Perang Rusia Ukraina, Nasib Astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional Ikut Terancam
loading...
A
A
A
PERANG antara Rusia dan Ukraina juga mengancam nasib para astronot dan kosmonot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) . Perang yang terjadi di Bumi, Rusia dan Ukraina, membuat situasi di luar angkasa menjadi sensitif dan rumit.
Dikutip dari laman Space.com, saat ini ada dua kosmonot Rusia dan satu astronot Eropa tinggal di orbit bersama dengan empat astronot Amerika Serikat (AS). Tujuh pesawat luar angkasa menikmati hasil kerja sama internasional sejak era Perang Dingin 1975 yang bersejarah berakhir, antara Apollo AS dan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia.
Selama ini para astronot AS dan Eropa bisa berdampingan bersama tinggal di Stasiun Luar Angkasa (ISS). Bahkan berbagai kerja sama untuk misi ke luar angkasa terjalin baik antara AS, Rusia, dan Eropa. Seperti ketika peluncuran Roket Antares Northrop Grumman pada 19 Februari 2022.
Roket Antares tahap pertama merupakan buatan Ukraina yang ditenagai oleh dua mesin RD-181 buatan Rusia. Satelit itu membawa robotik Cygnus yang melakukan reboost operasional Stasiun Luar Angkasa Internasional agar tetap bisa melayang di orbitnya.
Perang yang pecah antara Rusia dan Ukraina mengancam dua misi Antares selanjutnya yang direncanakan Northrop Grumman. Jika dua misi ini terganggu akibat perang Rusia dan Ukraina, maka nasib para astronot dan kosmonot yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa bisa terancam.
"Kami jelas memantau situasinya (perang Rusia Ukraina). Mudah-mudahan itu bisa diselesaikan," kata Kurt Eberly, Direktur Peluncuran Ruang Angkasa untuk Northrop Grumman dikutip SINDOnews dari laman Livemint, Kamis (24/2/2022).
Eberly menambahkan bahwa semua perangkat keras yang dibutuhkan perusahaan untuk dua misi Cygnus yang akan datang, tersedia di lokasi peluncuran Fasilitas Penerbangan Wallops NASA di Virginia. Namun, waktu untuk dua peluncuran berikutnya belum dirilis, sambil menunggu ketegangan perang mereda untuk menyiapkan prosedur operasi secara normal.
Untuk mengantisipasi tersendatnya pasukan mesin RD-181 untuk roket Antares dan mencegah Stasiun Luar Angkasa Internasional kekurangan pasokan logistik, NASA memilih opsi menggunakan kapsul SpaceX Dragon. Apalagi SpaceX Dragon sudah secara teratur mengirimkan kargo ke stasiun luar angkasa.
Yang masih belum diketahui nasibnya adalah misi peluncuran pesawat ruang angkasa kargo robot Progress Rusia. Misi luar angkasa ini sebagian besar membawa pasokan logistik untuk operasional kepentingan Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional .
Perang Rusia Ukraina juga berpotensi mengganggu pasokan United Launch Alliance (ULA), perusahaan patungan antara perusahaan ruang angkasa swasta Lockheed Martin dan Boeing yang menyediakan kendaraan peluncuran untuk NASA. Sebab, ULA menggunakan mesin RD-180 buatan Rusia untuk roket Atlas V yang mengirimkan banyak misi ke luar angkasa setiap tahun.
"ULA telah menerima pengiriman mesin RD-180 terakhir yang diproyeksikan dan disimpan dengan aman di pabrik kami di Decatur, Alabama," ungkap Jessica Rye, Direktur Komunikasi Eksternal di ULA, kepada Space.com.
Dikutip dari laman Space.com, saat ini ada dua kosmonot Rusia dan satu astronot Eropa tinggal di orbit bersama dengan empat astronot Amerika Serikat (AS). Tujuh pesawat luar angkasa menikmati hasil kerja sama internasional sejak era Perang Dingin 1975 yang bersejarah berakhir, antara Apollo AS dan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia.
Selama ini para astronot AS dan Eropa bisa berdampingan bersama tinggal di Stasiun Luar Angkasa (ISS). Bahkan berbagai kerja sama untuk misi ke luar angkasa terjalin baik antara AS, Rusia, dan Eropa. Seperti ketika peluncuran Roket Antares Northrop Grumman pada 19 Februari 2022.
Roket Antares tahap pertama merupakan buatan Ukraina yang ditenagai oleh dua mesin RD-181 buatan Rusia. Satelit itu membawa robotik Cygnus yang melakukan reboost operasional Stasiun Luar Angkasa Internasional agar tetap bisa melayang di orbitnya.
Perang yang pecah antara Rusia dan Ukraina mengancam dua misi Antares selanjutnya yang direncanakan Northrop Grumman. Jika dua misi ini terganggu akibat perang Rusia dan Ukraina, maka nasib para astronot dan kosmonot yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa bisa terancam.
"Kami jelas memantau situasinya (perang Rusia Ukraina). Mudah-mudahan itu bisa diselesaikan," kata Kurt Eberly, Direktur Peluncuran Ruang Angkasa untuk Northrop Grumman dikutip SINDOnews dari laman Livemint, Kamis (24/2/2022).
Eberly menambahkan bahwa semua perangkat keras yang dibutuhkan perusahaan untuk dua misi Cygnus yang akan datang, tersedia di lokasi peluncuran Fasilitas Penerbangan Wallops NASA di Virginia. Namun, waktu untuk dua peluncuran berikutnya belum dirilis, sambil menunggu ketegangan perang mereda untuk menyiapkan prosedur operasi secara normal.
Untuk mengantisipasi tersendatnya pasukan mesin RD-181 untuk roket Antares dan mencegah Stasiun Luar Angkasa Internasional kekurangan pasokan logistik, NASA memilih opsi menggunakan kapsul SpaceX Dragon. Apalagi SpaceX Dragon sudah secara teratur mengirimkan kargo ke stasiun luar angkasa.
Yang masih belum diketahui nasibnya adalah misi peluncuran pesawat ruang angkasa kargo robot Progress Rusia. Misi luar angkasa ini sebagian besar membawa pasokan logistik untuk operasional kepentingan Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional .
Perang Rusia Ukraina juga berpotensi mengganggu pasokan United Launch Alliance (ULA), perusahaan patungan antara perusahaan ruang angkasa swasta Lockheed Martin dan Boeing yang menyediakan kendaraan peluncuran untuk NASA. Sebab, ULA menggunakan mesin RD-180 buatan Rusia untuk roket Atlas V yang mengirimkan banyak misi ke luar angkasa setiap tahun.
"ULA telah menerima pengiriman mesin RD-180 terakhir yang diproyeksikan dan disimpan dengan aman di pabrik kami di Decatur, Alabama," ungkap Jessica Rye, Direktur Komunikasi Eksternal di ULA, kepada Space.com.
(wib)