BMKG Sebut Hujan Es dan Yogya dan Kaltim Fenomena Alamiah

Kamis, 04 Maret 2021 - 11:21 WIB
loading...
BMKG Sebut Hujan Es...
Ilustrasi fenomena hujan es. FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Beberapa hari lalu, sosial media diramaikan dengan fenomena hujan es yang terjadi di Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Dari video dan foto yang beredar, terlihat jelas potongan es kecil yang jatuh dari langit.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara dari Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG), Hary Djatmiko, menjelaskan bahwa hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrim.



Kejadian hujan lebat atau es yang disertai kilat atau petir serta angin kencang berdurasi singkat, lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

"Dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba," kata Hary, kepada MNC Portal, Kamis (4/3/2021).

fenomena hujan es sendiri disebabkan oleh adanya awan cumulonimbus (CB) yang mengandung tiga macam partikel, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es.

Artinya, hujan lebat yang masih berupa partikel padat seperti es dapat terjadi, tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan CB tersebut.

"Biasanya awan berbentuk berlapis-lapis dan seperti bunga kol di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi hitam," tambahnya.

Fenomena hujan es biasanya terjadi sangat lokal, dengan luasan berkisar 5-10 km saja. Selain itu, prosesnya singkat kurang dari 10 menit. Kejadiannya pun lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.

Kendati demikian, Hary menjelaskan bahwa fenomena hujan es tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi setengah sampai satu jam sebelum kejadian. Itupun jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50%.



Seperti disebutkan sebelumnya, Hary menegaskan bahwa karakter hujan es hanya berasal dari awan CB, meski tak semua awan CB yang menimbulkan fenomena hujan es .

"Dan kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama dan dalam waktu yang singkat," tandasnya.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5310 seconds (0.1#10.140)