Studi Terbaru di Inggris: Vaksin Mengurangi Resiko Terinfeksi Varian Delta

Jum'at, 06 Agustus 2021 - 13:02 WIB
loading...
Studi Terbaru di Inggris: Vaksin Mengurangi Resiko Terinfeksi Varian Delta
Dalam studi yang dilakukan di Inggris terhadap 100.000 orang yang melakukan tes swab Covid-19, diketahui kalau mereka yang sudah divaksin memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap varian delta. Foto: dok/SINDOnews
A A A
LONDON - Dalam studi yang dilakukan di Inggris terhadap 100.000 orang yang melakukan tes swab Covid-19, diketahui kalau mereka yang sudah divaksin memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap varian delta. Mereka yang sudah dua kali disuntik vaksin memiliki 60% pengurangan resiko tertular varian delta.

Dilansir Live Science, Jumat (6/8/2021), Studi ini dilakukan terhadap 100.000 orang yang melakukan tes swab COVID-19 di rumah antara 24 Juni dan 12 Juli. Dalam kelompok sampel itu, 527 orang dinyatakan positif virus corona dan 254 sampel dianalisis secara genetik; semua sampel yang diurutkan ternyata merupakan varian delta yang sangat menular.



Setelah para peneliti menyesuaikan faktor-faktor seperti usia, mereka menemukan bahwa orang yang menerima dua dosis vaksin memiliki kemungkinan 59% lebih kecil terinfeksi varian delta yang sangat menular.

"Temuan ini mengkonfirmasi data kami sebelumnya yang menunjukkan bahwa kedua dosis vaksin menawarkan perlindungan yang baik terhadap infeksi," Paul Elliott, direktur program REACT dari Imperial's School of Public Health, mengatakan dalam sebuah pernyataan. Para peneliti tidak menguraikan efektivitas vaksin tertentu.

Studi baru ini juga menemukan bahwa orang yang divaksinasi rata-rata memiliki viral load yang lebih kecil, yang berarti mereka kemungkinan menyebarkan lebih sedikit virus dan kurang menular daripada orang yang tidak divaksinasi.

"Varian delta diketahui sangat menular, dan data kami menemukan adana sedikit kekebalan pada orang yang divaksinasi penuh," Steven Riley, profesor dinamika penyakit menular di Imperial College London, kata dalam pernyataan.



Saat ini, orang muda berusia 13 hingga 24 tahun memiliki tingkat infeksi tertinggi, dan orang berusia 75 tahun ke atas memiliki tingkat infeksi terendah. Sekitar 50% dari infeksi terjadi pada orang berusia 5 hingga 24 tahun, meskipun mereka hanya seperempat dari populasi, kata Riley kepada Reuters.

Sekretaris Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris Sajid Javid dalam pernyataannya mengatakan, warga yang belum menerima vaksin untuk disuntik vaksin agar mereka aman dalam bekerja.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2211 seconds (0.1#10.140)