Ilmuwan Ingin Simpan Sperma Manusia di Bulan agar Tidak Ada Kepunahan setelah Kiamat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) menggagas tempat penyimpanan benih, spora, telur dan sperma manusia di bawah tanah bulan. Skenario ini dibuat jika kimat terjadi dan menghancurkan bumi. Mereka mempresentasikan gagasan tersebut pada awal bulan ini di IEEE Aerospace Conference.
Ide dasarnya, mereka hendak menyelamatkan keanekaragaman hayati saat kemungkinan paling buruk atau kiamat terjadi. Para ilmuwan di Universitas Arizona ini ingin menyimpan benih-benih di sebuah kubah yang menjadi backup agar kehidupan tidak musnah.
Jekan Thanga dan tim mahasiswa sarjana serta pascasarjana dalam presentasinya menyebut benih itu akan dimasukkan ke dalam sebuah bahtera. "Kami dapat membantu menyelamatkan keanekaragaman hayati bumi," kata Thanga, dikutip dari Express, Sabtu (20/3/2021).
Menurut dia, bahtera itu akan menyimpan 6,7 juta sampel DNA, telur, sperma, spora, benih dari Bumi. Bahtera itu akan diamankan dari radiasi matahari dan perubahan suhu yang parah karena akan berada di dalam tabung lava. Thanga mengatakan, jika Bumi mengalami bencana besar, organisme atau spesies di planet ini bisa hilang selamanya.
Dia menjelaskan, ide itu akan dimulai dengan mereplikasi apa yang dimiliki Svalbard Global Seed Vault di Norwegia, yaitu sekitar satu juta benih dalam file. Mereka kemudian akan mulai membawanya ke bulan dalam 10 hingga 15 peluncuran roket. Thanga memperkirakan butuh sekitar 40 peluncuran roket untuk membangun Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ditambah mendapatkan sampel dari semua 6,7 juta spesies berarti sekitar 250 peluncuran roket.
Thanga memperkirakan bahtera bulan seperti yang mereka rancang, mungkin bisa menjadi kenyataan dalam 30 tahun. Para peneliti berharap dapat memperbaiki desain pada waktu itu dan berharap perjalanan luar angkasa menjadi lebih murah karena semakin banyak perusahaan swasta yang masuk ke pasar.
"Mari kita buat lebih baik, mari kita kembangkan lebih jauh," Ucap Alvaro Diaz-Flores, peneliti pascasarjana Universitas Arizona yang terlibat dalam proyek tersebut.
Para peneliti mengatakan proyek ini bergantung pada kemajuan teknologi cryorobotics. Ini karena untuk mendapatkan cryopreservasi, benih harus didinginkan hingga -144 derajat Celcius, sedangkan sel punca (induk) harus disimpan pada suhu minus -160 derajat Celcius.
Ilmuwan juga masih belum memahami bagaimana kurangnya gravitasi dapat mempengaruhi benih yang diawetkan, atau bagaimana berkomunikasi dengan dasar Bumi. Tidak dijelaskan pula apakah benih, telur atau spora itu kelak akan menetas seandainya kiamat terjadi. Yang pasti, gagasan ini mengemuka hanya beberapa hari setelah China dan Rusia mengumumkan rencana untuk membangun stasiun luar angkasa bulan.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
Ide dasarnya, mereka hendak menyelamatkan keanekaragaman hayati saat kemungkinan paling buruk atau kiamat terjadi. Para ilmuwan di Universitas Arizona ini ingin menyimpan benih-benih di sebuah kubah yang menjadi backup agar kehidupan tidak musnah.
Jekan Thanga dan tim mahasiswa sarjana serta pascasarjana dalam presentasinya menyebut benih itu akan dimasukkan ke dalam sebuah bahtera. "Kami dapat membantu menyelamatkan keanekaragaman hayati bumi," kata Thanga, dikutip dari Express, Sabtu (20/3/2021).
Menurut dia, bahtera itu akan menyimpan 6,7 juta sampel DNA, telur, sperma, spora, benih dari Bumi. Bahtera itu akan diamankan dari radiasi matahari dan perubahan suhu yang parah karena akan berada di dalam tabung lava. Thanga mengatakan, jika Bumi mengalami bencana besar, organisme atau spesies di planet ini bisa hilang selamanya.
Dia menjelaskan, ide itu akan dimulai dengan mereplikasi apa yang dimiliki Svalbard Global Seed Vault di Norwegia, yaitu sekitar satu juta benih dalam file. Mereka kemudian akan mulai membawanya ke bulan dalam 10 hingga 15 peluncuran roket. Thanga memperkirakan butuh sekitar 40 peluncuran roket untuk membangun Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ditambah mendapatkan sampel dari semua 6,7 juta spesies berarti sekitar 250 peluncuran roket.
Thanga memperkirakan bahtera bulan seperti yang mereka rancang, mungkin bisa menjadi kenyataan dalam 30 tahun. Para peneliti berharap dapat memperbaiki desain pada waktu itu dan berharap perjalanan luar angkasa menjadi lebih murah karena semakin banyak perusahaan swasta yang masuk ke pasar.
"Mari kita buat lebih baik, mari kita kembangkan lebih jauh," Ucap Alvaro Diaz-Flores, peneliti pascasarjana Universitas Arizona yang terlibat dalam proyek tersebut.
Para peneliti mengatakan proyek ini bergantung pada kemajuan teknologi cryorobotics. Ini karena untuk mendapatkan cryopreservasi, benih harus didinginkan hingga -144 derajat Celcius, sedangkan sel punca (induk) harus disimpan pada suhu minus -160 derajat Celcius.
Ilmuwan juga masih belum memahami bagaimana kurangnya gravitasi dapat mempengaruhi benih yang diawetkan, atau bagaimana berkomunikasi dengan dasar Bumi. Tidak dijelaskan pula apakah benih, telur atau spora itu kelak akan menetas seandainya kiamat terjadi. Yang pasti, gagasan ini mengemuka hanya beberapa hari setelah China dan Rusia mengumumkan rencana untuk membangun stasiun luar angkasa bulan.
Lihat Juga: 5 Tanda Kiamat yang Muncul dari Mekkah, dari Gunung Berlubang hingga Bayangan Kabah Tidak Terlihat
(wsb)