Ini Alasan Bunga Bangkai Terancam Punah, Salah Satunya Karena Mitos

Kamis, 04 November 2021 - 21:33 WIB
loading...
Ini Alasan Bunga Bangkai Terancam Punah, Salah Satunya Karena Mitos
Bunga bangkai atau Amorphophallus kini terancam punah keberadaannya, terutama di habitat aslinya yakni hutan Sumatera. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Bunga bangkai atau Amorphophallus kini terancam punah keberadaannya, terutama di habitat aslinya yakni hutan Sumatera. Penyebabnya karena deforestasi, yakni banyak hutan yang berubah fungsi sehingga membuat flora dan fauna di hutan tersebut semakin berkurang.

Dikutip dari Situs resmi LIPI, Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian mengatakan, konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Indonesia akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan penelitian LIPI.

Salah satu yang sedang dilakukan konservasi adalah Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun Raya Bogor. LIPI melakukan konservasi karena habitatnya di hutan hujan Sumatera sudah sangat langka.



"Saat ini habitatnya di alam banyak mendapat tekanan dan gangguan dari pengambilan ilegal di hutan, kerusakan habitat, dan penurunan jumlah serangga penyerbuk serta binatang penebar biji," katanya.

Tak hanya di Indonesia, sejumlah negara juga melakukan konservasi terhadap tanaman langka ini. Salah satunya Belanda yang melakukan konservasi di Kebun Raya Leiden. Bunga tersebut mekar selama sepekan pada akhir Oktober 2021, setelah ditunggu selama 25 tahun lamanya.

Saat ini bunga bangkai masuk dalam kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Keberadaannya bunga bangkai juga dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.

Mengenai kenapa tanaman ini bisa langka, berikut alasan bungai bangkai terancam punah yang diolah dari berbagai sumber:

Deforestasi

Salah satu alasan bunga bangkai langka adalah maraknya deforestasi atau perubahan hutan menjadi lahan produktif. Saat ini banyak hutan di Sumatera Barat yang berubah menjadi lahan sawit.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1359 seconds (0.1#10.140)