Selain Hujan Meteor, Ada Fenomena Alam Lain yang Terjadi Kemarin dan Hari Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemarin dan hari ini dan kemarin, Bumi disambangi oleh fenomena yang sangat menarik , yakni Hujan Meteor Geminid. Hujan meteor Geminid adalah hujan meteor yang titik radiannya berada di konstelasi Gemini. (Baca juga: Jelang Puncak Musim Hujan, Masyarakat Diimbau Waspadai Bencana Hidrometeorologi )
Pusat Sains Antariksa dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) , menjelaskan, hujan meteor ini muncul sejak pukul 20.00 WIB (13/12/2020) sampai pukul 05.00 WIB (14/12/2020).
Intensitas turunnya hujan meteor ini sekitar 86-107 meteor per jam untuk wilayah Indonesia. Sedangkan ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi, yakni mulai 45 derajat (Pulau Rote) hingga 62 derajat (Pulau Weh).
Tetapi selain hujan meteor tersebut, ada fenomena lain yang terjadi kemarin, yakni Puncak konjungasi Bulan dan Venus. Fenomena terjadi pada pukul 02.45 WIB (13/12/2020), dengan sudut pisah 1,25 derajat.
Tetapi kedua objek langit ini baru akan terbit pada pukul 04.00 WIB dari arah Timur - Tenggara, dengan sudut pisah 1,45 derajat, dan terakhir terlihat ketika terbit Matahari pukul 05.30 WIB dengan sudut 2 derajat.
Di hari yang sama, Bulan juga berada di titik terdekatnya dari Bumi. Bulan berada pada titik terdekat Bumi (perige) pada pukul 03.34.36 WIB dengan jarak 361.757 km, iluminasi 4,73% (fase sabit akhir), magnitudo visual -6,40 dan lebar sudut 1,56 menit busur.
Saat itu, Bulan terletak di konstelasi Libra ketika perige. Tetapi baru dapat disaksikan sejak pukul 04.00 WIB hingga terbit Matahari. Sebab Bulan masih berada di bawah ufuk ketika puncak perige.
Sementara di hari ini, Senin (14/12/2020), terjadi fenomena Bulan Sabit Tua, yang bisa dilihat dengan mata telanjang sejak pukul 04.50 WIB hingga terbit Matahari pukul 05.30 WIB, dengan jarak toposentris 361.743 km, iluminasi 0,79%, magnitudo visual -4,99 dan lebar sudut 0,13 menit busur.
Bulan Sabit Tua kali ini berumur 28 hari 17,37 jam, elongasi 9,23 derajat dan terbit dari arah Timur-Tenggara di konstelasi Ophiuchus. (Baca juga: CCTV Canggih EZVIZ C3N Siap Amankan Janda Bolong dari Tangan Nakal )
Pusat Sains Antariksa dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) , menjelaskan, hujan meteor ini muncul sejak pukul 20.00 WIB (13/12/2020) sampai pukul 05.00 WIB (14/12/2020).
Intensitas turunnya hujan meteor ini sekitar 86-107 meteor per jam untuk wilayah Indonesia. Sedangkan ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi, yakni mulai 45 derajat (Pulau Rote) hingga 62 derajat (Pulau Weh).
Tetapi selain hujan meteor tersebut, ada fenomena lain yang terjadi kemarin, yakni Puncak konjungasi Bulan dan Venus. Fenomena terjadi pada pukul 02.45 WIB (13/12/2020), dengan sudut pisah 1,25 derajat.
Tetapi kedua objek langit ini baru akan terbit pada pukul 04.00 WIB dari arah Timur - Tenggara, dengan sudut pisah 1,45 derajat, dan terakhir terlihat ketika terbit Matahari pukul 05.30 WIB dengan sudut 2 derajat.
Di hari yang sama, Bulan juga berada di titik terdekatnya dari Bumi. Bulan berada pada titik terdekat Bumi (perige) pada pukul 03.34.36 WIB dengan jarak 361.757 km, iluminasi 4,73% (fase sabit akhir), magnitudo visual -6,40 dan lebar sudut 1,56 menit busur.
Saat itu, Bulan terletak di konstelasi Libra ketika perige. Tetapi baru dapat disaksikan sejak pukul 04.00 WIB hingga terbit Matahari. Sebab Bulan masih berada di bawah ufuk ketika puncak perige.
Sementara di hari ini, Senin (14/12/2020), terjadi fenomena Bulan Sabit Tua, yang bisa dilihat dengan mata telanjang sejak pukul 04.50 WIB hingga terbit Matahari pukul 05.30 WIB, dengan jarak toposentris 361.743 km, iluminasi 0,79%, magnitudo visual -4,99 dan lebar sudut 0,13 menit busur.
Bulan Sabit Tua kali ini berumur 28 hari 17,37 jam, elongasi 9,23 derajat dan terbit dari arah Timur-Tenggara di konstelasi Ophiuchus. (Baca juga: CCTV Canggih EZVIZ C3N Siap Amankan Janda Bolong dari Tangan Nakal )
(iqb)