Aktivitas Matahari Meningkat, Gelombang Plasma Raksasa Menghantam Merkurius

Jum'at, 15 April 2022 - 14:45 WIB
loading...
Aktivitas Matahari Meningkat, Gelombang Plasma Raksasa Menghantam Merkurius
Gelombang plasma raksasa yang diluncurkan dari matahari menabrak Merkurius Selasa 12 April 2022. Foto/Live Science
A A A
JUNEAU - Gelombang plasma raksasa yang diluncurkan dari matahari menabrak Merkurius Selasa 12 April 2022. Diperkirakan gelombang plasma matahari memicu badai geomagnetik dan menggerus material dari permukaan planet Merkurius.

Letusan kuat, yang dikenal sebagai coronal mass ejection (CME), terlihat memancar dari sisi jauh matahari pada malam 11 April 2022. Membutuhkan waktu kurang dari satu hari untuk menghantam planet terdekat.

Menurut spaceweather.com gelombang plasma berasal dari bintik matahari, area di luar matahari lokasi medan magnet yang kuat. Energi dari proses ledakan ini dilepaskan dalam bentuk semburan radiasi yang disebut solar flare atau sebagai gelombang plasma (CMEs).



Tidak seperti Bumi, bagaimanapun, Merkurius tidak memiliki medan magnet yang sangat kuat. Fakta ini, ditambah dengan kedekatannya dengan ejeksi plasma matahari, berarti planet ini telah lama kehilangan atmosfer permanen. Atom-atom yang tersisa di Merkurius terus-menerus hilang ke luar angkasa, membentuk ekor seperti komet dari materi yang dikeluarkan di belakang planet.

Namun angin matahari dan gelombang pasang partikel dari CME terus-menerus mengisi kembali sejumlah kecil atom Merkurius. Aktivitas ini membuatnya berfluktuasi, lapisan atmosfer yang tipis.

Sebelumnya, para ilmuwan tidak yakin apakah medan magnet Merkurius cukup kuat untuk memicu badai geomagnetik. Namun, penelitian yang diterbitkan dalam dua makalah di jurnal Nature Communications and Science China Technological Sciences pada bulan Februari telah membuktikan bahwa medan magnet memang cukup kuat.



Makalah pertama menunjukkan bahwa Merkurius memiliki arus cincin yang mampu memicu badai geomagnetik. Arus cincin merupakan aliran partikel bermuatan berbentuk donat yang mengalir di sekitar garis medan antara kutub planet.

"Prosesnya sangat mirip dengan di sini di Bumi. Perbedaan utama dengan Bumi adalah dari ukuran dan Merkurius memiliki medan magnet yang lemah dan hampir tidak ada atmosfer," kata Hui Zhang, rekan penulis studi dan profesor fisika ruang angkasa di Institut Geofisika Universitas Alaska Fairbanks dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Jumat (15/4/2022).

Di planet yang memiliki medan magnet kuat, seperti Bumi, CME diserap dan memicu badai geomagnetik yang kuat. Selama badai ini, medan magnet bumi dikompresi sedikit oleh gelombang partikel berenergi tinggi.

Sementara itu, Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional mngatakan, aktivitas matahari telah meningkat jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Matahari bergerak di antara aktivitas tertinggi dan terendah dalam siklus 11 tahun, tetapi mekanisme yang mendorong siklus matahari ini belum dipahami dengan baik para ilmuwan.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2860 seconds (0.1#10.140)