China Beberkan Fakta Sebenarnya Tentang Roket yang Akan Menghantam Bulan
loading...
A
A
A
BEIJING - China membeberkan fakta sebenarnya tentang roket yang meluncur ke arah dan akan menabrak Bulan pada 4 Maret 2022. Tuduhan yang menyebutkan roket tersebut berasal dari misi Chang'e 5-T1 ternyata tidak benar.
China mengatakan bagian dari roket yang menuju bulan bukan dari misi ke Bulan Chang’e-5 T1 yang diluncurkan pada 2014. Sebab, misi Chang'e-5 T1 'benar-benar terbakar' di atmosfer Bumi tak lama setelah peluncuran.
“Menurut pemantauan China, bagian atas roket yang terkait dengan misi Chang'e-5 masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar habis,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada Senin 21 Februari 2022 melalui situs web pemerintah China.
China menambahkan bahwa pelacakan data dari Skuadron Kontrol Luar Angkasa ke-18 Angkatan Luar Angkasa AS menunjukkan bahwa tahap roket China memang memasuki kembali atmosfer pada Oktober 2015. Wang menegaskan, jadi roket yang akan menghantam Bulan pada 4 Maret bukan dari salah satu misi luar angkasa China.
Beberapa pengamatan independen menunjukkan bahwa roket tersebut berasal dari misi Chang'e 5-T1 pada tahun 2014. Menyusul kesalahan identifikasi yang mengatakan bahwa roket tersebut adalah bagian dari roket SpaceX Falcon 9 yang meluncurkan satelit Deep Space Climate Observatory pada Februari 2015.
Namun pejabat di Kementerian Luar Negeri China membantah, dengan alasan roket untuk misi Chang'e-5-T1 hancur tak lama setelah peluncuran. Bantahan China ini menggambarkan sulitnya melacak objek di luar angkasa setelah peluncuran, dan temuan terbaru dari Space Force bukannya tanpa kontroversi.
China telah dikritik beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir karena terkait puing-puing luar angkasa. Terbaru, termasuk kembalinya roket besar Long March 5B pada Mei 2021 yang untungnya tidak menimbulkan korban.
Pada November 2021, puing-puing dari uji anti-satelit China yang dilakukan pada 2007 memaksa Stasiun Luar Angkasa Internasional melakukan manuver mengelak untuk melindungi keselamatan awaknya. Namun, Wang menekankan bahwa China menyadari standar ruang angkasa internasional mengenai penghapusan puing-puing ruang angkasa.
"Upaya kedirgantaraan China selalu sesuai dengan hukum internasional. Kami berkomitmen untuk sungguh-sungguh menjaga keberlanjutan jangka panjang kegiatan luar angkasa dan siap untuk melakukan pertukaran dan kerja sama ekstensif dengan semua pihak," tambah Wang dikutip SINDOnews dari laman space.com, Rabu (23/2/2022).
China mengatakan bagian dari roket yang menuju bulan bukan dari misi ke Bulan Chang’e-5 T1 yang diluncurkan pada 2014. Sebab, misi Chang'e-5 T1 'benar-benar terbakar' di atmosfer Bumi tak lama setelah peluncuran.
“Menurut pemantauan China, bagian atas roket yang terkait dengan misi Chang'e-5 masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar habis,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada Senin 21 Februari 2022 melalui situs web pemerintah China.
China menambahkan bahwa pelacakan data dari Skuadron Kontrol Luar Angkasa ke-18 Angkatan Luar Angkasa AS menunjukkan bahwa tahap roket China memang memasuki kembali atmosfer pada Oktober 2015. Wang menegaskan, jadi roket yang akan menghantam Bulan pada 4 Maret bukan dari salah satu misi luar angkasa China.
Beberapa pengamatan independen menunjukkan bahwa roket tersebut berasal dari misi Chang'e 5-T1 pada tahun 2014. Menyusul kesalahan identifikasi yang mengatakan bahwa roket tersebut adalah bagian dari roket SpaceX Falcon 9 yang meluncurkan satelit Deep Space Climate Observatory pada Februari 2015.
Namun pejabat di Kementerian Luar Negeri China membantah, dengan alasan roket untuk misi Chang'e-5-T1 hancur tak lama setelah peluncuran. Bantahan China ini menggambarkan sulitnya melacak objek di luar angkasa setelah peluncuran, dan temuan terbaru dari Space Force bukannya tanpa kontroversi.
China telah dikritik beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir karena terkait puing-puing luar angkasa. Terbaru, termasuk kembalinya roket besar Long March 5B pada Mei 2021 yang untungnya tidak menimbulkan korban.
Pada November 2021, puing-puing dari uji anti-satelit China yang dilakukan pada 2007 memaksa Stasiun Luar Angkasa Internasional melakukan manuver mengelak untuk melindungi keselamatan awaknya. Namun, Wang menekankan bahwa China menyadari standar ruang angkasa internasional mengenai penghapusan puing-puing ruang angkasa.
"Upaya kedirgantaraan China selalu sesuai dengan hukum internasional. Kami berkomitmen untuk sungguh-sungguh menjaga keberlanjutan jangka panjang kegiatan luar angkasa dan siap untuk melakukan pertukaran dan kerja sama ekstensif dengan semua pihak," tambah Wang dikutip SINDOnews dari laman space.com, Rabu (23/2/2022).
(wib)