Gurun Terkering di Dunia Pernah Menjadi Oasis Subur oleh Kotoran Burung

Minggu, 31 Januari 2021 - 10:26 WIB
loading...
Gurun Terkering di Dunia Pernah Menjadi Oasis Subur oleh Kotoran Burung
Foto/dok
A A A
SANTIAGO - Gurun Atacama memiliki reputasi yang menakutkan. Gurun non-kutub terkering di dunia , yang terletak di sepanjang pantai Pasifik di Chili utara, merupakan lingkungan hyperarid, seperti Mars. Lingkungan ini sangat ekstrem sehingga ketika hujan turun di tempat yang kering ini, hal itu dapat membawa kematian, bukan kehidupan.

Namun kehidupan di Gurun Atacama pernah terjadi, catatan arkeologi menunjukkan bahwa wilayah hyperarid ini mendukung pertanian ratusan tahun yang lalu. Tanaman yang entah bagaimana tumbuh subur untuk memberi makan orang-orang pra-Columbus dan pra-Inca yang pernah tinggal di sini. (Baca: Jarang Terjadi, Salju Kembali Menyelimuti Gurun Sahara yang Panas)

"Peralihan ke pertanian dimulai di sini sekitar 1.000 SM dan pada akhirnya mendukung desa-desa permanen dan populasi regional yang cukup besar," kata tim peneliti, yang dipimpin oleh ahli biologi Francisca Santana-Sagredo dari Universitas Katolik Kepausan Chili, dikutip dari Science Alert.

Untuk mendukung kehidupan di Gurun Atacama , mungkin saja mereka menggunakan teknik irigasi kuno. Namun para peneliti bisa mengambil kesimpulan, kalau ketersediaan air tidak menjadi satu-satunya prasyarat untuk sistem pertanian yang sukses di Gurun Atacama.

Berdasarkan penelitian dengan menganalisis isotop kimia yang diawetkan dalam tulang manusia dan sisa-sisa gigi masyarakat pra-Inca, para peneliti menduga pupuk juga digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman.

Sekarang, dalam karya baru mereka, ada bukti baru untuk mendukung hipotesis tersebut. "Kami mengumpulkan dan menganalisis ratusan tanaman arkeologi dan buah-buahan liar dari berbagai situs arkeologi di lembah dan oasis di Gurun Atacama di Chili utara," jelas Santana-Sagredo. (Baca juga: Sabuk Hujan Tropis Berubah, Dampaknya Akan Sangat Mengerikan)

Secara total, 246 tanaman purba dianalisis - spesimennya diawetkan dengan baik oleh kekeringan Atacama - termasuk jagung, cabai, labu, kacang-kacangan, dan quinoa, antara lain.

Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon, dan juga pengujian komposisi isotop, hasilnya menunjukkan peningkatan dramatis dalam komposisi isotop nitrogen yang dimulai sekitar 1.000 M.

Di antara tanaman yang diuji, jagung adalah yang paling terpengaruh, dan pada saat yang sama (sekitar 1.000 M). Karena berdasarkan analisis terpisah dari sisa-sisa tulang manusia dan gigi dari wilayah tersebut, yang juga menunjukkan bacaan tinggi dari isotop nitrogen, jagung merupakan makanan yangn paling banyak dikonsumsi saat itu.

Menurut para peneliti, penjelasan paling sederhana untuk lonjakan nilai nitrogen disana adalah adalah kotoran burung purba yang secara teknis dikenal sebagai guano. Kotoran burung purba memiliki sejarah penggunaan sebagai pupuk di zaman pramodern, termasuk kemungkinan besar di Gurun Atacama, sebagai penambah pertumbuhan untuk tanaman pra-Inca. (Baca juga: Bunglon Terkecil di Dunia Ditemukan di Hutan Madagaskar)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)