Dampak Badai Matahari di Indonesia, Berpotensi Timbulkan Gangguan Navigasi Berbasis Satelit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badai Matahari menghantam Bumi selama akhir pekan, dan ada kemungkinan badai lain akan menyerang. Jika badai lain melanda, sistem saluran udara tegangan tinggi dapat terpengaruh, yang berpotensi menyebabkan masalah pada jaringan listrik dan perangkat GPS.
Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Administrasi Kelautan dan Atmosfer (Nasional National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) mengklasifikasikan badai matahari ini kategori sedang. Badai geomagnetik G2, yang menghantam Bumi pada Minggu 7 Agustus 2022, adalah hasil dari angin atau partikel bermuatan dari matahari, menabrak medan magnet bumi.
Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa fenomena tersebut terjadi akibat kondisi ekstrem di antariksa ketika terjadi letupan (flare) di Matahari yang kemudian melontarkan partikel berenergi tinggi (CME).
“Badai matahari berpotensi menggangu satelit. Di bumi dampak paling besar dirasakan di wilayah dekat Kutub. Dalam kondisi ekstrem, badai matahari bisa menyebabkan induksi pada jaringan listrik yang menyebabkan trafo terbakar,” katanya kepada MPI, Selasa (16/8/2022).
Hal tersebut menurut dia pernah terjadi pada tahun 1989 di Kanada. Pada saat itu, badai matahari sempat membuat jaringan listrik di negara tersebut mati di sebagian wilayahnya.
“Di wilayah ekuator seperti Indonesia, dampaknya minim. Dampak yang terasa adalah gangguan ionosfer yang berpengaruh pada komunikasi gelombang pendek atau gangguan navigasi berbasis satelit, seperti GPS,” terangnya.
Kendati begitu, dia mengatakan bisa saja Indonesia mengalami keadaan gangguan navigasi satelit apabila Badai Matahari nantinya semakin meluas hingga ke beberapa wilayah, termasuk Indonesia. Fenomena Badai matahari sendiri merupakan rangkaian tahunan yang dilihat dari siklus aktivitas matahari.
Pada saat matahari aktif, maka badai matahari paling sering terjadi dengan kekuatan badai yang lebih kuat lagi. “Kejadian badai matahari bergantung kondisi siklus aktivitas matahari. Kadang tinggi, kadang rendah,” terangnya.
Thomas juga mengatakan, untuk terkait dampak dari badai matahari kepada tubuh manusia tidaklah terlalu besar, hal tersebut dikarenakan, Bumi memiliki medan magnet, sehingga partikel berenergi tinggi tidak akan sampai ke permukaan bumi. “Bumi juga dilindungi lapisan ozon sehingga pacaran ultraviolet dari matahari disaring. Jadi manusia aman,” terangnya.
Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Administrasi Kelautan dan Atmosfer (Nasional National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) mengklasifikasikan badai matahari ini kategori sedang. Badai geomagnetik G2, yang menghantam Bumi pada Minggu 7 Agustus 2022, adalah hasil dari angin atau partikel bermuatan dari matahari, menabrak medan magnet bumi.
Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa fenomena tersebut terjadi akibat kondisi ekstrem di antariksa ketika terjadi letupan (flare) di Matahari yang kemudian melontarkan partikel berenergi tinggi (CME).
“Badai matahari berpotensi menggangu satelit. Di bumi dampak paling besar dirasakan di wilayah dekat Kutub. Dalam kondisi ekstrem, badai matahari bisa menyebabkan induksi pada jaringan listrik yang menyebabkan trafo terbakar,” katanya kepada MPI, Selasa (16/8/2022).
Hal tersebut menurut dia pernah terjadi pada tahun 1989 di Kanada. Pada saat itu, badai matahari sempat membuat jaringan listrik di negara tersebut mati di sebagian wilayahnya.
“Di wilayah ekuator seperti Indonesia, dampaknya minim. Dampak yang terasa adalah gangguan ionosfer yang berpengaruh pada komunikasi gelombang pendek atau gangguan navigasi berbasis satelit, seperti GPS,” terangnya.
Kendati begitu, dia mengatakan bisa saja Indonesia mengalami keadaan gangguan navigasi satelit apabila Badai Matahari nantinya semakin meluas hingga ke beberapa wilayah, termasuk Indonesia. Fenomena Badai matahari sendiri merupakan rangkaian tahunan yang dilihat dari siklus aktivitas matahari.
Pada saat matahari aktif, maka badai matahari paling sering terjadi dengan kekuatan badai yang lebih kuat lagi. “Kejadian badai matahari bergantung kondisi siklus aktivitas matahari. Kadang tinggi, kadang rendah,” terangnya.
Thomas juga mengatakan, untuk terkait dampak dari badai matahari kepada tubuh manusia tidaklah terlalu besar, hal tersebut dikarenakan, Bumi memiliki medan magnet, sehingga partikel berenergi tinggi tidak akan sampai ke permukaan bumi. “Bumi juga dilindungi lapisan ozon sehingga pacaran ultraviolet dari matahari disaring. Jadi manusia aman,” terangnya.
(wib)