Kromosom Seks Hilang Bikin Pria Gampang Meninggal Muda Ketimbang Perempuan

Jum'at, 15 Juli 2022 - 15:26 WIB
loading...
Kromosom Seks  Hilang Bikin  Pria Gampang Meninggal Muda Ketimbang Perempuan
Kehilangan kromosom Y pada laki-laki seiring pertambahan usia membuat kaum adam rentan meninggal lebih cepat dibanding perempuan. Foto/SKY News
A A A
JAKARTA - University of Virginia School of Medicine menemukan fakta bahwa pria lebih gampang meninggal muda ketimbang perempuan karena faktor kromosom seks. Kenneth Walsh, PhD peneliti dari University of Virginia School of Medicine menyebutkan berkurangnya kromosom seks seiring berlanjutnya usia pria justru berakibat fatal bagi kelangsungan hidup.

Pasalnya berkurangnya kromosom seks akan menyebabkan otot jantung terluka dan dapat menyebabkan gagal jantung yang mematikan. Hal itu justru membuat pria rentan mati muda dibandingkan perempuan.

Saat ini menurut mereka, rata-rata wanita di Amerika Serikat hidup lebih lama lima tahun dibandingkan pria. "Rata-rata pria yang sudah melewati usia 60 tahun, lebih cepat meninggal dunia dibandingkan perempuan. Hal itu seolah-olah jadi hal yang natural. Penelitian baru ini memberikan petunjuk mengapa pria memiliki rentang hidup yang lebih pendek daripada wanita," ujar Kennet Walsh.

Dia mengatakan perempuan memiliki dua kromosom X sedangkan pria memiliki X dan Y. Tetapi banyak pria mulai kehilangan kromosom Y, di sebagian kecil dari sel mereka, seiring bertambahnya usia. Hal itu paling sering terjadi pada perokok. Kehilangan terjadi terutama pada sel yang mengalami pergantian cepat, seperti sel darah.



Kromosom Seks Hilang Bikin Pria Gampang Meninggal Muda Ketimbang Perempuan


Kennet Walsh kemudian melakukan percobaan dengan menggunakan tikus laboratorium untuk lebih memahami efek hilangnya kromosom Y dalam darah. Mereka menemukan bahwa kehilangan mempercepat penyakit terkait usia, membuat tikus lebih rentan terhadap jaringan parut jantung dan menyebabkan kematian lebih awal.

Efek itu bukan hasil dari peradangan saja. Tikus tersebut mengalami serangkaian respons kompleks dalam sistem kekebalan, yang mengarah ke proses yang disebut sebagai fibrosis di seluruh tubuh. Tarik-menarik dalam sistem kekebalan ini, dipercaya para peneliti dapat mempercepat perkembangan penyakit.

Mereka kemudian melakukan tiga analisis data yang dikumpulkan database biomedis besar yang ada di UK Bio Bank. Dari hasil itu diketahui kehilangan kromosom Y pada manusia berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan gagal jantung. Ketika kehilangan kromosom meningkat, para ilmuwan menemukan, begitu pula risiko kematian.

“DNA dari semua sel kita pasti mengakumulasi mutasi seiring bertambahnya usia. Ini termasuk hilangnya seluruh kromosom Y dalam subset sel pada pria. Memahami bahwa tubuh adalah mosaik dari mutasi yang didapat memberikan petunjuk tentang penyakit yang berkaitan dengan usia dan proses penuaan itu sendiri, ” kata Kenneth Walsh.



Sayangnya saat ini peneliti tidak bisa mengidentifikasi pria mana yang rentan kehilangan kromosom Y. Kenneth Walsh dan Lars A. Forsberg, dari Universitas Uppsala di Swedia, memang telah mengembangkan tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang murah, seperti yang digunakan untuk pengujian COVID-19, guna mendeteksi hilangnya kromosom Y. Tetapi metode pengujian itu masih untuk kebutuhan internal laboratorium.

“Studi yang meneliti kehilangan kromosom Y dan mutasi yang didapat lainnya memiliki harapan besar untuk pengembangan obat-obatan pribadi yang disesuaikan dengan mutasi spesifik ini," jelas Kenneth Walsh.

Dia mengatakan saat ini cara yang bisa dilakukan untuk mencegah berkurangnya kromosom skes adalah metode pengobatan. Seperti pirfenidone, yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration.

"Studi yang kami lakukan bisa dijadikan basis untuk pengembangan obat-obatan pribadi yang disesuaikan dengan mutasi spesifik ini," pungkas Kenneth Walsh.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2196 seconds (0.1#10.140)