Roket China Jatuh di Samudera Hindia, Ahli: Untung Tak di Wilayah Berpenghuni

Selasa, 11 Mei 2021 - 20:32 WIB
loading...
Roket China Jatuh di Samudera Hindia, Ahli: Untung Tak di Wilayah Berpenghuni
Roket Long March-5B Y2 membawa modul inti stasiun luar angkasa China. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Para ahli mengecam sikap China yang dianggap mengabaikan resiko kecelakaan yang terjadi akibat puing Roket Long March 5B jatuh kembali ke Bumi. Untung saja roket tersebut jatuh ke samudera hindia, tepatnya disebelah barat Maladewa sehingga tidak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa.

Dilansir BBC News, puing-puing roket China menukik tak terkendali ke Samudera Hindia pada Minggu 9 Mei 2021. Sebelumnya, para astronom di seluruh dunia telah melacak inti Long March 5B untuk memperkirakan di mana inti roket tersebut akan jatuh.



Puing seberat 18 ton itu akhirnya terjun ke atmosfer sekitar pukul 3.24 pagi BST pada hari Minggu 9 Mei 2021 dan jatuh di sebelah barat Maladewa.

Roket Long March 5B diluncurkan pada 29 April 2021 dengan membawa modul inti dari stasiun luar angkasa berawak China yang baru. Alih-alih jatuh kembali ke tanah, tahap inti roket memasuki kecepatan orbit dan mulai mengitari planet pada orbit yang tidak stabil.

Para ahli mengecam penanganan masalah roket Long March 5B itu dan menyebutnya sebagai gejala pengabaian China terhadap keselamatan dunia.

Dalam sebuah opini pedas untuk The Hill, yang diterbitkan tepat sebelum roket China jatuh, Mark Whittington mengatakan perlombaan luar angkasa baru sedang berlangsung sekarang.



Sayangnya, China seperti mengabaikan keselamatan orang lain dengan membiarkan inti dari Long March 5B tak terkontrol ketika akan jatuh ke Bumi. "Roket sebagian besar akan terbakar saat masuk kembali, tapi potongan besar masih bisa membombardir Bumi," katanya.

"Jika roket bekas mendarat di daerah berpenghuni, kita dapat menandainya sebagai kejahatan lain yang dilakukan oleh Beijing terhadap dunia yang beradab," terangnya.

Whittington percaya ada masalah yang lebih besar, yaitu sikap China terhadap Barat dan keinginannya untuk mendominasi ruang angkasa. China telah menempatkan penyelidikan di Bulan dan menempatkan misi Tianwen-1 di orbit Mars tahun ini.

Dan negara itu meningkatkan operasinya di orbit rendah Bumi (LEO), dengan 10 peluncuran lainnya untuk membangun, memasok, dan mengoperasikan stasiun luar angkasa tahun ini.

Stasiun luar angkasa, yang akan jauh lebih kecil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), akan menampung tiga astronot untuk tujuan ilmiah.



Sementara itu, Komando Luar Angkasa AS mengatakan puing-puing itu memasuki atmosfer di atas Semenanjung Arab tetapi tidak mengkonfirmasi apakah roket itu menghantam daratan atau air.

Senator Bill Nelson, Administrator NASA mengatakan bahwa China gagal dalam tanggung jawabnya untuk memenuhi standar mengenai puing-puing ruang angkasa mereka.

"Sangat penting bahwa China dan semua negara antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang dari aktivitas luar angkasa," katanya.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2402 seconds (0.1#10.140)