Ahli Epidemiologi China Ungkap Detail Proses Mutasi Varian Delta

Kamis, 23 September 2021 - 07:15 WIB
loading...
Ahli Epidemiologi China Ungkap Detail Proses Mutasi Varian Delta
Varian baru COVID-19 yang disebut kebal terhadap Vaksin. FOTO/ IST
A A A
BEIJING - Sekelompok peneliti dari Guangzhou China berhasil mengungkap rantai transmisi lengkap mutasi Delta melalui kombinasi epidemiologi dengan teknologi sekuensing genom virus.

Tim menggunakan pendekatan multi-azimuth (multi-azimuth) untuk menggambarkan transmisi varian Delta di China selatan serta kinetika virus dan fitur klinisnya.

Pada 12 September, penelitian ini juga dipublikasikan di EclinicalMedicine, sub-publikasi jurnal medis terkemuka, The Lancet.

Berdasarkan penelitian epidemiologi dan analisis sekuens gen asam nukleat virus sebelumnya, cluster yang meletus di Guangzhou pada 21 Mei berasal dari strain Delta yang memiliki rantai penularan yang jelas.

Studi ini untuk pertama kalinya mendeteksi dan mendokumentasikan sepenuhnya rantai propagasi tersebut.

Cluster tersebut terdeteksi ketika seorang wanita berusia 75 tahun terpapar virus, kemudian menginfeksi tiga orang lainnya melalui kontak keluarga.

Para peneliti menemukan, kontak dekat langsung atau tidak langsung antara saluran utama transmisi varian Delta. Di antaranya, 30,8 persen infeksi terjadi pada waktu makan, diikuti kontak antar anggota keluarga (30,13 persen) dan penularan komunitas (18,59 persen), sedangkan 19,87 persen disumbang oleh kontak sosial dan waktu kerja.

Temuan juga menunjukkan bahwa masa inkubasi strain Delta lebih pendek dan menyebar lebih cepat, yaitu rata-rata inkubasi hanya 4,7 hari, jauh lebih pendek daripada strain tipe liar.

Analisis subkelompok lebih lanjut menemukan bahwa pada kelompok kasus yang tidak kritis, masa inkubasi virus (4,0 hari) dari galur mutasi Delta lebih pendek daripada galur tipe liar (6,0 hari).

Mutasi delta mampu mentransmisikan hingga empat generasi dalam sepuluh hari, dan transmisi antargenerasi tercepat dapat terjadi dalam waktu 24 jam.

Di antara temuan lainnya adalah pasien berusia 60 tahun ke atas yang terinfeksi varian Delta memiliki risiko 1,45 kali lebih tinggi terkena penyakit kritis dibandingkan dengan tipe liar.

Selain itu, infeksi dengan strain Delta berkembang menjadi parah 2,98 kali lebih cepat daripada strain liar.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2182 seconds (0.1#10.140)