Universitas Oxford Ciptakan Vaksin Covid-19

Sabtu, 21 November 2020 - 10:15 WIB
loading...
A A A
Dalam penelitiannya, para peneliti telah mencoba sebaik mungkin dan ingin memberi kepastian tentang hasil uji coba. Mereka hanya tinggal menunggu setelah semua data berhasil dikumpulkan. Salah satu pengembang vaksin, Profesor Sarah Gilbert, mengungkapkan bahwa pemberian data kepada regulator obat tidak hanya menunggu data terakhir.

Pemberian data dapat dilakukan saat ini agar mereka dapat menilai bahwa ada banyak informasi yang harus dilalui. “Proses itu sudah dimulai dengan banyak regulator untuk mempercepat aplikasi, seperti yang kami katakan. Kami harapkan sebelum Natal sudah diterima hasilnya,” kata Gilbert.

Oxford memberikan nama vaksinnya sebagai ChAdOx1 nCov-2019. Vaksin diujikan pada mereka yang terbagi dalam tiga kelompok usia 15-55 tahun, 56-69 tahun, dan 70 tahun ke atas. Pengamatan terhadap 560 orang dewasa, termasuk 240 di antaranya berusia di atas 70 tahun, menunjukkan vaksin dapat ditoleransi dan menyebabkan efek samping yang lebih sedikit. Berita ini menjadi langkah maju yang besar karena sebagian besar orang lanjut usia paling berisiko terkena Covid-19 parah bahkan kematian. (Baca juga: Jelang Coblosan Pilkada, Pemerintah dan Penyelenggara Diminta Awasi ASN)

Pejabat kesehatan di Inggris telah menyarankan bahwa vaksin untuk orang dewasa agar lebih diprioritaskan pada usia remaja dan anak-anak. Ini didasari oleh banyaknya kasus kematian pada orang dewasa di atas 50 tahun akibat Covid-19 . “Meskipun ini adalah studi yang sedang berlangsung, hasil awalnya menggembirakan. Vaksin tampaknya dapat ditoleransi dengan baik di semua kelompok umur meskipun orang yang lebih tua mendapatkan sedikit efek samping,” kata Profesor Deborah Dunn-Walters.

Ketua British Society for Immunology Dr Gillies O'Bryan-Tear dari Fakultas Kedokteran Farmasi juga menanggapi pembuatan vaksin Covid-19. Ia mengungkapkan bahwa penuaan sistem kekebalan pada orang tua dapat menyebabkan kemanjuran vaksin yang lebih rendah. Salah satu petunjuk dari penelitian saat ini bahwa orang tua bereaksi lebih sedikit terhadap vaksin. Efek samping yang ditimbulkan bisa berupa demam, rasa sakit, dan pembengkakan di tempat suntikan meskipun hanya sedikit. (Lihat videonya: Siswi SD di Gowa Buta usai Belajar Daring 4 Jam)

Namun, yang menggembirakan adalah adanya peningkatan sistem kekebalan tubuh. Tidak ada perbedaan imun tubuh antara pasien lebih tua dan pasien yang lebih muda. “Ini menunjukkan tetapi belum membuktikan bahwa perlindungan terhadap suatu penyakit akan sama pada orang tua dan orang muda,” kata Gilies. (Fandy)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2921 seconds (0.1#10.140)