5 Negara yang Memiliki Senjata Kimia, Nomor 4 Kemampuannya Tak Disangka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan Konvensi Senjata Kimia atau Chemical Weapons Convention (CWC) ada delapan negara yang menyatakan memiliki cadangan senjata kimia. Kedelapan negara itu, adalah Albania, India, Irak, Libya, Suriah, Amerika Serikat, Rusia, dan negara anonim yang secara luas diyakini sebagai Korea Selatan.
Konvensi Senjata Kimia adalah perjanjian multilateral yang melarang pengembangan, produksi, akuisisi, penimbunan, transfer, dan penggunaan senjata kimia dan mengharuskan semua negara pemilik untuk menghancurkan persediaan mereka dengan aman. Ditandatangani di Paris pada 13 Januari 1993, CWC mulai berlaku pada 29 April 1997, dan memiliki 193 anggota, termasuk Palestina.
Saat ini satu negara, Israel, telah menandatangani tetapi tidak meratifikasi perjanjian tersebut. Sementara tiga negara (Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan) tidak menandatangani atau mengaksesi Konvensi Senjata Kimia. Berikut 4 negara yang masih cadangan memiliki senjata kimia dikutip SINDOnews dari laman Armscontrol, Sabtu (6/8/2022).
1. Rusia
Rusia menyatakan masih memiliki cadangan besar sekitar 40.000 metrik ton di tujuh gudang senjata di enam wilayah Rusia. Gudang senjata Rusia awalnya terdiri dari campuran VX, sarin, soman, mustard, lewisite, mustard-lewisite, dan fosgen.
Pada 27 September 2017, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW) mengumumkan bahwa Rusia telah menyelesaikan penghancuran gudang senjata kimianya. Namun, Rusia masih mempertahankan beberapa kapasitas senjata kimia yang dimiliki.
2. Amerika Serikat
Amerika Serikat mengumumkan menyimpan 28.577 metrik ton senjata kimia di sembilan tempat penyimpanan di delapan negara bagian dan di Atol Johnston di sebelah barat Hawaii. Dalam laporan tahunan OPCW untuk 2018 dinyatakan bahwa Amerika Serikat telah menghancurkan sekitar 90,6 persen, atau sekitar 25.154 metrik ton, dari persediaan senjata kimia yang telah disampaikan saat CWC mulai berlaku.
Pada Juli 2020, Amerika Serikat masih memiliki 1.445,5 metrik ton mustard dan agen saraf yang tersisa dalam persediaannya. Amerika Serikat diproyeksikan untuk menyelesaikan penghancuran senjata kimia pada September 2023.
3. Korea Selatan
Korea Selatan menolak untuk mengakui persediaan senjata kimia yang dimiliki dalam presentasi publik apa pun, termasuk pidato tahunan oleh duta besarnya untuk OPCW. Korea Selatan mengklaim kerahasiaan penuh (informasi yang sangat dilindungi) di bawah Confidentiality Annex of the CWC.
Korea Selatan, bersama India, diperkirakan memiliki persediaan senjata kimia sekitar 500-1.000 metrik ton. Namun, Korea Selatan tetap menjaga kerahasiaan informasinya, terkait ukuran, lokasi, komposisi, dan proses penghancuran senjata mereka.
Oleh karena itu, semua delegasi dan staf OPCW menyebutnya sebagai “Negara Pihak” yang mengacu pada negara-negara pemilik yang dinyatakan. Korea Selatan menyelesaikan penghancuran senjata kimianya pada tahun 2008.
4. Korea Utara
Korea Utara tidak menandatangani CWC, namun secara luas dilaporkan memiliki gudang senjata kimia yang besar. Diperkirakan Korea Utara memiliki lebih dari 5.000 metrik ton senjata kimia, termasuk mustard, fosgen, dan agen saraf.
Angkatan bersenjata Korea Utara diyakini memiliki sejumlah besar sistem senjata yang dapat membawa hulu ledak kimia, termasuk sistem artileri, bom udara, ranjau, rudal balistik taktis (SCUD), dan rudal balistik jarak jauh (sistem Nodong dan Taepodong-2). Penggunaan agen saraf VX dalam pembunuhan 2017 di Kuala Lumpur sangat menunjukkan bahwa VX adalah bagian dari gudang senjata kimia Korea Utara.
5. Israel
Israel pada 2015 telah menandatangani tetapi tidak meratifikasi Konvensi Senjata Kimia. Menurut Badan Intelijen Luar Negeri Federasi Rusia, Israel memiliki gudang senjata kimia yang signifikan dari produksinya sendiri.
Dari industri kimia dan petrokimia yang sangat maju, kemampuan khusus, dengan stok bahan sumber, mampu menghasilkan beberapa agen saraf, yang bisa bikin melepuh dan melumpuhkan. Sebuah laporan tahun 2005 dari Badan Penelitian Pertahanan Swedia menyimpulkan bahwa Israel mungkin tidak secara aktif memproduksi senjata kimia "tradisional", tetapi mungkin memiliki persediaan fungsional dari bahan yang diproduksi sebelumnya.
Konvensi Senjata Kimia adalah perjanjian multilateral yang melarang pengembangan, produksi, akuisisi, penimbunan, transfer, dan penggunaan senjata kimia dan mengharuskan semua negara pemilik untuk menghancurkan persediaan mereka dengan aman. Ditandatangani di Paris pada 13 Januari 1993, CWC mulai berlaku pada 29 April 1997, dan memiliki 193 anggota, termasuk Palestina.
Saat ini satu negara, Israel, telah menandatangani tetapi tidak meratifikasi perjanjian tersebut. Sementara tiga negara (Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan) tidak menandatangani atau mengaksesi Konvensi Senjata Kimia. Berikut 4 negara yang masih cadangan memiliki senjata kimia dikutip SINDOnews dari laman Armscontrol, Sabtu (6/8/2022).
1. Rusia
Rusia menyatakan masih memiliki cadangan besar sekitar 40.000 metrik ton di tujuh gudang senjata di enam wilayah Rusia. Gudang senjata Rusia awalnya terdiri dari campuran VX, sarin, soman, mustard, lewisite, mustard-lewisite, dan fosgen.
Pada 27 September 2017, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW) mengumumkan bahwa Rusia telah menyelesaikan penghancuran gudang senjata kimianya. Namun, Rusia masih mempertahankan beberapa kapasitas senjata kimia yang dimiliki.
2. Amerika Serikat
Amerika Serikat mengumumkan menyimpan 28.577 metrik ton senjata kimia di sembilan tempat penyimpanan di delapan negara bagian dan di Atol Johnston di sebelah barat Hawaii. Dalam laporan tahunan OPCW untuk 2018 dinyatakan bahwa Amerika Serikat telah menghancurkan sekitar 90,6 persen, atau sekitar 25.154 metrik ton, dari persediaan senjata kimia yang telah disampaikan saat CWC mulai berlaku.
Pada Juli 2020, Amerika Serikat masih memiliki 1.445,5 metrik ton mustard dan agen saraf yang tersisa dalam persediaannya. Amerika Serikat diproyeksikan untuk menyelesaikan penghancuran senjata kimia pada September 2023.
3. Korea Selatan
Korea Selatan menolak untuk mengakui persediaan senjata kimia yang dimiliki dalam presentasi publik apa pun, termasuk pidato tahunan oleh duta besarnya untuk OPCW. Korea Selatan mengklaim kerahasiaan penuh (informasi yang sangat dilindungi) di bawah Confidentiality Annex of the CWC.
Korea Selatan, bersama India, diperkirakan memiliki persediaan senjata kimia sekitar 500-1.000 metrik ton. Namun, Korea Selatan tetap menjaga kerahasiaan informasinya, terkait ukuran, lokasi, komposisi, dan proses penghancuran senjata mereka.
Oleh karena itu, semua delegasi dan staf OPCW menyebutnya sebagai “Negara Pihak” yang mengacu pada negara-negara pemilik yang dinyatakan. Korea Selatan menyelesaikan penghancuran senjata kimianya pada tahun 2008.
4. Korea Utara
Korea Utara tidak menandatangani CWC, namun secara luas dilaporkan memiliki gudang senjata kimia yang besar. Diperkirakan Korea Utara memiliki lebih dari 5.000 metrik ton senjata kimia, termasuk mustard, fosgen, dan agen saraf.
Angkatan bersenjata Korea Utara diyakini memiliki sejumlah besar sistem senjata yang dapat membawa hulu ledak kimia, termasuk sistem artileri, bom udara, ranjau, rudal balistik taktis (SCUD), dan rudal balistik jarak jauh (sistem Nodong dan Taepodong-2). Penggunaan agen saraf VX dalam pembunuhan 2017 di Kuala Lumpur sangat menunjukkan bahwa VX adalah bagian dari gudang senjata kimia Korea Utara.
5. Israel
Israel pada 2015 telah menandatangani tetapi tidak meratifikasi Konvensi Senjata Kimia. Menurut Badan Intelijen Luar Negeri Federasi Rusia, Israel memiliki gudang senjata kimia yang signifikan dari produksinya sendiri.
Dari industri kimia dan petrokimia yang sangat maju, kemampuan khusus, dengan stok bahan sumber, mampu menghasilkan beberapa agen saraf, yang bisa bikin melepuh dan melumpuhkan. Sebuah laporan tahun 2005 dari Badan Penelitian Pertahanan Swedia menyimpulkan bahwa Israel mungkin tidak secara aktif memproduksi senjata kimia "tradisional", tetapi mungkin memiliki persediaan fungsional dari bahan yang diproduksi sebelumnya.
(wib)