Sabuk Hujan Tropis Berpotensi Berubah, Dampaknya Akan Mengerikan

Jum'at, 22 Januari 2021 - 15:29 WIB
loading...
Sabuk Hujan Tropis Berpotensi Berubah, Dampaknya Akan Mengerikan
Ilustrasi, hutan hujan tropis Sumatera. Foto: Instagram/@paulhiltonphoto
A A A
JAKARTA - Sebuah studi baru menunjukkan potensi perubahan pola sabuk hujan tropis dan dapat mengubah iklim dunia. Dampaknya sangat luar biasa, miliaran orang bisa kelaparan akibat ketahanan pangan terganggu.

Saat ini, sabuk hujan tropis membawa serta curah hujan lebat di sepanjang khatulistiwa. Namun karena ada bagian atmosfer bumi memanas dengan kecepatan yang berbeda, sabuk ini tampaknya akan terganggu karena tertarik ke wilayah udara yang lebih hangat. (Baca: Arkeolog Gali Fosil Dinosaurus Terbesar berusia 98 Juta Tahun di Argentina)

Kondisi ini bisa mengancam keanekaragaman hayati dan menghilangkannya. Air yang diandalkan masyarakat untuk bercocok tanam jadi tidak tersedia sehingga akan menyebabkan kelaparan.

Para peneliti menganalisis 27 model iklim paling mutakhir untuk mencapai kesimpulan mereka. "Pekerjaan kami menunjukkan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan posisi sabuk hujan tropis Bumi bergerak berlawanan arah, sebuah proses yang akan berdampak pada ketersediaan air dan produksi pangan di seluruh dunia," kata ilmuwan atmosfer Antonios Mamalakis, dari Colorado State University. (Baca juga: Pandemi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Ancaman terhadap kesehatan Manusia)

Di seberang Samudra Pasifik bagian timur dan Samudra Atlantik di Belahan Barat, pergeseran sabuk hujan tropis ke selatan meningkatkan tekanan kekeringan di Amerika Tengah.

Sementara itu di beberapa belahan bumi timur, termasuk Afrika timur dan Samudera Hindia, sabuk tersebut diperkirakan bergerak ke utara. Kondisi ini akan membuat kekeringan lebih sering terjadi dan bertahan lebih lama di wilayah seperti Afrika tenggara dan Madagaskar.

"Di Asia, proyeksi pengurangan emisi aerosol, pencairan gletser di Himalaya dan hilangnya tutupan salju di wilayah utara akan menyebabkan atmosfer memanas lebih cepat daripada di wilayah lain," kata ilmuwan sistem Bumi James Randerson dari Universitas California, Irvine (UCI). (Baca juga: Ilmuwan Teliti Mata Uang Primitif Orang Eropa Zaman Perunggu)

Para ilmuwan berharap bahwa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang akan datang bisa mendorong individu dan pemerintah untuk membuat perubahan substansial.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4979 seconds (0.1#10.140)