Laporan Ilmiah Berisi Modifikasi Virus Corona Laboratorium Wuhan

Jum'at, 06 Agustus 2021 - 20:11 WIB
loading...
Laporan Ilmiah Berisi Modifikasi Virus Corona Laboratorium Wuhan
Laporan Ilmiah proyek modifikasi virus Corona di Wuhan yang bocor. FOTO/ IST
A A A
BEIJING - Asal muasal pandemi Covid-19 masih misteri hingga saat ini, namun beberapa negara berusaha tengah membuktikan bahwa virus corona SARS-CoV-2 ini akibat kebocoran dari laboratorium Wuhan China.

Laporan ini mengejutkan karena badan intelijen AS sendiri belum membuat kesimpulan seperti itu. Laporan partai tersebut juga mengutip "banyak bukti" bahwa para ilmuwan Wuhan Institute of Virology (WIV)—dibantu oleh para ahli AS dan dana pemerintah China dan AS—bekerja untuk memodifikasi virus corona untuk menginfeksi manusia dan manipulasi semacam itu dapat disembunyikan.

Dewan Perwakilan Rakyat AS mengumumkan laporan keterlacakan terbaru dari epidemi. Sejumlah besar bukti menunjukkan bahwa laboratorium Wuhan membocorkan virus, hingga kemudian menyebar ke seluruh dunia

Pada 2 Agustus, Kelompok Kerja China dari Dewan Perwakilan Rakyat AS mengumumkan versi terbaru dari laporan keterlacakan epidemi. Isinya merupakan pelengkap dan lanjutan dari laporan survei yang dibuat oleh tim yang sama pada September tahun lalu.

Menurut laporan terbaru, ada banyak bukti bahwa Institut Virologi Wuhan secara tidak sengaja membocorkan virus karena keamanan laboratorium tak memenuhi standar.

Laporan itu dirilis oleh House Republicans dalam tambahan untuk laporan Origins of COVID-19 mereka yang dirilis tahun lalu, menyimpulkan bahwa bukti menunjukkan kebocoran dari laboratorium Wuhan sebagai sumber wabah.

Rep. Michael McCaul (R-Texas) Republikan terkemuka di Komite Urusan Luar Negeri DPR, merilis laporan terbaru itu, yang ditulis oleh staf panel Partai Republik.

Laporan tersebut secara khusus menyatakan bahwa, virus tersebut bocor paling cepat akhir Agustus atau awal September 2019. Setelah kejadian itu, pejabat Komunis Tiongkok dan Institut Virologi Wuhan mulai mati-matian menutupinya.

Salah satu langkah yang dilakukan untuk menutupinya adalah pada larut malam pada 12 September, virus Wuhan tiba-tiba membuat database virus dan sampel secara offline, karena dengan dalih serangan ke kotak surat tim Shi Zhengli.

China telah berkali-kali menyangkal bahwa virus corona yang dimodifikasi secara genetik bocor dari fasilitas di Wuhan—tempat kasus COVID-19 pertama terdeteksi pada 2019—sebuah teori terkemuka tetapi belum terbukti di antara beberapa ahli. Beijing juga membantah tuduhan menutup-nutupi kemunculan virus tersebut.

Pakar lain menduga pandemi itu disebabkan oleh virus hewan yang kemungkinan ditularkan ke manusia di pasar makanan laut dekat WIV.

"Kami sekarang percaya sudah waktunya untuk sepenuhnya mengabaikan pasar basah sebagai sumbernya," bunyi laporan Partai Republik AS.

"Kami juga percaya banyak bukti yang membuktikan bahwa virus memang bocor dari WIV dan itu terjadi sebelum 12 September 2019," lanjut laporan tersebut yang dilansir Reuters, Senin (2/8/2021).

Laporan partainya mantan presiden Donald Trump tersebut mengutip apa yang disebutnya informasi baru dan yang kurang dilaporkan tentang protokol keselamatan di laboratorium, termasuk permintaan Juli 2019 untuk perbaikan sistem pengolahan limbah berbahaya senilai USD1,5 juta untuk fasilitas tersebut, yang berusia kurang dari dua tahun.

Pada bulan April, badan intelijen AS mengatakan setuju dengan konsensus ilmiah bahwa virus itu bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.

Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk mempercepat pencarian mereka tentang asal-usul virus dan melaporkan kembali dalam 90 hari.

Seorang sumber yang mengetahui penilaian intelijen AS saat ini mengatakan komunitas intelijen AS belum mencapai kesimpulan apa pun apakah virus itu berasal dari hewan atau WIV.

Lin Xiaoxu, mantan peneliti virologi di U.S. Army Research Institute mengatakan : “Basis data virus berisi sampel dan pengurutan gen lainnya. Sumber daya ini tentu saja sangat berharga. hanya menggunakan data untuk diserang sebagai alasan segalanya dilakukan offline, dan sudah lebih dari satu setengah tahun dan belum pulih. Itu berarti tidak sesederhana itu. “

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa Institut Virologi Wuhan, pada Juli 2019, meminta anggaran sebesar 1,5 juta dolar AS untuk mengubah sistem pengolahan limbah yang diluncurkan kurang dari dua tahun lalu, menunjukkan bahwa sistem ini mungkin perlu diperbaiki sebelum virus mewabah.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5764 seconds (0.1#10.140)