Pornografi Jadi Sumber Utama 'Pendidikan Seks' Orang Dewasa Muda di AS

Rabu, 27 Januari 2021 - 04:31 WIB
loading...
Pornografi Jadi Sumber Utama Pendidikan Seks Orang Dewasa Muda di AS
Archives of Sexual Behavior memeriksa lebih dari 4.000 video di situs pornografi streaming gratis. Ditemukan 35% dan 45% berisi penggambaran kekerasan, hampir selalu terhadap perempuan. Foto/Ilustrasi/Deccan Chronicle
A A A
WASHINGTON - Kaum dewasa yang masih muda, mengatakan, pornografi adalah sumber informasi terbaik mereka tentang bagaimana berhubungan seks. Demikian hasil penelitian baru di Amerika Serikat .

Dalam sebuah survei perwakilan nasional, seperempat dari usia 18-24 tahun mencantumkan pornografi sebagai sumber informasi "paling berguna" mereka tentang bagaimana berhubungan seks. Hal ini menjadikan pornografi sebagai sumber informasi yang paling banyak disebutkan, bahkan di atas menanyakan pasangannya sendiri.

"Penemuan ini menunjukkan perlunya pendidikan lebih lanjut tentang hubungan seksual yang sehat dan tentang apa pornografi itu," kata pemimpin studi Emily Rothman, seorang Profesor Ilmu Kesehatan Komunitas di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Boston, dikutip laman Live Science.

"Pornografi diciptakan untuk hiburan," kata Rothman menegaskan. Pencipta pornografi berfokus pada apa yang menguntungkan, bukan pada apa yang instruksional. "Itu fantasi," imbuhnya.

Pendidikan Seks
"Perkembangan situs porno streaming gratis telah membuat konten eksplisit lebih mudah dari sebelumnya untuk diakses, meningkatkan kekhawatiran tentang apa, jika ada, dampak pornografi terhadap remaja dan dewasa muda," kata Rothman.

"Ada keprihatinan dari berbagai sudut bahwa semakin banyak anak muda yang beralih ke pornografi untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana berhubungan seks," ujarnya lagi.

Dia dan rekan-rekannya telah bekerja selama bertahun-tahun dalam pengajaran literasi pornografi untuk remaja. Konsep di balik literasi porno bukanlah untuk mempermalukan orang karena tertarik pada pornografi atau untuk mengawasi konten yang mereka tonton, katanya. Sebaliknya, pelatihan dan kursus mereka bertujuan untuk memasukkan pornografi ke dalam konteks; untuk membantu kaum muda memahami mengapa mereka mungkin melihat konten yang tidak mewakili hubungan yang sehat dan suka sama suka; dan untuk mempromosikan komunikasi antara pasangan seksual.

"Salah satu masalah yang dapat kami hadapi dengan orang-orang yang mengambil informasi dari pornografi dan bukan dari pasangannya adalah, mereka dapat secara keliru berasumsi bahwa tindakan seksual tertentu yang mereka lihat di pornografi akan menimbulkan respons yang menyenangkan bagi pasangan mereka dan mencobanya tanpa meminta persetujuan," tandas Rothman. "Dan kemudian kita mengalami masalah."

Analisis konten baru-baru ini, yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior, memeriksa lebih dari 4.000 video di situs pornografi streaming gratis. Ditemukan bahwa antara 35% dan 45% berisi penggambaran kekerasan, hampir selalu terhadap perempuan. Sementara minat pada penggambaran seks yang kasar tidak selalu menjadi masalah tersendiri.

Rothman mengatakan, adegan-adegan ini jarang menunjukkan peserta menegosiasikan persetujuan atau mengambil tindakan pencegahan keamanan lainnya. Dan karenanya tidak boleh digunakan sebagai instruksi manual.

Studi baru, yang diterbitkan 4 Januari di jurnal Archives of Sexual Behavior, menggunakan data dari Survei Nasional Kesehatan dan Perilaku Seksual 2015, sebuah survei yang dianggap representatif secara nasional. Dalam survei tersebut, sekitar setengah dari peserta mengatakan mereka belum menerima informasi dari luar yang berguna tentang bagaimana berhubungan seks. Tetapi separuh lainnya -357 dewasa muda dan 324 remaja (usia 14-17 tahun) -mengatakan mereka melakukannya.

Dari mereka yang mengatakan, kaum muda ini telah menerima informasi yang berguna, sekitar seperempat orang dewasa muda menempatkan pornografi di urutan teratas, melebihi pasangan seksual, teman, media, dan pekerja perawatan kesehatan. Remaja jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menyebutkan pornografi, dengan hanya 8,4% beralih ke pornografi sebagai sumber informasi utama mereka.

Sebaliknya, anak usia 14-17 tahun lebih cenderung menyebut orang tua (31%) dan teman (21,6%) sebagai sumber informasi utama mereka. "Kabar baiknya, para remaja pada umumnya mendengarkan orang tua mereka," kata Rothman. "Sangat berharga bagi orang tua untuk terus melakukan percakapan dengan anak remaja mereka tentang seks. Anak Anda peduli dengan apa yang Anda katakan," imbuhnya

Banyaknya orang dewasa muda yang beralih ke pornografi untuk mendapatkan informasi lebih meresahkan, kata Rothman. Dia dan rekan-rekannya bekerja untuk mengembangkan aplikasi Literasi Porno untuk kelas pendidikan seks di sekolah menengah atas yang dapat digunakan pendidik untuk melengkapi kursus mereka.

Tim Rothman telah mengembangkan kelas melek pornografi khusus, tersedia secara online dan melalui Komisi Kesehatan Masyarakat Boston. Tetapi informasi ini jarang menjadi bagian dari pendidikan seks berbasis sekolah.

Peserta kelas melek pornografi tidak pernah diperlihatkan pornografi. Sebaliknya, mereka membahas topik-topik seperti persetujuan, citra tubuh, dan kekerasan dalam hubungan. Aplikasi tersebut akan memperluas jangkauan program.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1750 seconds (0.1#10.140)