Dapat F-35 Versi Laut, Singapura Bangun Kapal Mirip Kapal Induk

Senin, 22 Februari 2021 - 07:13 WIB
loading...
A A A
Dapat F-35 Versi Laut, Singapura Bangun Kapal Mirip Kapal Induk

Tampak ilustrasi desain LHD “Endurance 160” ST Engineering yang dapat menjadi dasar untuk program JMMS. Foto/ST Engineering

Naval News juga menghubungi Collin Koh, peneliti di Program Keamanan Maritim, Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura untuk mempelajari lebih lanjut tentang kedua program tersebut.

Collin juga mempertanyakan alasan dibalik pembelian pesawat F-35B STOVL? Apakah MINDEF ingin memperoleh kemampuan penerbangan angkatan laut (yang unik di Asia Tenggara) dengan mengerahkan pesawat ini dari kapal amfibi dek besar RSN di masa depan?

Ataukah pengadaan ini lebih didorong oleh jejak kecil Singapura sebagai sebuah negara dan oleh jumlah lapangan udara yang relatif kecil untuk RSAF?

"RSAF telah mengikuti doktrin penyebaran aset, baik dalam bentuk detasemen pelatihan di luar negeri maupun di dalam negeri, dalam bentuk landasan pacu darurat misalnya. Untuk negara kecil dengan masalah yang tidak dapat diubah yaitu kurangnya kedalaman strategis, melindungi dan mempertahankan kekuatan tempur yang layak dalam menghadapi serangan musuh dapat menjadi tantangan," kata Collin Koh.

Jadi, lanjut dia, pembelian F-35B, yang memungkinkan tidak hanya penyebaran aset tempur udara dengan mudah, tetapi juga kemudahan penyebaran dari lapangan terbang dan lokasi yang tidak dipersiapkan atau diimprovisasi di Singapura yang langka daratan sangat masuk akal. Karakteristik lain dari kebijakan pertahanan Singapura juga adalah penggabungan redudansi dengan mempertimbangkan masa depan.

"Ini berarti, meskipun tidak ada rencana segera untuk F-35B untuk melayani aset angkatan laut seperti JMMS, kemampuan laten ini menyajikan opsi yang layak di masa depan tergantung pada bagaimana lanskap ancaman berkembang. F-35B cukup serbaguna untuk tidak hanya berfungsi sebagai kemampuan penerbangan angkatan laut jika keputusan telah diambil untuk memperolehnya, tetapi juga untuk dikerahkan di pulau utama Singapura serta banyak pulau lepas pantai yang lebih kecil," tuturnya.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana kerangka waktu dan status pengadaan LHD? Apakah industrinya memiliki kemampuan membuat kapal sebesar itu?

Collin Koh mengutarakan, berdasarkan visi modernisasi SAF hingga 2030, kita mungkin melihat dekade ini ke depan, yakni 2020-2030. 10 tahun untuk mengembangkan JMMS yang berpotensi menjadi kapal pendarat amfibi tipe LHD adalah wajar, mengingat sistem terkait dan pengetahuan yang harus dikembangkan untuk membentuk keseluruhan kemampuan. "ST Marine pasti mampu membangun kapal ini. Ini mungkin tidak sepenuhnya swasembada dalam hal ini -masih harus sumber komponen di luar negeri seperti sensor, meskipun bisa juga menggunakan beberapa yang asli seperti sistem manajemen pertempuran, suite EW, dan lainnya. Dan yang paling penting, seperti yang ditunjukkan dalam kapal angkatan laut yang stabil di masa lalu dan sekarang sedang dibangun, ST Marine mampu melakukan integrasi sistem yang merupakan upaya penting," pungkasnya.
(iqb)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1814 seconds (0.1#10.140)