Cacing Alien Berkepala Pipih, Diberi Nama Unik untuk Kenang Korban COVID-19

Kamis, 10 Februari 2022 - 19:13 WIB
loading...
Cacing Alien Berkepala Pipih, Diberi Nama Unik untuk Kenang Korban COVID-19
BAK alien, cacing predator ini punya bentuk kepala unik yang pipih dan diberi nama Humbertium covidum. Foto/Science Alert
A A A
BAK alien, cacing predator ini punya bentuk kepala unik yang pipih. Para ilmuwan yang menemukan spesies cacing pipih martil ini memberikan nama Humbertium covidum untuk mengenang korban meninggal akibat pandemi COVID-19 .

"Nama spesifik covidum dipilih sebagai penghormatan kepada korban di seluruh dunia akibat pandemi COVID-19," kata parasitolog Prancis Jean-Lou Justine dikutip SINDOnews dari laman Sciencealert, Kamis (10/2/2022).

Cacing pipih martil (dikenal sebagai genus Bipalium) adalah jenis cacing tanah pemangsa dengan kepala berbentuk palu yang khas. Humbertium covidum berukuran kecil, panjangnya sekitar 3 sentimeter (lebih dari satu inci), dan berwarna hitam metalik tanpa garis atau ornamen lain.



Para peneliti juga menggambarkan alat kelamin cacing dengan sangat rinci, yang merupakan metode penting untuk membedakan spesies dan subfamili yang berbeda. Semua spesies cacing pipih bersifat hermaprodit, sehingga reproduksinya dapat secara seksual atau aseksual.

Makhluk kecil ini bukan satu-satunya spesies cacing pipih martil yang ditemukan. Para ilmuwan juga menemukan satu spesies di pulau Prancis bernama Mayotte, menghasilkan nama spesies Diversibipalium mayottensis.
Cacing Alien Berkepala Pipih, Diberi Nama Unik untuk Kenang Korban COVID-19


Spesies ini juga memiliki panjang sekitar 3 cm, dan memiliki bintik biru-hijau yang cantik (yang oleh para peneliti disebut "gelap pirus gelap" di atas dasar berwarna cokelat. "Humbertium covidum kemungkinan merupakan spesies yang berasal dari Asia dan merupakan spesies asing di Eropa," tulis tim peneliti.



Ini bukan satu-satunya cacing pipih yang berhasil bermigrasi ke negara lain. Spesies lain seperti Obama nungara di Eropa (berasal dari Argentina), Platydemus manokwari di AS (dari New Guinea) dan Bipalium kewense di Prancis (dari Asia Tenggara) semuanya menumpang melalui perdagangan tanaman dari satu tempat ke tempat lain.

Menariknya, selain dari tiga kebun (dua di Prancis dan satu di Italia) Humbertium covidum ditemukan antara tahun 2013 dan 2019, ada sedikit kasus yang ditemukan di tempat lain. Sayangnya, para peneliti tidak bisa mendapatkan spesimen Diversibipalium mayottensis yang cukup untuk menggambarkan spesies tersebut secara lengkap.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2649 seconds (0.1#10.140)