Kebangkitan Industri Perfilman Tanah Air

Selasa, 17 Mei 2022 - 12:32 WIB
loading...
Kebangkitan Industri Perfilman Tanah Air
Geliat industri film nasional kembali terlihat seiring mulai terkendalinya pandemi Covid-19 di Tanah Air. Film nasional yang diputar di bioskop kini mulai dibanjiri penonton. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
SEJUMLAH sektor industri di Tanah Air perlahan-lahan mulai bangkit, seiring dengan kebijakan pelonggaran yang diterapkan pemerintah pada musim libur Lebaran kemarin. Salah satu sektor industri yang mendulang cuan yakni pengusaha bioskop.

Jika pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 kapasitas bioskop dibatasi hanya 25% dan dilarang makan dan minum, saat ini pemerintah mengizinkan penonton untuk makan dan minum di dalam bioskop dengan kapasitas maksimal 75%.

Menariknya lagi, dua film box office yakni KKN di Desa Penari dan Doctor Strange in the Multiverse of Madness mendorong berjuta-juta penonton untuk datang ke bioskop.

Bahkan film KKN di Desa Penari telah menembus 5 juta penonton dalam 13 hari dan menobatkannya sebagai film horor nasional terlaris sepanjang masa. Kedua film tersebut bisa dibilang jadi pintu gerbang kebangkitan bisnis bioskop di Tanah Air di tengah tantangan sejumlah layanan film streaming.

Film KKN Di Desa Penari pun tidak hanya mendulang sukses besar di Indonesia. Di negara tetangga, Malaysia, Brunei, dan Singapura, film produksi MD Pictures itu juga menjaring banyak penonton. Pada hari pertama penayangan di Malaysia pada 12 Mei, film tersebut mengumpulkan 388.781 ringgit atau sekitar Rp1,3 miliar. Hari kedua diputar, pendapatan meningkat drastis menjadi 2,65 juta ringgit atau sekira Ro8,8 miliar. Naik Rp7,5 miliar.

Film Indonesia dengan pendapatan tertinggi di Malaysia sampai saat ini dipegang oleh Pengabdi Setan dengan 7,2 juta ringgit atau sekitar Rp23,9 miliar. Disusul film Makmum yang mengumpulkan 7,15 juta ringgit atau Rp23,8 miliar.

Bukan tidak mungkin pendapatan KKN di Desa Penari melebihi capaian Pengabdi Setan dan Makmum. Apalagi minat masyarakat Malaysia untuk menyaksikan film yang dibintangi Tissa Biani dan Aulia Sarah itu disebut-sebut masih sangat besar.

Pemerintah perlu memberikan sejumlah insentif untuk industri kreatif termasuk film di masa pandemi. Insentif ini diharapkan dapat membantu produksi konten-konten yang memiliki kualitas baik.

Insentif juga diharapkan dapat berdampak positif kepada ekosistem perfilman nasional. Sehingga nantinya bisa membuka peluang kerja bagi insan-insan perfilman nasional di mana satu produksi film bisa membuka lapangan pekerjaan.

Mengutip laporan Film Indonesia, selama pandemi terdapat 2.145 layar serta 517 bisokop atau masing-masing tumbuh 1,7% dan 1,8%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2018 ketika terdapat 1.824 layar (naik 17,8%) dan 430 bioskop (19,8%). Pada 2016, jumlah layar baru sebanyak 1.330 buah dan 313 unit bioskop.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1891 seconds (0.1#10.140)