Badainya Hancurkan Satelit, NASA Akan Kirim 2 Misi Baru ke Matahari
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badai matahari yang menghantam bumi beberapa waktu lalu dan membuat 40 satelit SpaceX berjatuhan mengejutkan ilmuwan karena di luar perkiraan. Untuk lebih memahami badai matahari, NASA akan mengirim dua misi baru ke bintang induk bumi tersebut.
Proyek Multi-Slit Solar Explorer (MUSE) dan HelioSwarm telah dipilih oleh badan antariksa AS, untuk meningkatkan pemahaman tentang dinamika matahari, koneksi Matahari-Bumi, dan lingkungan luar angkasa yang terus berubah.
Misi tersebut akan dapat membantu meningkatkan prakiraan cuaca luar angkasa, seperti semburan matahari yang menghasilkan badai geomagnetik di atmosfer. Badai matahari ini yang menyeybabkan SpaceX kehilangan 40 satelit Starlink-nya.
Misi MUSE akan menghabiskan anggaran sekitar USD192 juta atau setara Rp2,7 triliun dan proyek HelioSwarm yang melibatkan sembilan pesawat ruang angkasa akan menelan biaya USD250 juta atau sekitar Rp3,5 triliun.
"MUSE dan HelioSwarm akan memberikan wawasan baru tentang atmosfer matahari dan cuaca luar angkasa," kata Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi untuk sains di Markas Besar NASA di Washington seperti dikutip Daily Mail, Sabtu (12/2/2022).
Matahari baru-baru ini memasuki fase aktifnya yang melontarkan massa koronal dan mengirimkan partikel bermuatan dan radiasi ke Bumi. Dikenal sebagai badai matahari , peristiwa ini dapat memicu badai geomagnetik di atmosfer bumi.
Dua misi baru akan mempelajari berbagai aspek matahari, termasuk badai dan lingkungan di tata surya yang berdampak pada Bumi.
Misi MUSE akan membantu para ilmuwan memahami kekuatan yang mendorong pemanasan korona matahari, bagian terluar atmosfernya yang biasanya tersembunyi oleh cahaya terang dari permukaan bintang.
"Ini akan memberikan lebih banyak wawasan tentang cuaca luar angkasa dan melengkapi sejumlah misi lain dalam armada misi heliofisika," kata Nicola Fox, direktur Divisi Heliofisika di NASA.
Tujuan utama misi MUSE adalah untuk menyelidiki penyebab pemanasan dan ketidakstabilan koronal, seperti suar dan lontaran massa korona, dan mendapatkan wawasan tentang sifat plasma dasar korona.
Sedangkan proyek HelioSwarm, akan menangkap pengukuran fluktuasi medan magnet multiskala pertama di luar angkasa dan gerakan angin matahari yang dikenal sebagai turbulensi angin matahari.
Proyek Multi-Slit Solar Explorer (MUSE) dan HelioSwarm telah dipilih oleh badan antariksa AS, untuk meningkatkan pemahaman tentang dinamika matahari, koneksi Matahari-Bumi, dan lingkungan luar angkasa yang terus berubah.
Misi tersebut akan dapat membantu meningkatkan prakiraan cuaca luar angkasa, seperti semburan matahari yang menghasilkan badai geomagnetik di atmosfer. Badai matahari ini yang menyeybabkan SpaceX kehilangan 40 satelit Starlink-nya.
Misi MUSE akan menghabiskan anggaran sekitar USD192 juta atau setara Rp2,7 triliun dan proyek HelioSwarm yang melibatkan sembilan pesawat ruang angkasa akan menelan biaya USD250 juta atau sekitar Rp3,5 triliun.
"MUSE dan HelioSwarm akan memberikan wawasan baru tentang atmosfer matahari dan cuaca luar angkasa," kata Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi untuk sains di Markas Besar NASA di Washington seperti dikutip Daily Mail, Sabtu (12/2/2022).
Matahari baru-baru ini memasuki fase aktifnya yang melontarkan massa koronal dan mengirimkan partikel bermuatan dan radiasi ke Bumi. Dikenal sebagai badai matahari , peristiwa ini dapat memicu badai geomagnetik di atmosfer bumi.
Dua misi baru akan mempelajari berbagai aspek matahari, termasuk badai dan lingkungan di tata surya yang berdampak pada Bumi.
Misi MUSE akan membantu para ilmuwan memahami kekuatan yang mendorong pemanasan korona matahari, bagian terluar atmosfernya yang biasanya tersembunyi oleh cahaya terang dari permukaan bintang.
"Ini akan memberikan lebih banyak wawasan tentang cuaca luar angkasa dan melengkapi sejumlah misi lain dalam armada misi heliofisika," kata Nicola Fox, direktur Divisi Heliofisika di NASA.
Tujuan utama misi MUSE adalah untuk menyelidiki penyebab pemanasan dan ketidakstabilan koronal, seperti suar dan lontaran massa korona, dan mendapatkan wawasan tentang sifat plasma dasar korona.
Baca Juga
Sedangkan proyek HelioSwarm, akan menangkap pengukuran fluktuasi medan magnet multiskala pertama di luar angkasa dan gerakan angin matahari yang dikenal sebagai turbulensi angin matahari.
(ysw)