Penjelasan Mengapa Gunung Api di Indonesia Erupsi di Waktu Hampir Bersamaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sedang dihadapi dengan musibah erupsinya beberapa gunung dalam kurun waktu yang berdekatan. Tentu fenomena ini menarik sekaligus menjadi ancaman yang serius.
Devy Kamil Syahbana, Peneliti dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Kementerian Energi danSumber Daya Mineral (ESDM), menjelaskan bahwasetiap gunung api pada umumnya memiliki sistem yang unik, karena dapur magma masing-masing gunung dan struktur geologi di sekitarnya yang tidak sama.
"Dengan karakteristik seperti itu, maka aktivitas vulkanik antara gunung api dengan lainnya tidak saling berkaitan secara langsung," jelas Devy kepada MNC Portal, Selasa (2/2/2021).
Fenomena erupsi gunung api dalam waktu berdekatan bukan hanya kali ini saja, tapi dari masa lampau kerap mengalami erupsi secara bersamaan. Terlebih di negara dengan jumlah gunung api yang paling banyak erupsi seperti Indonesia.
Devy memaparkan, fenomena seperti ini bukanlah hal yang luar biasa atau baru. Secara statistik, setiap tahun di Indonesia rata-rata terdapat 8-12 gunung api yang mengalami erupsi dan beberapa di antaranya terjadi bersamaan.
Jika diartikan secara awam, fenomena erupsinya beberapa gunung secara bersamaan merupakan suatu kebetulan semata. "Seperti halnya kelahiran bayi, bisa terjadi bersamaan tapi tidak terkait satu sama lainnya secara langsung," kata Devy.
Saat ini terdapat beberapa gunung api yang sedang mengalami erupsi bersamaan, yaitu Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Raung, Gunung Lewotolo, Gunung Dukono, dan Gunung Ibu.
"Tahun depan mungkin gunung api lain. Hal ini silih berganti terjadi bukan hanya saat ini," ujar Devy.
Sementara itu, Kepala PVMBG, Andiani, menuturkan bahwa proses aktifitas gunung api merupakan proses yang alami. Masyarakat diimbau untuk tidak panik, karena semua gunung api di Indonesia dipantau 24 jam setiap hari, sehingga tingkat aktivitas gunung api dapat dimonitor setiap saat.
"Yang penting adalah bagaimana masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana memahami proses yang terjadi pada gunung api tersebut, serta paham apa yang harus dilakukan apabila gunung tersebut mulai aktif," tutur Andiani, saat dihubungi secara terpisah.
Masyarakat terutama yang berada di sekitar Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung api maupun wisatawan, diimbau untuk tetap mengikuti arahan pemerintah daerah setempat dengan tidak memasuki kawasan potensi bahaya yang direkomendasikan oleh PVMBG Badan Geologi.
"Untuk informasi maupun rekomendasi gunungapi dapat diakses oleh publik melalui web dan aplikasi MAGMA Indonesia," tandas Devy.
Devy Kamil Syahbana, Peneliti dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Kementerian Energi danSumber Daya Mineral (ESDM), menjelaskan bahwasetiap gunung api pada umumnya memiliki sistem yang unik, karena dapur magma masing-masing gunung dan struktur geologi di sekitarnya yang tidak sama.
"Dengan karakteristik seperti itu, maka aktivitas vulkanik antara gunung api dengan lainnya tidak saling berkaitan secara langsung," jelas Devy kepada MNC Portal, Selasa (2/2/2021).
Fenomena erupsi gunung api dalam waktu berdekatan bukan hanya kali ini saja, tapi dari masa lampau kerap mengalami erupsi secara bersamaan. Terlebih di negara dengan jumlah gunung api yang paling banyak erupsi seperti Indonesia.
Devy memaparkan, fenomena seperti ini bukanlah hal yang luar biasa atau baru. Secara statistik, setiap tahun di Indonesia rata-rata terdapat 8-12 gunung api yang mengalami erupsi dan beberapa di antaranya terjadi bersamaan.
Jika diartikan secara awam, fenomena erupsinya beberapa gunung secara bersamaan merupakan suatu kebetulan semata. "Seperti halnya kelahiran bayi, bisa terjadi bersamaan tapi tidak terkait satu sama lainnya secara langsung," kata Devy.
Saat ini terdapat beberapa gunung api yang sedang mengalami erupsi bersamaan, yaitu Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Raung, Gunung Lewotolo, Gunung Dukono, dan Gunung Ibu.
"Tahun depan mungkin gunung api lain. Hal ini silih berganti terjadi bukan hanya saat ini," ujar Devy.
Sementara itu, Kepala PVMBG, Andiani, menuturkan bahwa proses aktifitas gunung api merupakan proses yang alami. Masyarakat diimbau untuk tidak panik, karena semua gunung api di Indonesia dipantau 24 jam setiap hari, sehingga tingkat aktivitas gunung api dapat dimonitor setiap saat.
"Yang penting adalah bagaimana masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana memahami proses yang terjadi pada gunung api tersebut, serta paham apa yang harus dilakukan apabila gunung tersebut mulai aktif," tutur Andiani, saat dihubungi secara terpisah.
Masyarakat terutama yang berada di sekitar Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung api maupun wisatawan, diimbau untuk tetap mengikuti arahan pemerintah daerah setempat dengan tidak memasuki kawasan potensi bahaya yang direkomendasikan oleh PVMBG Badan Geologi.
"Untuk informasi maupun rekomendasi gunungapi dapat diakses oleh publik melalui web dan aplikasi MAGMA Indonesia," tandas Devy.
(wsb)