Misi Apollo 11 ke Bulan Ternyata Beresiko Mengakhiri Kehidupan di Bumi

Senin, 01 Maret 2021 - 19:18 WIB
loading...
Misi Apollo 11 ke Bulan Ternyata Beresiko Mengakhiri Kehidupan di Bumi
Foto: dok/NASA
A A A
JAKARTA - Lebih dari 50 tahun lalu, Astronot NASA Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat di Bulan pada akhir tahun 60-an. Namun sedikit yang tahu, bahwa ambisi NASA untuk mendaratkan manusia di Bulan berresiko besar terhadap kehidupan di Bumi.

Dikutip dari Express.co.uk , Astronom Carl Sagan memperingatkan dalam laporan bulan Juni 1969 bahwa ada resiko yang sangat besar dari kemungkinan yang sangat kecil sekalipun. Untuk itu diperlukan prosedur karantina yang ketat untuk para astronot Apollo 11 yang kembali dari Bulan. (Baca: NASA Merekam Pemandangan Menakjubkan Sungai Emas di Amazon Peru)

Dia menambahkan: "Mungkin 99 persen yakin bahwa Apollo 11 tidak akan membawa kembali organisme bulan, tetapi bahkan satu persen ketidakpastian terlalu besar resikonya untuk dibiarkan."

Menyusul kekhawatiran yang muncul, NASA menerapkan beberapa tindakan karantina, termasuk fasilitas karantina yang mahal di kapal yang akan menjemput para astronot di Samudra Pasifik. Disepakati juga bahwa, para astronot APollo 11 akan diisolasi selama tiga minggu sebelum mereka kembali ke keluarganya.

Tetapi ada perubahan pada rencana ini, menurut pakar hukum Jonathan Wiener dari Duke University, yang menulis tentang episode itu dalam makalahnya 'The Tragedy of the Uncommons: On the Politics of Apocalypse'.

Ketika para astronot kembal dari Bulan, protokol aslinya menyatakan bahwa mereka harus tetap berada di dalam pesawat luar angkasa. Tetapi Dr Wiener merinci bagaimana NASA memiliki kekhawatiran tentang kehidupan astronot di dalam pesawat luar angkasa itu. (Baca juga: Satelit NASA Menangkap Garis-garis Misterius di Pegunungan Rusia Utara)

Dia menyatakan pada tahun 2016: “Pejabat NASA mulai berpikir ulang tentang ketidaknyamanan yang akan dialami astronot jika mereka terkurung terlalu lama dalam pesawat ruang angkasa panas yang diterpa gelombang laut.

"Diam-diam, NASA mengubah rencana tersebut. Sekitar dua bulan sebelum misi, NASA memutuskan membuka kapsul saat mengapung di laut, membiarkan astronot keluar dan membawanya dengan perahu atau helikopter," kata Wiener seperti dikutip Express.co.uk.

Kemudian para astronot dan kapsul tersebut ditempatkan di dalam fasilitas karantina kapal. Untungnya, misi Apollo 11 tidak membawa kembali kehidupan alien yang mematikan ke Bumi.

Tetapi jika memang demikian, keputusan untuk memprioritaskan kenyamanan jangka pendek para lelaki itu bisa saja melepaskan unsur asing ke laut selama jendela singkat itu dan Wiener yakin itu bisa menjadi bencana besar.

“Sanksi perdata atau pidana mungkin tidak membuat NASA khawatir, karena selain kekebalan hukum, NASA pasti menyimpulkan bahwa sanksi semacam itu akan diperdebatkan jika kehidupan di Bumi berakhir," kata Wiener. (Baca juga: Seperti American Airlines, Ini 6 Penampakan UFO yang Belum Terpecahkan)

Wiener mengatakan, sikap NASA untuk membuka kapsul di laut, sebelum dimasukkan ke fasilitas karantina, menggambarkan preferensi untuk menyelamatkan individu yang teridentifikasi daripada menghindari risiko bencana besar.

Sebelum NASA megirimmanusia ke Bulan, ada kekhawatiran kontaminasi dari kemungkinan kehidupan berbasis Bumi menuju ke Bulan. Tetapi ada kekhawatiran kedua, yang lebih mendesak, yakni 'memboncengnya' kehidupan alien di pesawat antarika yang membawa astronot kembali ke Bumi.

Ini adalah gagasan bahwa astronot, roket, atau pesawat penjelajah yang kembali ke Bumi mungkin menghidupkan kembali kehidupan yang bisa menjadi bencana besar. Pada saat itu, kemungkinannya sangat kecil. Hanya sedikit yang mengira Bulan menyimpan kehidupan alien.Baru Terungkap, Keputusan NASA Mendaratkan Apollo 11 ke Bulan Beresiko Mengakhiri Kehidupan di Bumi

Lebih dari 50 tahun lalu, Astronot NASA Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat di Bulan pada akhir tahun 60-an. NAmun tidak ada yang tahu, bahwa ambisi NASA untuk mendaratkan manusia di Bulan berresiko besar terhadap kehidupan di Bumi. (Baca juga: Apa Saja Fenomena Langit yang Akan Muncul Tahun Ini, Yuk Catat Tanggalnya)

Astronom Carl Sagan memperingatkan dalam laporan bulan Juni 1969 bahwa ada resiko yang sangat besar dari kemungkinan yang sangat kecil sekalipun. Untuk itu diperlukan prosedur karantina yang ketat untuk para astronot Apollo 11 yang kembali dari Bulan.

Dia menambahkan: "Mungkin 99 persen yakin bahwa Apollo 11 tidak akan membawa kembali organisme bulan, tetapi bahkan satu persen ketidakpastian terlalu besar resikonya untuk dibiarkan."

Menyusul kekhawatiran yang muncul, NASA menerapkan beberapa tindakan karantina, termasuk fasilitas karantina yang mahal di kapal yang akan menjemput para astronot di Samudra Pasifik. Disepakati juga bahwa, para astronot APollo 11 akan diisolasi selama tiga minggu sebelum mereka kembali ke keluarganya.

Tetapi ada perubahan pada rencana ini, menurut pakar hukum Jonathan Wiener dari Duke University, yang menulis tentang episode itu dalam makalahnya 'The Tragedy of the Uncommons: On the Politics of Apocalypse'.

Ketika para astronot kembal dari Bulan, protokol aslinya menyatakan bahwa mereka harus tetap berada di dalam pesawat luar angkasa. Tetapi Dr Wiener merinci bagaimana NASA memiliki kekhawatiran tentang kehidupan astronot di dalam pesawat luar angkasa itu. (Baca juga: Ini Misi Ruang Angkasa yang Menewaskan Astronoutnya)

Dia menyatakan pada tahun 2016: “Pejabat NASA mulai berpikir ulang tentang ketidaknyamanan yang akan dialami astronot jika mereka terkurung terlalu lama dalam pesawat ruang angkasa panas yang diterpa gelombang laut.

"Diam-diam, NASA mengubah rencana tersebut. Sekitar dua bulan sebelum misi, NASA memutuskan membuka kapsul saat mengapung di laut, membiarkan astronot keluar dan membawanya dengan perahu atau helikopter," kata Wiener seperti dikutip Express.co.uk.

Kemudian para astronot dan kapsul tersebut ditempatkan di dalam fasilitas karantina kapal. Untungnya, misi Apollo 11 tidak membawa kembali kehidupan alien yang mematikan ke Bumi.

Tetapi jika memang demikian, keputusan untuk memprioritaskan kenyamanan jangka pendek para lelaki itu bisa saja melepaskan unsur asing ke laut selama jendela singkat itu dan Wiener yakin itu bisa menjadi bencana besar.

“Sanksi perdata atau pidana mungkin tidak membuat NASA khawatir, karena selain kekebalan hukum, NASA pasti menyimpulkan bahwa sanksi semacam itu akan diperdebatkan jika kehidupan di Bumi berakhir," kata Wiener.

Wiener mengatakan, sikap NASA untuk membuka kapsul di laut, sebelum dimasukkan ke fasilitas karantina, menggambarkan preferensi untuk menyelamatkan individu yang teridentifikasi daripada menghindari risiko bencana besar. (Baca juga: ESA Teken Pembuatan Modul Orion untuk Misi NASA ke Bulan)

Sebelum NASA megirimmanusia ke Bulan, ada kekhawatiran kontaminasi dari kemungkinan kehidupan berbasis Bumi menuju ke Bulan. Tetapi ada kekhawatiran kedua, yang lebih mendesak, yakni 'memboncengnya' kehidupan alien di pesawat antarika yang membawa astronot kembali ke Bumi.

Ini adalah gagasan bahwa astronot, roket, atau pesawat penjelajah yang kembali ke Bumi mungkin menghidupkan kembali kehidupan yang bisa menjadi bencana besar. Pada saat itu, kemungkinannya sangat kecil. Hanya sedikit yang mengira Bulan menyimpan kehidupan alien.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1107 seconds (0.1#10.140)