Perburuan Harta Karun Nazi yang Mengguncang Dunia, Antara Mitos dan Fakta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perburuan harta karun Nazi masih terus berlanjut hingga kini. Beberapa temuannya sempat mengguncang dunia. Namun mana yang mitos dan fakta?
Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler memiliki ambisi menguasai dunia. Hitler menegaskan bahwa posisi ras Ary" Jerman berada di atas semua ras lainnya. Keunggulan biologis itu menahbiskan Jerman sebagai penguasa.
Namun untuk mewujudkan ambisi itu semua perang yang dilakukan oleh Nazi utuh biaya. Nah, salah satu cara yang dilakukan oleh Nazi adalah mengumpulkan barang-barang berharga. Martin McGuigan dari Live Science mengatakan barang-barang berharga yang dikumpulkan oleh Nazi dapat berupa artifak, lukisan, hingga emas.
Cara pengumpulan emas yang dilakukan oleh Nazi menurutnya dilakukan dengan segala cara. Mereka menurut Martin McGuigan mengambil perhiasan emas dan barang-barang berharga lainnya dari para tahanan Yahudi. Tidak hanya itu Nazi juga selalu mengambil cadangan emas yang dimiliki oleh setiap bank sentral di setiap negara yang mereka berhasil kuasai.
"Kita tahu bahwa Jerman mencuri cadangan emas moneter dari semua bank nasional negara yang mereka kuasai, dan hanya 70% dari uang itu yang dikembalikan setelah perang," ucap Ronald Zweig, penulis buku The Gold Train : The Destruction of the Jews and the Looting of Hungary.
Dari cara-cara itu tidak heran jika banyak orang yang menduga melimpahnya harta yang dimiliki Nazi. Apalagi beberapa fakta yang ada mendukung hal tersebut.
Misalnya saja pada tahun 1945, unit Angkatan Darat AS menemukan timbunan jarahan emas rampasan Nazi yang disembunyikan di seluruh Jerman hingga Austria. Penemuan paling spektakuler adalah tambang garam Merkers di Thuringia, Jerman, yang berisi emas batangan, koin, dan mata uang senilai USD517 juta pada atau senilai USD8,5 miliar saat ini yang setara dengan Rp123,9 triliun.
Nilai itu pun baru sebagian yang terungkap. Tidak heran banyak orang menduga harta rampasan Nazi itu benar-benar sangat besar. Hanya saja nilainya menurut Ronald Zweig belum pasti. Apalagi saat ini fakta-fakta itu justru sudah bercampur dengan mitos.
Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler memiliki ambisi menguasai dunia. Hitler menegaskan bahwa posisi ras Ary" Jerman berada di atas semua ras lainnya. Keunggulan biologis itu menahbiskan Jerman sebagai penguasa.
Namun untuk mewujudkan ambisi itu semua perang yang dilakukan oleh Nazi utuh biaya. Nah, salah satu cara yang dilakukan oleh Nazi adalah mengumpulkan barang-barang berharga. Martin McGuigan dari Live Science mengatakan barang-barang berharga yang dikumpulkan oleh Nazi dapat berupa artifak, lukisan, hingga emas.
Cara pengumpulan emas yang dilakukan oleh Nazi menurutnya dilakukan dengan segala cara. Mereka menurut Martin McGuigan mengambil perhiasan emas dan barang-barang berharga lainnya dari para tahanan Yahudi. Tidak hanya itu Nazi juga selalu mengambil cadangan emas yang dimiliki oleh setiap bank sentral di setiap negara yang mereka berhasil kuasai.
"Kita tahu bahwa Jerman mencuri cadangan emas moneter dari semua bank nasional negara yang mereka kuasai, dan hanya 70% dari uang itu yang dikembalikan setelah perang," ucap Ronald Zweig, penulis buku The Gold Train : The Destruction of the Jews and the Looting of Hungary.
Dari cara-cara itu tidak heran jika banyak orang yang menduga melimpahnya harta yang dimiliki Nazi. Apalagi beberapa fakta yang ada mendukung hal tersebut.
Misalnya saja pada tahun 1945, unit Angkatan Darat AS menemukan timbunan jarahan emas rampasan Nazi yang disembunyikan di seluruh Jerman hingga Austria. Penemuan paling spektakuler adalah tambang garam Merkers di Thuringia, Jerman, yang berisi emas batangan, koin, dan mata uang senilai USD517 juta pada atau senilai USD8,5 miliar saat ini yang setara dengan Rp123,9 triliun.
Nilai itu pun baru sebagian yang terungkap. Tidak heran banyak orang menduga harta rampasan Nazi itu benar-benar sangat besar. Hanya saja nilainya menurut Ronald Zweig belum pasti. Apalagi saat ini fakta-fakta itu justru sudah bercampur dengan mitos.