Kawah Api Mulai Padam, Gerbang Neraka Tak Lagi Menakutkan

Minggu, 01 September 2024 - 17:52 WIB
loading...
Kawah Api Mulai Padam,...
Gates of Hell atau Gerbang Neraka di Turkmenistan. FOTO/ SKY NEWS
A A A
ASHGABAT - Kawah api yang populer dijuluki ' Gerbang Neraka' di Turkmenistan, tidak lagi menakutkan seperti dulu ketika api mulai padam dan padam,



Kawah gas Darvaza terletak di Gurun Karakum dan telah memuntahkan 'nafas setan' atau api tanpa henti selama puluhan tahun.

Seperti dilansir dari The Sun, Minggu (1/9/2024), namun kawah gunung berapi yang menjadi objek wisata ini mengejutkan masyarakat ketika berhenti terbakar dan diperkirakan tidak akan bertahan lama.

Saluran berita lokal melaporkan bahwa pemerintah Turkmenistan kerap mengemukakan kemungkinan penutupan tungku pembakaran.

Wisatawan yang berkunjung ke Darvaza juga melaporkan bahwa api dengan suhu 1.000 derajat Celsius semakin kecil dibandingkan sebelumnya.

Pelopor pariwisata Turkmenistan yang berbasis di Inggris, Dylan Lupin, mengatakan: "Menurut saya, tingkat kebakaran di Turkmenistan hanya sekitar 40 persen dibandingkan tingkat kebakaran yang pertama kali saya lihat di sana pada tahun 2009."

Kawah api Darzava yang dijuluki sebagai "Gates of Hell atau "Gerbang Neraka" di Turkmenistan sudah menganga dan memuntahkan api selama beberapa dekade.

Kesulitan mengungkap misteri munculnya "Gerbang Neraka" itu wajar, karena Turkmenistan dulunya bagian dari Uni Soviet yang dikenal menyimpan rahasia besar.

Kawah api Darvaza berada di tengah gurun Karakum yang luas. Hanya sedikit yang diketahui tentang munculnya kawah itu, yakni hasil dari operasi pengeboran minyak dan gas yang gagal oleh Soviet pada 1971.

Pada 2010, Presiden Berdymukhamedov sebenarnya pernah memerintahkan para ahli untuk menemukan cara memadamkan api di kawah tersebut.

Tapi para ahli tersebut gagal dan sang presiden sekarang menuntut kawah api itu dipadamkan. "Karena berdampak negatif baik terhadap lingkungan maupun kesehatan orang-orang yang tinggal di dekatnya," katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi, akhir pekan lalu.

"Kami kehilangan sumber daya alam yang berharga yang mana kami bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan dan menggunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kami," lanjut dia.

Laporan lain menyebut situs surealis itu sebenarnya adalah ladang gas alam yang runtuh menjadi gua di desa Darvaza.

Meskipun tidak ada catatan tentang bagaimana lubang yang terbakar itu awalnya ditemukan, teori paling populer menunjukkan bahwa lubang itu dibuat pada tahun 1971, ketika Turkmenistan masih di bawah kekuasaan Soviet.

Menurut teori yang berkembang, ahli geologi menghantam kantong gas alam saat sedang mengebor minyak yang menyebabkan Bumi runtuh.

Diyakini bahwa untuk mencegah penyebaran metana, mereka membakarnya dan terus menyala sejak saat itu.

Kawah ini pernah ditampilkan dalam sebuah episode serial National Geographic "Channel Die Trying" pada 2013.

Penjelajah Kanada, George Kourounis, adalah orang pertama yang turun ke lubang api sedalam 100 kaki. Dia pun tidak dapat menjelaskan asal usul lubang itu.

Pada saat itu, dia mengatakan itu terlihat seperti "gunung berapi di tengah gurun", dan mengakui bahwa dia merasa "sedikit seperti kentang panggang".

"Itu terbakar dengan api yang sangat besar seperti ada banyak api di bawah sana," katanya.

“Siang atau malam, jelas terbakar. Anda dapat mendengar deru api jika Anda berdiri di tepi," ujarnya.

“Panasnya, jika Anda melawan arah angin, tidak tertahankan. Ada ribuan api kecil di sekitar tepi dan menuju pusat," paparnya.

“Lalu ada dua api besar di tengah di bagian bawah, dan mungkin di sanalah lubang rig pengeboran untuk ekstraksi gas alam.”

Ahli geologi Turkmenistan percaya kawah itu terbentuk pada 1960-an dan baru dinyalakan pada 1980-an.

Dan seperti pada saat Turkmenistan berada di bawah kekuasaan Soviet, setiap catatan pembuatan kawah sekarang menjadi informasi rahasia.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1230 seconds (0.1#10.140)