8 Fenomena Astronomis 2022 yang Bikin Terpesona, Ada Gerhana Bulan Total
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2022 akan memiliki fenomena astronomis yang sangat asyik dicermati dan dinikmati. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) baru-baru ini telah merilis beberapa fenonema astronomis tahun 2022 yang bakal bikin Anda terpesona.
Andi Pangerang peneliti LAPAN menuliskan di Edukasi Sains Antariksa LAPAN bahwa fenomena astronomis di 2022 langsung terjadi di awal-awal tahun depan. Beberapa fenomena menurutnya bisa dinikmati dengan mata telanjang namun tergantung dari kondisi cuaca di wilayah setempat. Namun ada juga yang memerlukan alat bantuan.
Nah, berikut ini 8 fenomena astronomis yang perlu dicermati:
1. 4 Januari 2022 – Puncak Hujan Meteor Qudarantid
Quadrantid adalah hujan meteor yang titik radiant-nya berasal dari konstelasi Quadrans Muralis (kini menjadi bagian dari konstelasi Bootes). Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 200 meteor per jam.
Quadrantid bersumber dari sisa debu asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1. Kelajuan meteor pada Quadrantid dapat mencapai 147.600 kilometer per jam. Tidak ada interferensi cahaya alami (seperti Bulan) yang mengganggu pengamatan Quadrantid, sehingga dapat diamati tanpa alat bantu optik (kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video).
2. 5 April 2022 – Puncak Konjungsi Mars-Saturnus
Awal Ramadan 1443 Hijriah disambut oleh konjungsi Mars-Saturnus yang dapat Sobat saksikan dari arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Sudut pisah Mars-Saturnus bervariasi antara 19-20 menit busur atau sedikit lebih besar dari semidiameter Bulan. Magnitudo Saturnus cenderung konstan sebesar +0,83 sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antara +1,05 hingga +0,99. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
3. 24-29 April 2022 – Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan
Sepuluh hari terakhir Ramadan 1443 Hijriah ditutup dengan fenomena astronomis Konjungsi Kuintet, yakni lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus: Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan bulan. Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara (kecuali pada tanggal 29 April, baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis/75 menit sebelum Matahari terbit).
Bulan memasuki fase Sabit Akhir dengan iluminasi 45,3% hingga 3,7%. Magnitudo Jupiter bervariasi antara −2,09 hingga −2,11. Magnitudo Venus bervariasi antara −4,16 hingga −4,12. Magnitudo Mars bervariasi antara +0,88 hingga +0,44. Sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antata +0,81 hingga +0,80.
4. 1 Mei 2022 – Puncak Konjungsi Venus-Jupiter
Menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah, Venus berkonjungsi dengan Jupiter dengan sudut pisah 14 menit busur. Fenomena ini dapat Sobat saksikan pada arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Magnitudo Venus cenderung konstan sebesar −4,11 sementara magnitudo Jupiter cenderung konstan sebesar −2,11 Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 25 November 2018 dan 12 Februari 2021. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024.
5. 27 Mei 2022 – Okultasi Venus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan). Ini karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi. Secara global, Venus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 27 Mei sejak pukul 00.36 UT hingga 05.30 UT.
Di Indonesia, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi antara 10,6%-10,3% ketika mengokultasi Venus. Sebagian wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan sebaian propinsi Papua Barat mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari, sehingga hanya disaksikan menggunakan alat bantu. Sedangkan, Okultasi Venus dapat disaksikan sebelum Matahari terbit untuk wilayah Madagaskar, Kep. Komoro dan Seychelles.
6. 25 Juni 2022 – Okultasi Uranus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan). Hal ini dikarenakan konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi. Secara global, Uranus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 24 Juni sejak pukul 19.57 UT hingga 00.33 UT.
7. 13-14 Agustus 2022 – Puncak Hujan Meteor Perseid
Perseid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Intensitas maksimum hujan meteor ini adalah sebesar 100 meteor/jam. Sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radiant di Indonesia yang bervariasi antara 20,9° (Pulau Rote) hingga 37,8° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 36 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 61 meteor/jam (Sabang).
Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor pada hujan meteor Perseid ini dapat mencapai 212.400 kilometer per jam. Terdapat interferensi cahaya Bulan berfase Benjol Akhir yang terletak di dekat zenit saat titik radian Perseid terbit, sehingga dapat mengganggu pengamatan Perseid. Meskipun demikian, Perseid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik (kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video).
8. 8 November 2022 – Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sebuah garis lurus. Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.
Gerhana Bulan Total terjadi pada fase Bulan Purnama, akan tetapi, tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami Gerhana Bulan. Ini karena orbit Bulan yang miring 5,1° terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar konfigurasinya dengan Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus. Oleh sebab itu, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika Purnama berlangsung.
Gerhana Bulan Total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
Andi Pangerang peneliti LAPAN menuliskan di Edukasi Sains Antariksa LAPAN bahwa fenomena astronomis di 2022 langsung terjadi di awal-awal tahun depan. Beberapa fenomena menurutnya bisa dinikmati dengan mata telanjang namun tergantung dari kondisi cuaca di wilayah setempat. Namun ada juga yang memerlukan alat bantuan.
Nah, berikut ini 8 fenomena astronomis yang perlu dicermati:
1. 4 Januari 2022 – Puncak Hujan Meteor Qudarantid
Quadrantid adalah hujan meteor yang titik radiant-nya berasal dari konstelasi Quadrans Muralis (kini menjadi bagian dari konstelasi Bootes). Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 200 meteor per jam.
Quadrantid bersumber dari sisa debu asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1. Kelajuan meteor pada Quadrantid dapat mencapai 147.600 kilometer per jam. Tidak ada interferensi cahaya alami (seperti Bulan) yang mengganggu pengamatan Quadrantid, sehingga dapat diamati tanpa alat bantu optik (kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video).
2. 5 April 2022 – Puncak Konjungsi Mars-Saturnus
Awal Ramadan 1443 Hijriah disambut oleh konjungsi Mars-Saturnus yang dapat Sobat saksikan dari arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Sudut pisah Mars-Saturnus bervariasi antara 19-20 menit busur atau sedikit lebih besar dari semidiameter Bulan. Magnitudo Saturnus cenderung konstan sebesar +0,83 sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antara +1,05 hingga +0,99. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.
3. 24-29 April 2022 – Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan
Sepuluh hari terakhir Ramadan 1443 Hijriah ditutup dengan fenomena astronomis Konjungsi Kuintet, yakni lima benda langit yang tampak segaris secara visual sekaligus: Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan bulan. Fenomena ini dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah Timur memanjang hingga Tenggara (kecuali pada tanggal 29 April, baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis/75 menit sebelum Matahari terbit).
Bulan memasuki fase Sabit Akhir dengan iluminasi 45,3% hingga 3,7%. Magnitudo Jupiter bervariasi antara −2,09 hingga −2,11. Magnitudo Venus bervariasi antara −4,16 hingga −4,12. Magnitudo Mars bervariasi antara +0,88 hingga +0,44. Sedangkan magnitudo Saturnus bervariasi antata +0,81 hingga +0,80.
4. 1 Mei 2022 – Puncak Konjungsi Venus-Jupiter
Menjelang Idul Fitri 1443 Hijriah, Venus berkonjungsi dengan Jupiter dengan sudut pisah 14 menit busur. Fenomena ini dapat Sobat saksikan pada arah Timur saat bersantap sahur pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Magnitudo Venus cenderung konstan sebesar −4,11 sementara magnitudo Jupiter cenderung konstan sebesar −2,11 Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 25 November 2018 dan 12 Februari 2021. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024.
5. 27 Mei 2022 – Okultasi Venus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan). Ini karena konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi. Secara global, Venus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 27 Mei sejak pukul 00.36 UT hingga 05.30 UT.
Di Indonesia, Bulan berfase Sabit Akhir dengan iluminasi antara 10,6%-10,3% ketika mengokultasi Venus. Sebagian wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan sebaian propinsi Papua Barat mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari, sehingga hanya disaksikan menggunakan alat bantu. Sedangkan, Okultasi Venus dapat disaksikan sebelum Matahari terbit untuk wilayah Madagaskar, Kep. Komoro dan Seychelles.
6. 25 Juni 2022 – Okultasi Uranus oleh Bulan
Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan). Hal ini dikarenakan konfigurasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari pengamat tata surya.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi. Secara global, Uranus mengalami okultasi oleh Bulan pada tanggal 24 Juni sejak pukul 19.57 UT hingga 00.33 UT.
7. 13-14 Agustus 2022 – Puncak Hujan Meteor Perseid
Perseid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Intensitas maksimum hujan meteor ini adalah sebesar 100 meteor/jam. Sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radiant di Indonesia yang bervariasi antara 20,9° (Pulau Rote) hingga 37,8° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 36 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 61 meteor/jam (Sabang).
Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor pada hujan meteor Perseid ini dapat mencapai 212.400 kilometer per jam. Terdapat interferensi cahaya Bulan berfase Benjol Akhir yang terletak di dekat zenit saat titik radian Perseid terbit, sehingga dapat mengganggu pengamatan Perseid. Meskipun demikian, Perseid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik (kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video).
8. 8 November 2022 – Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sebuah garis lurus. Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.
Gerhana Bulan Total terjadi pada fase Bulan Purnama, akan tetapi, tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami Gerhana Bulan. Ini karena orbit Bulan yang miring 5,1° terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar konfigurasinya dengan Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus. Oleh sebab itu, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika Purnama berlangsung.
Gerhana Bulan Total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
(wsb)