Untuk Pertama Kalinya, 'Badai Luar Angkasa' Terdeteksi di Kutub Utara

Rabu, 03 Maret 2021 - 13:34 WIB
loading...
Untuk Pertama Kalinya, Badai Luar Angkasa Terdeteksi di Kutub Utara
Ilustrasi Badai Luar Angkasa. Foto: Qing-He Zhang/Shandong University
A A A
JAKARTA - Untuk pertama kalinya, badai terdeteksi di atmosfer bagian atas Bumi. Pada tahun 2014, satelit merekam pusaran plasma besar yang mengalir ke magnetosfer yang berlangsung selama berjam-jam sebelum menyebar.

Meskipun belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, pendeteksiannya menunjukkan bahwa badai antariksa, seperti yang dikenal, bisa menjadi fenomena planet yang umum. (Baca: Bentuk Kesetiaan, Sepasang Kecoa Saling Kanibalisme Usai Kawin)

"Hingga saat ini, belum ditemukan adanya badai plasma luar angkasa. Jadi ini membuktikan peristriwa yang luar biasa itu," kata fisikawan lingkungan luar angkasa Mike Lockwood dari University of Reading di Inggris dikutip dari Science Alert , Rabu (3/3/2021).

Badai di atmosfer bumi yang lebih rendah sering terjadi. Cuaca berputar yang kuat disertai angin kencang dan hujan deras yang dapat menyebabkan kerusakan besar dalam waktu yang sangat singkat dapat saja terjadi.

Fenomena langka itu terungkap selama analisis retrospektif yang dipimpin oleh Universitas Shandong di China. Menurut data, badai muncul di atas Kutub Utara, meluas hingga diameter 1.000 kilometer (621 mil) pada 20 Agustus 2014. (Baca juga: Helm Perang Prajurit Yunani Kuno Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Israel)

Ketinggiannya mencapai dari 110 kilometer hingga 860 kilometer, dan terdiri dari plasma dengan beberapa lengan spiral, berputar berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan hingga 2.100 meter per detik (6.900 kaki per detik). Namun, pusatnya hampir diam seperti badai di dataran rendah.

Tidak seperti badai lainnya, badai antariksa ini menghujani elektron ke ionosfer. Ini memiliki efek yang menakjubkan: aurora besar berbentuk siklon di bawah badai. Semuanya berlangsung hampir delapan jam, mengendapkan sejumlah besar energi dan momentum ke ionosfer.

" Badai antariksa ini harusnya diciptakan oleh transfer energi angin matahari yang sangat besar dan cepat serta partikel bermuatan ke atmosfer atas Bumi," kata Lockwood. Dengan mempelajari badai tersebut. kata Lockwood, membantu para ilmuwan mengidentifikasi badai serupa lainnya di masa depan.

Sedangkan fisikawan luar angkasa China dari Universitas Shandong Qing-He Zhang, peristiwa ini akan memperbarui pemahaman ilmuwan tentang proses peralihan angin-magnetosfer-ionosfer matahari di bawah kondisi geomagnetik yang sangat tenang. (Baca juga: Dianggap Punah 170 Tahun Lalu, Burung Black Browned Muncul di Hutan Kalimantan)

"Selain itu, badai antariksa akan menyebabkan efek cuaca antariksa yang penting seperti peningkatan tarikan satelit, gangguan dalam komunikasi radio Frekuensi Tinggi, dan peningkatan kesalahan di lokasi radar over-the-horizon, navigasi satelit dan sistem komunikasi," katanya.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1238 seconds (0.1#10.140)