Bukti Ilmiah Surat Al-Fil, Arab Saudi Kaya Minyak karena Banyak Gajah
loading...
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi terkenal sebagai salah satu negara kaya minyak di Timur Tengah lantaran banyaknya fosil gajah purba. Ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa keterangan dalam Al Quran surat Al-Fil benar adanya.
Ternyata Arab Saudi di zaman prasejarah tidak didominasi gurun pasir. Hal itu karena ditemukan banyak fosil gajah purba alias Mastodon.
"Tidak ada gajah yang mampu bertahan hidup di wilayah gurun. Jadi bukan unta yang pertama kali ada di wilayah ini," kata Ali, pemandu di National Museum Riyadh kepada MNC, akhir pekan lalu.
Keberadaan gajah purba itu sekarang justru jadi sumber utama minyak yang banyak ditemukan di wilayah Arab Saudi. Menurutnya, minyak tidak akan terbentuk tanpa fosil hewan seperti gajah yang telah terkubur miliaran tahun lalu.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Arab Saudi tidak melulu padang pasir. Hal itu bisa dikuatkan dengan peristiwa perang gajah yang diinisiasi oleh raja dari Yamah, Abrahan. Waktu itu Abrahah menyerbu Mekkah dengan menggunakan pasukan gajah. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran surat Al-Fil.
Tak hanya fakta soal gajah dan Arab Saudi yang dulu tidak didominasi gurun pasir, koleksi National Museum di Riyadh, juga mengungkap banyak hal lain.
Termasuk mitos bahwa orang-orang Arab Saudi di masa prasejarah memiliki ukuran raksasa . Nyatanya tidak demikian karena dari fosil jari tengah yang ditemukan National Museum ukurannya justru masih sangat normal. "Jadi tidak ada manusia raksasa di zaman dulu," ujar Ali.
Mencermati sudut demi sudut National Museum di Riyadh memang cukup menambah banyak pengetahuan. Terutama mengenai gambaran pra sejarah yang terjadi di Arab Saudi.
Termasuk gambaran di mana kebudayaan Arab Saudi kuno justru banyak terpengaruh oleh perkembangan dari peradaban lain. Siapa sangka Arab Saudi jaman pra sejarah justru pernah membuat sebuah bangunan istana yang mirip dengan di Petra, Yordania.
Bagaimana dengan masa-masa jahiliyah? National Museum juga tidak lupa memberikan gambaran mengenai kondisi tersebut.
Hanya saja mereka menggambarkannya dengan membuat sebuah lorong yang gelap. Ya, benar-benar gelap seolah menggambarkan masa jahiliyah yang kerap dibilang sebagai masa-masa kebodohan. Saking bodohnya masa tersebut seperti masa-masa gelap buat semua orang Arab Saudi.
Tentunya setelah masa jahiliyah hadir masa Keislaman yang dibawa oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Masa di mana wilayah Arab Saudi mengalami era keemasan.
Tentunya National Museum menangkap masa-masa tersebut dengan nuansa yang terang. Berbagai koleksi dihadirkan untuk mewakili masa keeamasan ini seperti Al Quran berusia 500 tahun, mural keramik, dan masih banyak lagi dari tahun-tahun awal Islam.
"Koleksi yang ada di sini merupakan milik kami dan sebagian ada yang merupakan pinjaman dari museum-museum lain yang ada di dunia," kata Ali.
Keberadaan koleksi dan National Museum di Riyadh itu tentu sangat penting buat masyarakat Arab Saudi dan dunia. Ternyata perjalanan sejarah di Arab Saudi melewati masa-masa yang sangat panjang dan penuh cerita. Tidak melulu cerita masa-masa jahiliyah dan keislaman yang lebih banyak didengar dan dibaca oleh banyak orang hingga sekarang.
Ternyata Arab Saudi di zaman prasejarah tidak didominasi gurun pasir. Hal itu karena ditemukan banyak fosil gajah purba alias Mastodon.
"Tidak ada gajah yang mampu bertahan hidup di wilayah gurun. Jadi bukan unta yang pertama kali ada di wilayah ini," kata Ali, pemandu di National Museum Riyadh kepada MNC, akhir pekan lalu.
Keberadaan gajah purba itu sekarang justru jadi sumber utama minyak yang banyak ditemukan di wilayah Arab Saudi. Menurutnya, minyak tidak akan terbentuk tanpa fosil hewan seperti gajah yang telah terkubur miliaran tahun lalu.
Baca Juga
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Arab Saudi tidak melulu padang pasir. Hal itu bisa dikuatkan dengan peristiwa perang gajah yang diinisiasi oleh raja dari Yamah, Abrahan. Waktu itu Abrahah menyerbu Mekkah dengan menggunakan pasukan gajah. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran surat Al-Fil.
Tak hanya fakta soal gajah dan Arab Saudi yang dulu tidak didominasi gurun pasir, koleksi National Museum di Riyadh, juga mengungkap banyak hal lain.
Termasuk mitos bahwa orang-orang Arab Saudi di masa prasejarah memiliki ukuran raksasa . Nyatanya tidak demikian karena dari fosil jari tengah yang ditemukan National Museum ukurannya justru masih sangat normal. "Jadi tidak ada manusia raksasa di zaman dulu," ujar Ali.
Mencermati sudut demi sudut National Museum di Riyadh memang cukup menambah banyak pengetahuan. Terutama mengenai gambaran pra sejarah yang terjadi di Arab Saudi.
Termasuk gambaran di mana kebudayaan Arab Saudi kuno justru banyak terpengaruh oleh perkembangan dari peradaban lain. Siapa sangka Arab Saudi jaman pra sejarah justru pernah membuat sebuah bangunan istana yang mirip dengan di Petra, Yordania.
Bagaimana dengan masa-masa jahiliyah? National Museum juga tidak lupa memberikan gambaran mengenai kondisi tersebut.
Hanya saja mereka menggambarkannya dengan membuat sebuah lorong yang gelap. Ya, benar-benar gelap seolah menggambarkan masa jahiliyah yang kerap dibilang sebagai masa-masa kebodohan. Saking bodohnya masa tersebut seperti masa-masa gelap buat semua orang Arab Saudi.
Tentunya setelah masa jahiliyah hadir masa Keislaman yang dibawa oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Masa di mana wilayah Arab Saudi mengalami era keemasan.
Tentunya National Museum menangkap masa-masa tersebut dengan nuansa yang terang. Berbagai koleksi dihadirkan untuk mewakili masa keeamasan ini seperti Al Quran berusia 500 tahun, mural keramik, dan masih banyak lagi dari tahun-tahun awal Islam.
"Koleksi yang ada di sini merupakan milik kami dan sebagian ada yang merupakan pinjaman dari museum-museum lain yang ada di dunia," kata Ali.
Keberadaan koleksi dan National Museum di Riyadh itu tentu sangat penting buat masyarakat Arab Saudi dan dunia. Ternyata perjalanan sejarah di Arab Saudi melewati masa-masa yang sangat panjang dan penuh cerita. Tidak melulu cerita masa-masa jahiliyah dan keislaman yang lebih banyak didengar dan dibaca oleh banyak orang hingga sekarang.
(msf)