Kiamat, Bumi Tanpa Sinar Matahari Jika Perang Nuklir Rusia dan AS Meletus
loading...
A
A
A
KIEV - Kiamat akan benar-benar terjadi jika perang nuklir antara Rusia, Ukraina dan Amerika Serikat meletus. Pasalnya kedua negara tersebut mempunyai hulu nuklir yang besar dan berbahaya bagi bumi dan alam semesta.
Studi terbaru dilakukan oleh Rutgers University, Amerika Serikat merupakan penelitian pertama yang dilakukan terhadap efeknya di dunia.
Sebuah ledakan senjata nuklir akan menyebabkan kebakaran besar dan menyuntikkan jelaga ke atmosfer, hal ini mencegah sinar matahari mencapai permukaan dan membatasi produksi makanan yang menyebabkan kematian, kata studi tersebut seperti dilansir USA Today, Senin (16/8.2022).
"Sebagian besar orang akan kelaparan Data memberitahu kita satu hal. Kita harus mencegah terjadinya perang nuklir,” tutur Lili Xia, seorang ilmuwan iklim di Universitas Rutgers yang memimpin penelitian, mengatakan kepada Nature.com.
Penelitian ini memaparkan skenario yang bisa terjadi jika AS dan Rusia terlibat dalam perang nuklir skala penuh selama seminggu.
"Perang antara AS, sekutunya dan Rusia, yang semuanya memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir global, dapat menghasilkan lebih dari 150 teragram jelaga dan musim dingin nuklir," menurut penelitian tersebut.
Teragram adalah satuan ukuran yang setara dengan 1 triliun gram, sedangkan model penelitian menunjukkan bahwa emisi jelaga ke atmosfer yang lebih besar dari 5 teragram, akan mengakibatkan kekurangan pangan besar-besaran di hampir semua negara.
"Jelaga akan menyebar secara global dan menutupi bagian atas atmosfer Bumi. Oleh karena itu, hasil penelitian kami relevan terlepas dari negara mana yang sedang berperang," kata studi yang sama.
Dalam skenario perang antara AS dan Rusia, rata-rata produksi kalori global dari tanaman akan berkurang sekitar 90 persen dalam waktu empat tahun setelah perang. Selain itu, perang nuklir juga akan mengurangi pasokan ikan global.
Orang-orang di sebagian besar negara akan mengkonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dibakar tubuh. Ini akan mengakibatkan lebih dari 5 miliar kematian pada akhir tahun kedua.
Studi tersebut berasumsi bahwa perdagangan internasional setelah perang nuklir akan terhenti dengan negara-negara di benua Afrika dan kawasan Asia Barat "sangat terpengaruh" oleh penurunan ekspor pangan dunia.
"Tidak adanya sinar matahari, pendinginan global dan kemungkinan pembatasan perdagangan setelah perang nuklir adalah bencana global," kata studi tersebut.
Studi yang sama juga menciptakan model untuk jumlah abu nuklir yang lebih kecil dalam skenario seperti perang nuklir antara India dan Pakistan, di mana 2 miliar orang berisiko kelaparan.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di tengah perang Rusia-Ukraina yang memicu kekhawatiran internasional tentang potensi perang nuklir dan bencana radiasi yang menimpa pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Pembangkit di Ukraina adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.
Studi terbaru dilakukan oleh Rutgers University, Amerika Serikat merupakan penelitian pertama yang dilakukan terhadap efeknya di dunia.
Sebuah ledakan senjata nuklir akan menyebabkan kebakaran besar dan menyuntikkan jelaga ke atmosfer, hal ini mencegah sinar matahari mencapai permukaan dan membatasi produksi makanan yang menyebabkan kematian, kata studi tersebut seperti dilansir USA Today, Senin (16/8.2022).
"Sebagian besar orang akan kelaparan Data memberitahu kita satu hal. Kita harus mencegah terjadinya perang nuklir,” tutur Lili Xia, seorang ilmuwan iklim di Universitas Rutgers yang memimpin penelitian, mengatakan kepada Nature.com.
Penelitian ini memaparkan skenario yang bisa terjadi jika AS dan Rusia terlibat dalam perang nuklir skala penuh selama seminggu.
"Perang antara AS, sekutunya dan Rusia, yang semuanya memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir global, dapat menghasilkan lebih dari 150 teragram jelaga dan musim dingin nuklir," menurut penelitian tersebut.
Teragram adalah satuan ukuran yang setara dengan 1 triliun gram, sedangkan model penelitian menunjukkan bahwa emisi jelaga ke atmosfer yang lebih besar dari 5 teragram, akan mengakibatkan kekurangan pangan besar-besaran di hampir semua negara.
"Jelaga akan menyebar secara global dan menutupi bagian atas atmosfer Bumi. Oleh karena itu, hasil penelitian kami relevan terlepas dari negara mana yang sedang berperang," kata studi yang sama.
Dalam skenario perang antara AS dan Rusia, rata-rata produksi kalori global dari tanaman akan berkurang sekitar 90 persen dalam waktu empat tahun setelah perang. Selain itu, perang nuklir juga akan mengurangi pasokan ikan global.
Orang-orang di sebagian besar negara akan mengkonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dibakar tubuh. Ini akan mengakibatkan lebih dari 5 miliar kematian pada akhir tahun kedua.
Studi tersebut berasumsi bahwa perdagangan internasional setelah perang nuklir akan terhenti dengan negara-negara di benua Afrika dan kawasan Asia Barat "sangat terpengaruh" oleh penurunan ekspor pangan dunia.
"Tidak adanya sinar matahari, pendinginan global dan kemungkinan pembatasan perdagangan setelah perang nuklir adalah bencana global," kata studi tersebut.
Studi yang sama juga menciptakan model untuk jumlah abu nuklir yang lebih kecil dalam skenario seperti perang nuklir antara India dan Pakistan, di mana 2 miliar orang berisiko kelaparan.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di tengah perang Rusia-Ukraina yang memicu kekhawatiran internasional tentang potensi perang nuklir dan bencana radiasi yang menimpa pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Pembangkit di Ukraina adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.
(wbs)