Akibat Es Everest Mencair Banyak Mayat Bermunculan

Jum'at, 28 Juni 2024 - 23:27 WIB
loading...
Akibat Es Everest Mencair Banyak Mayat Bermunculan
Banyak mayat bermunculan usai Es Everest mencair . FOTO/ DAILY
A A A
KATHMANDU - Mencairnya salju di lereng Gunung Everest akibat fenomena pemanasan global mengungkap ratusan jenazah pendaki yang tak sempat mewujudkan impiannya masing-masing untuk menaklukkan puncak tertinggi di dunia.



Tahun ini, sebuah kelompok dikerahkan untuk menjalankan misi menantang untuk menurunkan sebagian mayat yang membeku dari puncak setinggi 8.848 meter (m).

Sebanyak lima, termasuk satu yang hanya tersisa kerangkanya, ditemukan dalam 'kampanye pembersihan' di Everest dan puncak Lhotse dan Nuptse yang berdekatan.

Ternyata ini adalah tugas yang berbahaya, namun tim penyelamat bersedia mempertaruhkan nyawa mereka.

Kelompok tersebut membutuhkan waktu beberapa jam untuk memecahkan es dengan kapak dan beberapa menggunakan air panas untuk mencairkan es.

“Mayat dan tumpukan sampah semakin terlihat,” kata Aditya Karki yang memimpin tim beranggotakan 12 prajurit dan 18 pendaki.

Masih banyak jenazah bahkan ada yang terkubur salju atau terjebak di jurang, terutama di 'zona kematian' yang kadar udara dan oksigennya sangat rendah.

Ada pula yang masih berpakaian lengkap seperti 'Green Boots' dan 'Sleeping Beauty' yang menjadi 'landmark' jalur pendakian menuju puncak.

“Upaya menurunkan jenazah merupakan pekerjaan yang sangat berat. Namun terpaksa dilakukan karena ada dampak psikologisnya. Melihat jenazah tergeletak selama ekspedisi dapat berdampak buruk bagi rombongan pendaki,” jelas Karki seperti dilansir dari Daily Mail.

Menurutnya, salah satu jenazah dibekukan dengan es dan butuh waktu 11 jam untuk memisahkannya.

Proses menurunkannya merupakan tantangan besar lainnya bagi kami,” kata Tshiring Jangbu Sherpa seraya menambahkan beberapa jenazah masih utuh dan dilengkapi peralatan untuk pendakian.

Misi menjatuhkan jenazah dari ketinggian merupakan topik kontroversial di kalangan komunitas pendaki.

Pasalnya, biayanya ribuan dolar dan dibutuhkan delapan penyelamat untuk menangani setiap jenazah.

“Berat setiap jenazah bisa mencapai hampir 100 kilogram. Pada ketinggian seperti itu, kemampuan individu untuk membawa beban berat juga akan terpengaruh. Kita perlu menurunkan sebanyak mungkin. Jika tidak, jalur menuju puncak Everest akan menjadi kuburan,” katanya.

Jenazah biasanya dibungkus dalam tas dan diletakkan di atas kereta luncur plastik sebelum diseret ke bawah.

Bagi para Sherpa, pengalaman membawa salah satu jenazah di puncak Lhotse setinggi 8.516 m adalah yang paling menantang.

“Tubuhnya membeku dengan tangan dan kaki terbuka. Kami harus membawanya ke Kamp Tiga sebelum menaikkannya ke kereta luncur,” tambahnya.

Rakesh Gurung dari Departemen Pariwisata Nepal mengatakan dua jenazah telah diidentifikasi dan pihak berwenang sedang menunggu tes lebih lanjut untuk mengonfirmasinya.

Jenazah yang berhasil diturunkan telah dikirim ke Kathmandu dan mereka yang 'tidak memiliki identitas' akan dikremasi.

Meski berbagai upaya pembersihan dilakukan, Everest masih menyimpan banyak rahasia.

“Gunung tertinggi di dunia ini telah memberikan banyak kesempatan kepada para pendaki. Kita perlu ‘mengapresiasinya’ dengan membersihkan sampah-sampah dan mayat-mayat yang merusak pemandangan,” kata Sherpa lagi.

Karki mengatakan, tekanan utama ekspedisi adalah membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan pendaki musim ini.

“Siapa yang akan membuang sampah-sampah lama? Masih tetap di sana,” ujarnya.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1866 seconds (0.1#10.140)
pixels