Berkorelasi dan Tidak Acak, Ilmuwan Rumuskan Kapan Bencana Alam Terjadi

Minggu, 20 Juni 2021 - 19:10 WIB
loading...
Berkorelasi dan Tidak Acak, Ilmuwan Rumuskan Kapan Bencana Alam Terjadi
Ilustrasi bencana alam erupsi gunumh berapi. FOTO/ IST
A A A
LONDON - Bencana alam di bumi kini semakin sering terjadi, dan parahnya penduduk bumi tak mampu memprediksi secara tepat kapan bencana datang. Para ahi mulai mengkalkulasi kapan bencana atau peristiwa alam akan datang untuk menghindari korban jiwa.

Jurnal Geoscience Frontiers menulis aktivitas geologis Bumi tampaknya mengikuti siklus 27,5 juta tahun, yang membuat planet ini berdenyut, menurut sebuah studi baru.



"Banyak ahli geologi percaya bahwa peristiwa alam adalah acak dari waktu ke waktu. Tetapi penelitian kami memberikan bukti statistik pada siklus umum, menunjukkan bahwa peristiwa geologi ini berkorelasi dan tidak acak," kata Michael Rampino, seorang ahli geologi dan profesor di Departemen Biologi Universitas New York.

Seperti dikutip dari Universitas New York, Minggu (20/6/2021), Tim menganalisis usia 89 peristiwa geologis besar yang tertanggal dengan baik selama 260 juta tahun terakhir. Peristiwa ini termasuk kepunahan laut dan darat, pencurahan lava vulkanik besar yang disebut erupsi banjir-basal, peristiwa ketika lautan kehabisan oksigen, fluktuasi permukaan laut, dan perubahan atau reorganisasi di lempeng tektonik bumi.

Mereka menemukan bahwa peristiwa geologis global ini umumnya berkerumun di 10 titik waktu yang berbeda selama 260 juta tahun, dikelompokkan dalam puncak atau denyut kira-kira 27,5 juta tahun secara terpisah. Gugusan peristiwa geologis terbaru terjadi sekitar 7 juta tahun yang lalu, menunjukkan bahwa denyut nadi aktivitas geologis utama berikutnya akan berada lebih dari 20 juta tahun di masa depan.

Para peneliti mengandaikan bahwa denyut ini mungkin merupakan fungsi dari siklus aktivitas di interior bumi - proses geofisika yang terkait dengan dinamika lempeng tektonik dan iklim. Namun, siklus serupa di orbit Bumi di ruang angkasa mungkin juga mempercepat peristiwa ini.

"Apa pun asal usul episode siklus ini, temuan kami mendukung kasus untuk catatan geologis yang sebagian besar periodik, terkoordinasi, dan bencana yang terputus-putus, yang merupakan penyimpangan dari pandangan yang dipegang oleh banyak ahli geologi," jelas Rampino.

Teori Euler relevan, tetapi tidak semua orang yakin olehnya. Pada tahun 2013, Yingjie Xia, peneliti dari Institut Geodesi dan Geofisika di Wuhan, Tiongkok, berteori bahwa sumber denyut 26 detik itu adalah aktivitas vulkanik. Teorinya juga masuk akal. Asal sinyalnya dekat dengan gunung berapi di Pulau Sao Tome, dan setidaknya ada satu “mikroseisme” lain di tempat lain di dunia yang memiliki beberapa kesamaan dengan yang satu ini.

Bumi adalah satu-satunya pelanet yang berpenghuni. Namun kekhawatiran mulai bermunculan, apakah bumi yang indah ini bisa menjamin tempat tinggal yang aman dan layak dimasa depan. Keadaan bumi kita saat ini sudah cukup memprihatinkan. Namun belum ada tanda-tanda perbaikan yang sepadan dengan kerusakannya.Perlu anda ketahui, jika bumi tempat kita tinggal ini sudah dalam keadaan kritis.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1942 seconds (0.1#10.140)