Terus Berguncang, Ilmuwan Temukan Gunung Berapi Raksasa Bawah Laut Baru

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 20:10 WIB
loading...
Terus Berguncang, Ilmuwan Temukan Gunung Berapi Raksasa Bawah Laut Baru
Ilmuwan temukan gunung berapi raksasa di bawah laut . FOTO/ ist
A A A
NEW YORK - Sisa letusan bawah laut terbesar di Samudera Hindia Barat pada tahun 2018 silam melahirkan gunung berapi raksasa seukuran gedung pencakar langit.

Para ilmuwan ungkap gunung berapi setinggi 2.690 kaki (820 meter) menyusul serentetan gempa bumi membingungkan yang melanda di dekat daerah yang biasanya tenang secara seismik.



Setelah mengumpulkan data geologi, termasuk informasi dari survei bawah laut tahun 2019 di wilayah tersebut, tim menyadari ada gunung berapi bawah laut baru sekitar 1,5 kali ketinggian One World Trade Center di New York.

Terlebih lagi, gunung baru ini mengambil dari reservoir magma vulkanik terdalam yang diketahui para ilmuwan.

"Sumber magma, reservoir, sangat dalam sekitar 34 mil (55 kilometer) di bawah tanah,” kata pemimpin peneliti studi Nathalie Feuillet, seorang ahli geosains kelautan di Paris Institute of Earth Physics (IPGP) kepada Live Sains Kamis ( 21/10/2021).


"Ini adalah pertama kalinya dalam vulkanologi kita dapat melihat reservoir yang begitu dalam di dasar litosfer," ujarnya. Litosfer adalah kulit terluar bumi yang mencakup mantel atas dan kerak.

Antara Mei 2018 hingga Mei 2021 lebih dari 11.000 gempa bumi terdeteksi mengguncang Mayotte, sebuah pulau kecil dan wilayah Prancis antara Madagaskar dan Mozambik. Gempa paling kuat berkekuatan 5,9.

Pada Juli 2018, para ilmuwan juga menyadari bahwa menurut data GPS, Mayotte bergerak ke arah timur sekitar 20 sentimeter per tahun.

Pada saat itu, pulau hanya memiliki tiga atau empat stasiun GPS, sehingga para ilmuwan memasang sistem satelit navigasi global dan seismometer dasar laut di sekitar pulau untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan geologis yang terjadi di sana.

Temuannya luar biasa: gabungan seismometer darat dan dasar laut menangkap 17.000 peristiwa antara Februari dan Mei 2019.

Pada Mei 2019, Feuillet dan rekan-rekannya berkesempatan melakukan pelayaran di atas kapal penelitian Marion Dufresne.

Tim tahu bahwa telah terjadi peristiwa magmatik di timur Mayotte, tetapi mereka tidak yakin apakah magma itu tetap berada jauh di bawah kerak atau apakah telah meletus ke dasar laut. "Kami berharap melihat sesuatu, tapi itu tidak pasti," kata Feuillet.

Dalam postingan tahun 2019 dia menulis tim beroperasi sepanjang waktu dan dipecah menjadi beberapa shift. Dalam waktu kurang dari 2 minggu terjadi hampir 800 gempa bumi besar (berkekuatan antara 3,5 dan 4,9).

Volume material yang dihasilkan gunung berapi ini adalah 30 hingga 1.000 kali lebih besar dari letusan laut dalam lainnya yang didokumentasikan.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1178 seconds (0.1#10.140)