Malam Tanpa Bayangan Bakal Terjadi di 2038 dan 2057, Ini Penjelasannya...
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena Malam Tanpa Bayangan Bulan (MTBB) menyambangi Bumi dini hari tadi, Jumat (29/1), pukul 04.43.33 WIB. MTBB terjadi pada ketinggian 89,955 derajat, dengan jarak 381.112,35 km dari Bumi.
MTBB adalah fenomena ketika Bulan memasuki fase purnama dan posisi Bulan tepat berada di atas zenit, atau secara awam tepat di atas kepala kita.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN ), menjelaskan bahwa fenomena ini menjadi momen untuk meluruskan arah kiblat, bagi umat Muslim di belahan dunia yang mengalami malam hari sebelum Bulan terbenam.
Sebab, saat MTBB, Bulan juga tepat berada di atas Ka'bah, arah kiblat bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di Arab Saudi, fenomena ini terjadi dini hari tadi pukul 00.43.33 Waktu Saudi.
Fenomena Bulan tepat di atas Ka'bah juga pernah terjadi pada Minggu, 29 Desember 1974, pukul 00.05.28 Waktu Saudi atau pukul 04.05.28 WIB. Saat itu, ketinggiannya 89,96 derajat, dengan jarak 365.387,26 km dari Bumi.
Selain itu, pada Jumat, 10 November 1916, juga terjadi pada pukul 00.00.34 Waktu Saudi atau 04.00.34 WIB. Ketinggiannya 89,99 derajat, dengan jarak 388.249,15 km dari Bumi.
Menurut prediksi LAPAN, MTBB akan kembali terjadi pada Kamis, 21 Januari 2038, pukul 00.17.16 Waktu Saudi atau 04.17.16 WIB. Ketinggiannya 89,96 derajat, dengan jarak 373.630,99 km dari Bumi.
Setelah itu, juga terjadi lagi pada Minggu, 21 Januari 2057, pukul 00.36.45 Waktu Saudi atau 04.36.45 WIB. Ketinggiannya 89,99 derajat, dengan jarak 394.513,57 km dari Bumi.
Di Indonesia, fenomena MTBB hari ini tidak bisa digunakan untuk meluruskan arah kiblat bagi sebagian provinsi di Maluku, Papua, dan Papua Barat, mengingat posisi Bulan yang sudah lebih dulu terbenam.
Sementara di Pulau Halmahera, Pulau Rote, Pulau Timor, Pulau Buru, Pulau Seram bagian barat, Kepulauan Sula bagian timur, dan Kepulauan Lembata, Bulan dan Matahari akan bersama-sama berada di atas ufuk ketika MTBB di Ka'bah, atau disebut juga sebagai selenelion.
MTBB adalah fenomena ketika Bulan memasuki fase purnama dan posisi Bulan tepat berada di atas zenit, atau secara awam tepat di atas kepala kita.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN ), menjelaskan bahwa fenomena ini menjadi momen untuk meluruskan arah kiblat, bagi umat Muslim di belahan dunia yang mengalami malam hari sebelum Bulan terbenam.
Sebab, saat MTBB, Bulan juga tepat berada di atas Ka'bah, arah kiblat bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di Arab Saudi, fenomena ini terjadi dini hari tadi pukul 00.43.33 Waktu Saudi.
Fenomena Bulan tepat di atas Ka'bah juga pernah terjadi pada Minggu, 29 Desember 1974, pukul 00.05.28 Waktu Saudi atau pukul 04.05.28 WIB. Saat itu, ketinggiannya 89,96 derajat, dengan jarak 365.387,26 km dari Bumi.
Selain itu, pada Jumat, 10 November 1916, juga terjadi pada pukul 00.00.34 Waktu Saudi atau 04.00.34 WIB. Ketinggiannya 89,99 derajat, dengan jarak 388.249,15 km dari Bumi.
Menurut prediksi LAPAN, MTBB akan kembali terjadi pada Kamis, 21 Januari 2038, pukul 00.17.16 Waktu Saudi atau 04.17.16 WIB. Ketinggiannya 89,96 derajat, dengan jarak 373.630,99 km dari Bumi.
Setelah itu, juga terjadi lagi pada Minggu, 21 Januari 2057, pukul 00.36.45 Waktu Saudi atau 04.36.45 WIB. Ketinggiannya 89,99 derajat, dengan jarak 394.513,57 km dari Bumi.
Di Indonesia, fenomena MTBB hari ini tidak bisa digunakan untuk meluruskan arah kiblat bagi sebagian provinsi di Maluku, Papua, dan Papua Barat, mengingat posisi Bulan yang sudah lebih dulu terbenam.
Sementara di Pulau Halmahera, Pulau Rote, Pulau Timor, Pulau Buru, Pulau Seram bagian barat, Kepulauan Sula bagian timur, dan Kepulauan Lembata, Bulan dan Matahari akan bersama-sama berada di atas ufuk ketika MTBB di Ka'bah, atau disebut juga sebagai selenelion.
(dan)