Vasyl Maliuk, yang memimpin badan intelijen tersebut. "Tidak ada perusahaan swasta yang terlibat," katanya.
Pengembangan drone ini dimulai tak lama setelah Rusia menyerbu Ukraina bulan Februari lalu dan memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan, menurut Maliuk. "Drone ini diproduksi di fasilitas produksi bawah tanah di wilayah Ukraina," katanya.
Drone ini membawa lebih dari 850 kilogram bahan peledak. Saat pasukan Ukraina melancarkan serangan terhadap Jembatan Kerch pada bulan Juli, Sea Baby membawa hingga 850 kilogram bahan peledak.
Tidak jelas apakah itu adalah kapasitas angkut dari drone. Sebagai perbandingan, drone laut lain yang diungkapkan Ukraina pada bulan Juli diklaim dapat membawa hingga 300 kilogram bahan peledak. Drone udara kecil biasanya membawa hulu ledak dengan berat 2-3 kilogram.
Dilansir dari New Voice, drone ini dapat memberikan operator gambar termal sehingga menjadi salah satu dari banyak drone penghancur andalan Ukraina.
Drone telah menjadi bagian kunci dari persenjataan Ukraina selama perang. Banyak drone yang digunakan adalah drone udara murah dari plastik atau busa plastik yang sering dijual kepada penghobi. Tetapi jika dilengkapi dengan bahan peledak mematikan, drone dapat menghancurkan peralatan Rusia yang biayanya jutaan dolar.
Drone lain seperti yang dapat beroperasi di dalam air mungkin lebih mahal untuk dibangun dan dapat melakukan operasi yang lebih kompleks. Salah satu video dari kelompok sukarelawan, Ammo Ukraine, mengklaim menunjukkan drone bawah air senilai 433.000 dollar AS atau Rp6,8 miliar yang disebut Marichka. Drone ini memiliki jangkauan lebih dari 600 mil dan dapat melakukan misi rekognisi atau menyerang sasaran dengan muatan bahan peledak seberat 200 kilogram.
Drone laut lain yang dikembangkan Ukraina, dengan muatan 300 kilogram serta dapat menghantam sasaran dalam jarak 500 mil.
Militer Ukraina mengklaim telah membawa hampir satu ton bahan peledak dan telah menyerang Armada Laut Hitam Rusia menggunakan drone laut. Drone laut yang punya nama menggemaskan ini disinyalir juga dimanfaatkan untuk melancarkan serangan lain terhadap Armada Laut Hitam Rusia dekat Crimea yang diduduki pada Jumat (13/10/2023) lalu.
Menurut The Washington Post, Senin (16/10/2023) kapal pembawa misil dan kapal patroli rusak akibat serangan tersebut. Drone Sea Baby digambarkan oleh para pejabat di Ukraina terlibat dalam setidaknya tiga operasi drone rahasia melawan Rusia. Kejadian pertama pada Juli 2023, ketika drone merusak Jembatan Kerch, jalur kunci pasokan Rusia, dan menewaskan dua warga sipil. Layanan Keamanan Ukraina, agen intelijen negara ini, juga mengungkapkan bagaimana mereka menggunakan kendaraan jarak jauh untuk menyerang jembatan tersebut.
Pada pertengahan September, sumber-sumber Ukraina mengatakan bahwa drone laut menyerang kapal rudal kecil Rusia yang merupakan bagian dari Armada Laut Hitam . Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa mereka berhasil menangkis serangan dan menghancurkan drone tersebut.
Sekarang, serangan terbaru Sea Baby terhadap armada laut Rusia bisa menimbulkan tekanan pada fasilitas perbaikannya.
Sea Baby dikembangkan sepenuhnya oleh Layanan Keamanan Ukraina (SBU), kata Vasyl Maliuk, yang memimpin badan intelijen tersebut. "Tidak ada perusahaan swasta yang terlibat," katanya.
Pengembangan drone ini dimulai tak lama setelah Rusia menyerbu Ukraina bulan Februari lalu dan memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan, menurut Maliuk. "Drone ini diproduksi di fasilitas produksi bawah tanah di wilayah Ukraina," katanya.
Drone ini membawa lebih dari 850 kilogram bahan peledak. Saat pasukan Ukraina melancarkan serangan terhadap Jembatan Kerch pada bulan Juli, Sea Baby membawa hingga 850 kilogram bahan peledak.
Tidak jelas apakah itu adalah kapasitas angkut dari drone. Sebagai perbandingan, drone laut lain yang diungkapkan Ukraina pada bulan Juli diklaim dapat membawa hingga 300 kilogram bahan peledak. Drone udara kecil biasanya membawa hulu ledak dengan berat 2-3 kilogram.
Sea Baby mampu bertahan dalam cuaca buruk
Drone laut eksperimental ini mampu beroperasi dalam kondisi cuaca buruk dan bersembunyi di balik gelombang tinggi untuk menghindari deteksi serta bergerak di permukaan air.Dilansir dari New Voice, drone ini dapat memberikan operator gambar termal sehingga menjadi salah satu dari banyak drone penghancur andalan Ukraina.
Drone telah menjadi bagian kunci dari persenjataan Ukraina selama perang. Banyak drone yang digunakan adalah drone udara murah dari plastik atau busa plastik yang sering dijual kepada penghobi. Tetapi jika dilengkapi dengan bahan peledak mematikan, drone dapat menghancurkan peralatan Rusia yang biayanya jutaan dolar.
Drone lain seperti yang dapat beroperasi di dalam air mungkin lebih mahal untuk dibangun dan dapat melakukan operasi yang lebih kompleks. Salah satu video dari kelompok sukarelawan, Ammo Ukraine, mengklaim menunjukkan drone bawah air senilai 433.000 dollar AS atau Rp6,8 miliar yang disebut Marichka. Drone ini memiliki jangkauan lebih dari 600 mil dan dapat melakukan misi rekognisi atau menyerang sasaran dengan muatan bahan peledak seberat 200 kilogram.
Drone laut lain yang dikembangkan Ukraina, dengan muatan 300 kilogram serta dapat menghantam sasaran dalam jarak 500 mil.
(msf)