Indonesia Punya Potensi Panas Bumi 40 Persen dari Cadangan Dunia

Jum'at, 19 Februari 2021 - 11:53 WIB
loading...
Indonesia Punya Potensi Panas Bumi 40 Persen dari Cadangan Dunia
Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah menargetkan peningkatan pemanfaatan tidak langsung panas Bumi dalam bauran energi nasional menjadi 7.241,5 MW di 2025. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Ada untung-ruginya Nusantara masuk dalam wilayah ring of fire (cincing api) dunia. Salah satu keuntungannya adalah potensi energi panas Bumi yang cukup besar, yakni sekitar 40% dari cadangan potensi panas Bumi di dunia.

Berdasarkan data Badan Geologi, potensi panas bumi di Indonesia sebesar 23,9 Giga Watt (GW) hingga Desember 2019, dan sampai saat ini, berdasarkan data Direktorat Panas Bumi, potensi ini baru dimanfaatkan sebagai tenaga listrik sebesar 8,9% atau 2.130,6 MW. Jumlah itu menduduki posisi kedua di dunia. Baca juga: Badan Geologi Identifikasi 6 Lokasi Potensi Panas Bumi

Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah menargetkan peningkatan pemanfaatan tidak langsung (tenaga listrik) panas Bumi dalam bauran energi nasional menjadi 7.241,5 MW di tahun 2025.

Pengembangan dan pengelolaan panas bumi di wilayah Indonesia dipenuhi oleh berbagai romantika dan dinamika. Mulai dari survei dan pemboran yang dilakukan oleh Belanda pada 1918 dan 1926 yang sempat terhenti dan baru kemudian bergeliat lagi setelah Indonesia merdeka di era 1960 an, 1970an sampai 1990an. Dan sempat terpuruk di akhir 1990-an untuk kemudian bangkit lagi dengan terbitnya UU Panas Bumi di tahun 2003 sampai dengan sekarang paska UU Panas Bumi Tahun 2014.

Romantika yang mewarnai pengembangan panas Bumi di Indonesia tidak menyurutkan tekad para pengembang panas bumi di Indonesia untuk selalu mengedepankan operational excellence dalam semua aspek, termasuk Health, Safety, Security, & Environment dalam pengelolaan panas bumi. Hal ini terbukti dengan telah beroperasinya selama hampir 40 tahun secara baik dan lancar, dengan jam kerja selamat lebih dari 29 juta sejak tahun 1983 dari lapangan panas Bumi pertama di Indonesia di Kamojang, Jawa Barat.

Di dunia, pengembangan energi panas Bumi juga bukan hal yang baru, seperti di Larderello, Italia yang sudah lebih dari 100 tahun. Begitu juga di Amerika Serikat lebih dari 60 tahun.

Dari semua pengembangan panas bumi tersebut, kapasitas energi listrik yang dibangkitkan dari energi panas Bumi cenderung terus bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi. Sebagai energi yang bersih dan sustainable (berkelanjutan), energi panas Bumi juga berperan dalam penyelamatan Islandia dari krisis minyak yang terjadi di tahun 1970 an.

Saat itu Pemerintah Islandia memilih untuk mengubah kebijakan energinya dari yang berbasis minyak bumi menjadi berbasis hidro dan panas bumi. Ketika krisis minyak berakhir di tahun 1980-an, negara-negara lain kembali kepada minyak bumi, tapi Islandia tetap konsisten dengan pengembangan panas Bumi dan terus membuat kemajuan dalam pengembangan energi terbarukan.

Sukses pengembangan dan pengelolaan panas bumi juga terjadi di beberapa negara lain seperti Meksiko, Filipina, dan Selandia Baru. Berbagai tantangan dalam pengembangan dan pengelolaan energi panas bumi juga telah dialami, tidak terkecuali di Indonesia, yang belakangan juga sempat ada dinamika sosial di Banten dan terakhir insiden paparan H2S yang terjadi di lapangan panas Bumi Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada 25 Januari 2021.

“Kami sangat prihatin dan mengucapkan duka yang mendalam kepada para korban dan Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) atas insiden yang terjadi di tanggal 25 Januari 2021 tersebut,” kata Prijandaru Effendi, Ketua Umum Asosiasi Panas-bumi Indonesia (API).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2024 seconds (0.1#10.140)