Lenyap dari Indonesia, Kura-Kura Leher Ular Pulau Rote Beranak Pinak di Singapura
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Indonesia kembali kehilangan hewan eksotisnya alias punah, walau tidak punah seutuhnya KURA-KURA LEHAR ULAR PULAU ROTE nyatanya berkembang biak dan beranak pinak di Singapura. BACA JUGA - Produk Buatan ChIna Diperangi, Produsksi Apple Terancam Diusik
Seperti diberitakan sebelumnya Terkait upaya pihak Indonesia dalam mempertahankan populasi kura-kura leher ular di Rote Ndao. Nantinya, BKSDA NTT akan segera memulangkan beberapa ekor kura-kura leher ular dari Singapura untuk dilepasliarkan di Rote Ndao sehingga populasi kura-kura kepala ular bisa ada lagi di daerah itu.
Sebelum dilepas di Rote Ndao beberapa kura-kura leher ular dari Singapura itu nantinya akan dipelihara selama tiga bulan di Kupang untuk adaptasi.
Reptil ini juga masuk kedalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan terdaftar dalam Appendix II (perdagangan dengan pembatasan kuota) sejak tahun 2005, dan penetapan perdagangan nol kuota untuk spesimen dari alam sejak tahun 2013.
Herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Evy Arida, seperti dilansir pada web resmi yayasantitian.org, menjelaskan kura-kura khas pulau rote ini menjadi salah satu jenis kura-kura yang paling terancam punah di dunia. Jenis ini mengalami penurunan populasi yang begitu drastis, hingga perjumpaannya di alam dan di lokasi yang sebelumnya ditemukan kini sudah tidak lagi.
Evy mengatakan, dua tahun pasca-jenis ini dideskripsikan pada 1994, statusnya langsung Vulnerable atau rentan yang disematkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Empat tahun setelahnya, pada tahun 2000, predikatnya lompat menjadi Critically Endagered atau kritis alias satu langkah menuju kepunahan di alam liar.Faktor paling berpengaruh yang menyebabkan penurunan besar-besaran populasi kura-kura jenis ini adalah perburuan masif untuk diperdagangkan.
Selain itu, sebaran habitatnya yang tidak begitu luas serta siklus perkembangbiakannya yang cenderung lambat, mempercepat laju kepunahannya.Kini, Keberadaan Kura-kura Leher Ular Rote memang sudah sulit dijumpai di alam liar. Tetapi, di sejumlah tempat seperti kebun binatang dan pusat penangkaran masih ada dan populasinya diusahakan meningkat.
Di antaranya di Amerika, Eropa dan Asia, termasuk di Indonesia yang tengah dilakukan breeding atau pengembangbiakan.Pada 26 Juni 2019 lalu menjadi momentum penting upaya penyelamatan Kura-kura Leher Ular Rote . Dilansir pada laman resmi ksdae.menlhk.go.id, Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) menyerahkan fasilitas berupa kandang konservasi yang akan digunakan untuk repatriasi dari kebun binatang di luar negeri ke Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya Terkait upaya pihak Indonesia dalam mempertahankan populasi kura-kura leher ular di Rote Ndao. Nantinya, BKSDA NTT akan segera memulangkan beberapa ekor kura-kura leher ular dari Singapura untuk dilepasliarkan di Rote Ndao sehingga populasi kura-kura kepala ular bisa ada lagi di daerah itu.
Sebelum dilepas di Rote Ndao beberapa kura-kura leher ular dari Singapura itu nantinya akan dipelihara selama tiga bulan di Kupang untuk adaptasi.
Reptil ini juga masuk kedalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan terdaftar dalam Appendix II (perdagangan dengan pembatasan kuota) sejak tahun 2005, dan penetapan perdagangan nol kuota untuk spesimen dari alam sejak tahun 2013.
Herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Evy Arida, seperti dilansir pada web resmi yayasantitian.org, menjelaskan kura-kura khas pulau rote ini menjadi salah satu jenis kura-kura yang paling terancam punah di dunia. Jenis ini mengalami penurunan populasi yang begitu drastis, hingga perjumpaannya di alam dan di lokasi yang sebelumnya ditemukan kini sudah tidak lagi.
Evy mengatakan, dua tahun pasca-jenis ini dideskripsikan pada 1994, statusnya langsung Vulnerable atau rentan yang disematkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Empat tahun setelahnya, pada tahun 2000, predikatnya lompat menjadi Critically Endagered atau kritis alias satu langkah menuju kepunahan di alam liar.Faktor paling berpengaruh yang menyebabkan penurunan besar-besaran populasi kura-kura jenis ini adalah perburuan masif untuk diperdagangkan.
Selain itu, sebaran habitatnya yang tidak begitu luas serta siklus perkembangbiakannya yang cenderung lambat, mempercepat laju kepunahannya.Kini, Keberadaan Kura-kura Leher Ular Rote memang sudah sulit dijumpai di alam liar. Tetapi, di sejumlah tempat seperti kebun binatang dan pusat penangkaran masih ada dan populasinya diusahakan meningkat.
Di antaranya di Amerika, Eropa dan Asia, termasuk di Indonesia yang tengah dilakukan breeding atau pengembangbiakan.Pada 26 Juni 2019 lalu menjadi momentum penting upaya penyelamatan Kura-kura Leher Ular Rote . Dilansir pada laman resmi ksdae.menlhk.go.id, Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) menyerahkan fasilitas berupa kandang konservasi yang akan digunakan untuk repatriasi dari kebun binatang di luar negeri ke Indonesia.
(wbs)