Danau Kivu di Rwanda-Kongo, Surga Pembunuh yang Menyimpan Rahasia Mematikan

Kamis, 27 Januari 2022 - 12:44 WIB
loading...
Danau Kivu di Rwanda-Kongo, Surga Pembunuh yang Menyimpan Rahasia Mematikan
Danau Kivu adalah salah satu danau Rift besar Afrika yang terletak di antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo. Foto/ochre
A A A
KIGALI - Danau Kivu adalah salah satu danau Rift besar Afrika yang terletak di antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo. Diapit oleh perbukitan hijau dipenuhi pepohonan yang daunnya berjatuhan ke perairan seperti kaca, Danau Kivu bak surga yang tenang.

Namun, di Rwanda dan DR Kongo, banyak yang hidup dalam ketakutan akan potensi bahaya yang tersembunyi di dalam danau yang dijuluki danau pembunuh ini. Banyak cerita tentang perenang yang menghilang ke kedalamannya setelah mengalami sesak napas atau ditarik ke bawah dasar danau.

Bukan, bukan karena ada kekuatan mistis atau sejenisnya. Ini juga bukan tanda-tanda kimiat sudah dekat. Anda ngak usah berpikir terlalu jauh. Penyebabnya, di dalam Danau Kivu terdapat konsentrasi besar gas metana dan karbon dioksida, akibat aktivitas vulkanik selama ribuan tahun.



Loh, kenapa berbahaya? Begini, di seluruh dunia hanya ada tiga danau yang memiliki kondisi seperti Danau Kivu. Dua danau lainnya adalah, Danau Nyos dan Monoun di barat laut Kamerun. Kedua danau ini, pernah mengalami letusan limnik pada 1980-an.
Danau Kivu di Rwanda-Kongo, Surga Pembunuh yang Menyimpan Rahasia Mematikan


Letusan limnik adalah bencana alam yang terjadi ketika karbon dioksida secara mendadak meletus dari dasar danau dan membentuk awan gas beracun yang dapat membuat hewan dan manusia mati lemas karena tidak dapat bernapas. Letusan tersebut juga dapat memicu tsunami, meskipun sangat jarang terjadi.

Letusan limnik Danau Nyos menjadi bencana besar karena mencekik lebih dari 1.700 orang akibat pelepasan gas karbon dioksida yang beracun. Padahal bencana ini terjadi di daerah pedesaan, sedangkan di sekitar Danau Kivu ada 2 juta orang akan berpotensi terancam bencana serupa.

Makanya, ketika terjadi letusan Gunung Nyiragongo yang berada di Utara Danau Kivu pada Mei 2021, menimbulkan kekhawatiran besar. Terutama para pekerja dan insinyur pembangkit listrik terapung di Danau Kivu. Bukan lahar yang dimuntahkan Gunung Nyiragongo yang dikhawatirkan, tapi getaran hebat yang dikirimkan letusan gunung berapi itu ke Danau Kivu yang ditakutkan.

“Getaran itu bisa memicu letusan limnik yang menyebabkan ledakan besar gas dari perairan dalam ke permukaan. Ini mengakibatkan gelombang besar dan awan gas beracun yang akan membahayakan nyawa jutaan orang. Inilah yang kami sebut danau pembunuh,” kata Darchambeau, manajer lingkungan di KivuWatt, perusahaan pembangkit listrik terapung di Danau Kivu.


Danau Kivu di Rwanda-Kongo, Surga Pembunuh yang Menyimpan Rahasia Mematikan


KivuWatt tidak mungkin menghentikan operasi karena memiliki konsekuensi serius bagi Rwanda. KivuWatt menghasilkan sekitar 30 persen listrik setiap tahun untuk negara di Afrika Timur itu. Perusahaan Amerika ContourGlobal, yang memiliki KivuWatt, mengoperasi pembangkit listrik di Danau Kivu pada tahun 2015.

KivuWatt, merupakan satu-satunya pembangkit listrik di dunia, yang memanfaatkan gas yang melimpah dari Danau Kivu. Platform apung unik KivuWatt, memompa air yang jenuh mengandung karbon dioksida dan metana dari kedalaman sekitar 350 meter ke permukaan. Saat naik, air dan gas akan terpisah saat tekanan berubah.

"Ini seperti membuka sebotol soda," kata direktur KivuWatt Priysham Nundah, yang menggambarkan proyek itu sebagai perpaduan antara pembangkit listrik termal dan energi terbarukan.


Danau Kivu di Rwanda-Kongo, Surga Pembunuh yang Menyimpan Rahasia Mematikan


Metana yang diekstraksi dikirim melalui pipa ke fasilitas kedua yang terletak di darat di Rwanda, di mana gas diubah menjadi energi listrik. Karbon dioksida dipompa kembali ke danau pada kedalaman yang cukup tepat untuk memastikan keseimbangan tidak terganggu.

KivuWatt berharap dengan menghilangkan gas metana dari waktu ke waktu untuk mengurangi tekanan di dalam danau, bahkan menurunkan risiko letusan limnik. "Hanya dengan KivuWatt saja, saya tidak tahu, butuh waktu berapa abad untuk benar-benar mengurangi metana di danau," kata Martin Schmid, seorang peneliti di Institut Penelitian Air dan Lingkungan Swiss.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1777 seconds (0.1#10.140)